24 C
Medan
Sunday, June 16, 2024

Berangkat dari Butet dan Warung Tuak

Da palang merah ni negara ale butet, I doge doge doge I dogei doge doge. Musisi terkenal Austria, Herman Delago dengan jas bermotif ulos dan celana pendek khas Eropa tampak lantang menyanyikan lagu Butet di pangung. Seluruh anggota orkestranya turut mengikuti.

Puput Julianti Damanik, Medan

TAMPIL:  Musisi asal Austria, Herman Delago (kanan), berduet dengan Tasya Koch dan dalam pentas Asutria Tobatak Orcestra di Tiara Hotel Convention Medan, Rabu (20/8).
TAMPIL:
Musisi asal Austria, Herman Delago (kanan), berduet dengan Tasya Koch dan dalam pentas Asutria Tobatak Orcestra di Tiara Hotel Convention Medan, Rabu
(20/8).

“Orang Austria saja bisa, ayo mana orang Batak harus bisa,” ujar Herman Delago yang kemudian diikuti oleh semua penonton.

“I doge doge doge I dogei doge doge, I doge doge doge I dogei doge doge,” sahut penonton sambil bertepuk tangan.

Penonton tampak terpukau melihat penampilan musisi terkenal asal Austria ini. Kehadiran musssi yang hadir bersama sekitar 90 anggota orkestranya disambut oleh Tortor Sigalegale di Convention Hall Hotel Tiara, Rabu (20/8).

Setelah mengambil tempat, seluruh anggota orkestra yang mengenakan kemeja putih dibalut rompi merah, celana pendek, kaus kaki panjang khas budaya Eropa dengan dibalut ulos di pinggang langsung memainkan musik berirama tortor Batak Toba. Viky Sianipar pun naik ke atas pangung memainkan gondang tagadingnya. Suasana begitu renyah. Pembukaan Austrian Tobatak Orchestra ini membuat penonton merinding.

“Horas ! Horas ! Horas,” ujar Herman. “Ini konser pertama saya. Musik percampuran budaya Batak dan Eropa itulah konser malam ini,” katanya lagi.

Herman membawakan lebih dari 10 lagu. Lagu keduanya yang berjudul Boasama Sai Marsak Ho dibawakannya bersama penyanyi asal Austria Tasha Koch. “Ini lagu saya belajar di kedai tuak dulu tahun 1997,” katanya sambil tersenyum.

Bahkan usai menyanyikan lagu Boasama Sai Marsak Ho yang bermakna jangan bersedih ini, Herman Delago menangis. “Hah saya sampai menangis,” katanya.

Masih dengan Tasha, ia pun kembali membawakan lagu asal tanah batak, Butet. Lagu Butet dibawakan dengan sedikit ngerock, ia pun begitu bersemangat. Lagu Butet memiliki kesan tersendiri bagi Herman, karena lagu Batak yang pertama kali ia dengar adalah ‘Butet’.

Ia juga mengajak Retta Sitorus, Eva Schatz, Tongam, Marsada menemaninya ke atas panggung. Tidak ketinggalan, Herman juga membawakan beberapa lagu barat, di antaranya I Will Always love you dan Nothing Compreses to You.

Di penampilan terakhirnya, ia pun mengajak Viky Sianipar menemaninya untuk memainkan gitar dan gondangnya.

Penampilan ini sempat berhenti sejenak karena seluruh peserta ingin istrirahat dan Wagub Sumut T Erry Nuradi yang ikut menonton berpamitan. Sebelum meninggalkan tempat, Erry mengucapkan apresiasinya terhadap Herman dan tim beserta penyanyi asal Sumut.

“Menampilkan orchestra uang cukup luar biasa, mengenalkan budaya Sumut ke negara Eropa. Kita berharap dengan orchestra ini nantinya orang akan mengetahui kalau Batak ada di Sumut dan Sumut ada di Indonesia. Karena selama ini banyak yang tahu Bali tapi gak tahu Indonesia. Kami dari Pemerintahan Provinsi Sumut sangat mendukung saat panitia dari Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (APPI) melakukan audiensi ke kami. Kami sangat mendukung,” katanya.

Sebelum meninggalkan tempat, Tengku Ery sempat diberikan minuman khas Austria. “Ini tidak sama dengan tuak, nanti tidur bisa nyenyak tidak apa-apa,” ujar Herman sambil tertawa.

Sebelumnya,  Viky mengatakan konser kali ini lebih bertujuan untuk mempromosikan budaya Batak ke dunia International dan juga mengenalkan budaya Austria yang diakui memiliki beberapa kesamaan dengan budaya di Indonesia. “Ini sudah jadi mimpi kita lama, harapannya 90 anggota orkestranya dari Austria ini nantinya bisa menceritakan seperti apa keindahan dan budaya di sini, ini jadi tempat promosi,” katanya.

Vick pun tanpa segan memastikan bila konsernya bersama Herman Delago dapat menghibur semua penonton baik anak-anak sampai orang tua. “Aku pastikan enjoy mendengarkan lagu ini. Lagu bataknya tetap terasa,” katanya.

Seorang penonton Victor mengaku terkejut melihat seluruh penampilan Herman dan timnya. “Wah masyarakat Batak asli mungkin gak bisa kayak gini, luar biasa,” katanya.

Austrian Tobata Orchestra ini juga akan dilaksanakan di Openstage Tuktuk Siadong pada tanggal 23 mendatang dan gratis terbuka untuk umum. “Saya harap orang Medan bisa lihat ke sana,” harap Herman.

Lagu terakhir yang dibawakan oleh Herman Delago adalah Sepanjang Jalan Kenangan bersama Tasha Koch. Namun seluruh penonton berteriak, “one more, one more”.

Melihat hal ini, Herman pun membawakan satu lagu lagi khusus untuk penonton berjudul Poda yang isinya tentang nasihat-nasihat bersama Tasha Koch, Eva dan Retta Sitorus.(rbb)

Da palang merah ni negara ale butet, I doge doge doge I dogei doge doge. Musisi terkenal Austria, Herman Delago dengan jas bermotif ulos dan celana pendek khas Eropa tampak lantang menyanyikan lagu Butet di pangung. Seluruh anggota orkestranya turut mengikuti.

Puput Julianti Damanik, Medan

TAMPIL:  Musisi asal Austria, Herman Delago (kanan), berduet dengan Tasya Koch dan dalam pentas Asutria Tobatak Orcestra di Tiara Hotel Convention Medan, Rabu (20/8).
TAMPIL:
Musisi asal Austria, Herman Delago (kanan), berduet dengan Tasya Koch dan dalam pentas Asutria Tobatak Orcestra di Tiara Hotel Convention Medan, Rabu
(20/8).

“Orang Austria saja bisa, ayo mana orang Batak harus bisa,” ujar Herman Delago yang kemudian diikuti oleh semua penonton.

“I doge doge doge I dogei doge doge, I doge doge doge I dogei doge doge,” sahut penonton sambil bertepuk tangan.

Penonton tampak terpukau melihat penampilan musisi terkenal asal Austria ini. Kehadiran musssi yang hadir bersama sekitar 90 anggota orkestranya disambut oleh Tortor Sigalegale di Convention Hall Hotel Tiara, Rabu (20/8).

Setelah mengambil tempat, seluruh anggota orkestra yang mengenakan kemeja putih dibalut rompi merah, celana pendek, kaus kaki panjang khas budaya Eropa dengan dibalut ulos di pinggang langsung memainkan musik berirama tortor Batak Toba. Viky Sianipar pun naik ke atas pangung memainkan gondang tagadingnya. Suasana begitu renyah. Pembukaan Austrian Tobatak Orchestra ini membuat penonton merinding.

“Horas ! Horas ! Horas,” ujar Herman. “Ini konser pertama saya. Musik percampuran budaya Batak dan Eropa itulah konser malam ini,” katanya lagi.

Herman membawakan lebih dari 10 lagu. Lagu keduanya yang berjudul Boasama Sai Marsak Ho dibawakannya bersama penyanyi asal Austria Tasha Koch. “Ini lagu saya belajar di kedai tuak dulu tahun 1997,” katanya sambil tersenyum.

Bahkan usai menyanyikan lagu Boasama Sai Marsak Ho yang bermakna jangan bersedih ini, Herman Delago menangis. “Hah saya sampai menangis,” katanya.

Masih dengan Tasha, ia pun kembali membawakan lagu asal tanah batak, Butet. Lagu Butet dibawakan dengan sedikit ngerock, ia pun begitu bersemangat. Lagu Butet memiliki kesan tersendiri bagi Herman, karena lagu Batak yang pertama kali ia dengar adalah ‘Butet’.

Ia juga mengajak Retta Sitorus, Eva Schatz, Tongam, Marsada menemaninya ke atas panggung. Tidak ketinggalan, Herman juga membawakan beberapa lagu barat, di antaranya I Will Always love you dan Nothing Compreses to You.

Di penampilan terakhirnya, ia pun mengajak Viky Sianipar menemaninya untuk memainkan gitar dan gondangnya.

Penampilan ini sempat berhenti sejenak karena seluruh peserta ingin istrirahat dan Wagub Sumut T Erry Nuradi yang ikut menonton berpamitan. Sebelum meninggalkan tempat, Erry mengucapkan apresiasinya terhadap Herman dan tim beserta penyanyi asal Sumut.

“Menampilkan orchestra uang cukup luar biasa, mengenalkan budaya Sumut ke negara Eropa. Kita berharap dengan orchestra ini nantinya orang akan mengetahui kalau Batak ada di Sumut dan Sumut ada di Indonesia. Karena selama ini banyak yang tahu Bali tapi gak tahu Indonesia. Kami dari Pemerintahan Provinsi Sumut sangat mendukung saat panitia dari Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (APPI) melakukan audiensi ke kami. Kami sangat mendukung,” katanya.

Sebelum meninggalkan tempat, Tengku Ery sempat diberikan minuman khas Austria. “Ini tidak sama dengan tuak, nanti tidur bisa nyenyak tidak apa-apa,” ujar Herman sambil tertawa.

Sebelumnya,  Viky mengatakan konser kali ini lebih bertujuan untuk mempromosikan budaya Batak ke dunia International dan juga mengenalkan budaya Austria yang diakui memiliki beberapa kesamaan dengan budaya di Indonesia. “Ini sudah jadi mimpi kita lama, harapannya 90 anggota orkestranya dari Austria ini nantinya bisa menceritakan seperti apa keindahan dan budaya di sini, ini jadi tempat promosi,” katanya.

Vick pun tanpa segan memastikan bila konsernya bersama Herman Delago dapat menghibur semua penonton baik anak-anak sampai orang tua. “Aku pastikan enjoy mendengarkan lagu ini. Lagu bataknya tetap terasa,” katanya.

Seorang penonton Victor mengaku terkejut melihat seluruh penampilan Herman dan timnya. “Wah masyarakat Batak asli mungkin gak bisa kayak gini, luar biasa,” katanya.

Austrian Tobata Orchestra ini juga akan dilaksanakan di Openstage Tuktuk Siadong pada tanggal 23 mendatang dan gratis terbuka untuk umum. “Saya harap orang Medan bisa lihat ke sana,” harap Herman.

Lagu terakhir yang dibawakan oleh Herman Delago adalah Sepanjang Jalan Kenangan bersama Tasha Koch. Namun seluruh penonton berteriak, “one more, one more”.

Melihat hal ini, Herman pun membawakan satu lagu lagi khusus untuk penonton berjudul Poda yang isinya tentang nasihat-nasihat bersama Tasha Koch, Eva dan Retta Sitorus.(rbb)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/