25 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Rafael Nadal Kecam Jadwal ITF

CORDOBA – Komplain Rafael Nadal terhadap jadwal rangkaian turnamen yang tak bersahabat seakan tak berujung. Menjelang akhir musim 2011, petenis Spanyol itu kembali mengeluarkan kecaman keras pada ITF (Federasi Tenis Internasional). Nadal menganggap badan yang berwenang tak mampu menyusun kalender yang bersahabat untuk penampilan para petenis.

Nadal baru saja memimpin tim Piala Davis Spanyol memastikan tiket ke final. Spanyol mengungguli Prancis dengan 4-1. Sementara, juara bertahan Serbia tersingkir setelah dikalahkan Argentina 2-3 bersamaan dengan cedera yang dialami andalan Serbia Novak Djokovic.

Dalam sepekan terakhir, nadal memang terlibat adu argumen dengan ITF. Pekan lalu, dia memberi kritik untuk ITF yang terlalu dekat menyelenggarakan babak penting Piala Davis setelah grand slam. Bantahan dilayangkan Presiden ITF Francesco Ricci yang menegaskan Nadal tak berhak menyalahkan ITF jika ada hal merugikan pada petenis.
Yang paling membuat Nadal tak enak hati adalah ungkapan Ricci yang malah menyalahkan ATP (Asosiasi tenis Putra). Ricci mengatakan, seharusnya Nadal mengalamatkan keluhannya pada ATP yang mengatur 90 persen jadwal turnamen.

“ATP sudah melakukan banyak hal dalam beberapa tahun terakhir. Mereka jelas membantu petenis untuk meningkatkan keuntungan bukan hanya secara finansial. Di saat yang sama, ITF dalam posisi yang tak ingin mengubah apa pun,” ujar Nadal.

Bukti paling nyata adalah banyaknya cedera yang menimpa petenis justru saat memperkuat negaranya di ajang Piala Davis. Di satu sisi, para petenis tak mau dicap tidak nasionalis karena menolak tampil, namun di sisi lainnya, mereka butuh istirahat setelah kompetisi yang ketat.

Contoh paling nyata adalah Djokovic. Dibanding para petenis lain, Djokovic adalah yang paling banyak tampil. Kekalahannya dari Juan Martin Del Potro Minggu (18/9) waktu setempat, adalah kekalahan ketiga dari 67 laga musim ini. Dia mengundurkan diri di set kedua karena cedera punggung, kurang dari seminggu usai meraih gelar juara di grand slam  Amerika Serikat (AS) Terbuka.
“Saya berusaha (terus bermain), tapi tak bisa. Saya tidak mencapai kondisi 60 persen siap. Saya harus mengambil keputusan tetap tampil, dengan risiko  cedera saya bisa lebih buruk lagi,” kata Djokovic.  (ady/jpnn)
Tapi saya benar-benar tak bisa memaksakan diri,” terang Djokovic.
Kini, musim gemilang Djokovic berada dalam ancaman akhir yang buruk. Dia sudah meraih tiga gelar grand slam dalam sepuluh gelar juaranya musim ini. Namun, kondisinya meragukan untuk bisa berpartisipasi turnamen akhir musim ATP World Tour serta dua turnamen Masters Series di Shanghai dan Paris sebelumnya.

CORDOBA – Komplain Rafael Nadal terhadap jadwal rangkaian turnamen yang tak bersahabat seakan tak berujung. Menjelang akhir musim 2011, petenis Spanyol itu kembali mengeluarkan kecaman keras pada ITF (Federasi Tenis Internasional). Nadal menganggap badan yang berwenang tak mampu menyusun kalender yang bersahabat untuk penampilan para petenis.

Nadal baru saja memimpin tim Piala Davis Spanyol memastikan tiket ke final. Spanyol mengungguli Prancis dengan 4-1. Sementara, juara bertahan Serbia tersingkir setelah dikalahkan Argentina 2-3 bersamaan dengan cedera yang dialami andalan Serbia Novak Djokovic.

Dalam sepekan terakhir, nadal memang terlibat adu argumen dengan ITF. Pekan lalu, dia memberi kritik untuk ITF yang terlalu dekat menyelenggarakan babak penting Piala Davis setelah grand slam. Bantahan dilayangkan Presiden ITF Francesco Ricci yang menegaskan Nadal tak berhak menyalahkan ITF jika ada hal merugikan pada petenis.
Yang paling membuat Nadal tak enak hati adalah ungkapan Ricci yang malah menyalahkan ATP (Asosiasi tenis Putra). Ricci mengatakan, seharusnya Nadal mengalamatkan keluhannya pada ATP yang mengatur 90 persen jadwal turnamen.

“ATP sudah melakukan banyak hal dalam beberapa tahun terakhir. Mereka jelas membantu petenis untuk meningkatkan keuntungan bukan hanya secara finansial. Di saat yang sama, ITF dalam posisi yang tak ingin mengubah apa pun,” ujar Nadal.

Bukti paling nyata adalah banyaknya cedera yang menimpa petenis justru saat memperkuat negaranya di ajang Piala Davis. Di satu sisi, para petenis tak mau dicap tidak nasionalis karena menolak tampil, namun di sisi lainnya, mereka butuh istirahat setelah kompetisi yang ketat.

Contoh paling nyata adalah Djokovic. Dibanding para petenis lain, Djokovic adalah yang paling banyak tampil. Kekalahannya dari Juan Martin Del Potro Minggu (18/9) waktu setempat, adalah kekalahan ketiga dari 67 laga musim ini. Dia mengundurkan diri di set kedua karena cedera punggung, kurang dari seminggu usai meraih gelar juara di grand slam  Amerika Serikat (AS) Terbuka.
“Saya berusaha (terus bermain), tapi tak bisa. Saya tidak mencapai kondisi 60 persen siap. Saya harus mengambil keputusan tetap tampil, dengan risiko  cedera saya bisa lebih buruk lagi,” kata Djokovic.  (ady/jpnn)
Tapi saya benar-benar tak bisa memaksakan diri,” terang Djokovic.
Kini, musim gemilang Djokovic berada dalam ancaman akhir yang buruk. Dia sudah meraih tiga gelar grand slam dalam sepuluh gelar juaranya musim ini. Namun, kondisinya meragukan untuk bisa berpartisipasi turnamen akhir musim ATP World Tour serta dua turnamen Masters Series di Shanghai dan Paris sebelumnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/