Site icon SumutPos

Dicari Kritikus Sastra yang Konsisten

Dari Seminar Nasional FKIP PBI UHN

MEDAN – Kurangnya minat mahasiswa khususnya dan masyarakat pada umumnya terhadap sastra menjadi perhatian Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia (FKIP PBI) Universitas HKBP Nommensen (UHN) Medan. Hal ini yang mendorong FKIP UHN Medan, menggelar seminar nasional bertemakan “Perkembangan Sastra Nasional” di Gedung Perpustakaan Univ HKBP Nommensen Medan, Sabtu (17/11).
Seminar Nasional perdana bagi program studi ini dihadiri sekitar 330 peserta yang terdiri dari mahasiswa UHN Medan,  mahasiswa Universitas Prima Indonesia, mahasiswa USU dan sejumlah anggota komunitas Sastra Sumut. Bertindak sebagai narasumber diantaranya Dekan FKIP Univ HKBP Nommensen Medan, Dr Tagor Pangaribuan MPd, Idris Pasaribu, Kritikus Sastra Sumut, Drs Abdul Rahim Harahap MM dan Manajer Komunitas Home Poetry, M Raudah Jambak SPd.

Rektor UHN Dr Ir Jongkers Tampubolon MSc mengatakan, kemajuan IPTEK yang tidak diimbangi dengan peningkatan seni dan sastra mendorong tingginya tingkat kriminalitas di dunia dewasa ini.  Sementara Dekan FKIP UHN Medan, Dr Tagor Pangaribuan menambahkan,  hadirnya sastra menjadikan manusia lebih bernilai tinggi .  “Indonesia memiliki sastra yang mengagumkan seperti The World of Mankind, Children of All Nation, Foot Step dan House of Glasses yang merupakan rangkaian kwartet novel paling terkenal di dunia dewasa ini dan sudah diterjemahkan ke dalam lebih dari 300 bahasa dan diterbitkan di 136 negara,” katanya.

Anehnya , sambungnya, di Indonesia sendiri keberadaan buku itu tergolong langka. “Sebagai seorang dosen, saya mengajari orang asing betapa indahnya novel Indonesia dan saya menerbitkan makalahnya. Di sisi lain, saya berdukacita karena kekurangarifan kita menyebabkan anak bangsa kita tidak atau belum mencicipi buah karya bangsa kita sendiri,” jelasnya.

Sementara itu, Drs Abdul Rahim Harahap MM, menuturkan, kritik sastra Indonesia modern di Sumut kini telah kuncup. Hal ini disebabkan beberapa hal. Diantaranya,  meninggalnya sejumlah kritikus sastra semisal B Y Tand, Ahmad Samin Siregar, Herman KS dan Antilan Purba. Kemudian, para kritikus jarang membicarakan karya sastra Sumatera Utara. Disebutkannya, meski kritikus lama hilang ditelan  masa, tetapi kritikus baru  muncul satu persatu. Hanya saja perlu dicari kritikus sastra yang benar-benar serius, kontinue dan konsisten. (jon)

Exit mobile version