28 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Markombur di Lopo, Tantang Penonton Menahan Bola

Mengikuti Romantisme Pulang Kampung Gus Irawan (2)

Senin (10/12), seperti dijanjikan, Gus mengajak kami sarapan di warung kopi. Layaknya warung kopi kebanyakan di Tabagsel, orang tua dan anak muda berbaur. Di satu meja terlihat dua bapak asyik bermain catur. Di meja lain terdengar percakapan politik, ekonomi, pekerjaan, dan ragam topik lainnya.

SEPERTI  ikan yang kembali ke air, anak ke-6 dari pasangan almarhum H. Hasan Pinayungan Pasaribu dan Hj. Alimah Pakpahan ini langsung turun dan memasuki warung. “Assalamualaikum,” ujar Gus sambil mengangkat tangannya dan menyalami satu persatu pengunjung warung. “Biado Abang, sehat do (Bagaimana kabarnya Bang, sehat kan)?” sapa Gus. “Bah, ho de Gus. Pajuguk (Bah, Gus rupanya, duduklah).” Gus pun langsung duduk di kursi tengah dikerumuni pengunjung warung.

“Kopi jolo bah uda (kopi dulu bang),” kata Gus sambil melahap pisang goreng yang sudah tersedia di meja. Tanpa disadari, suasana warung bertambah ramai dengan kehadiran Gus. Kemampuannya Gus markombur (bercerita), langsung menjadi pusat perhatian. Gelak tawa seisi warung membuncah saat Gus bercerita diselingi candaan.

Usai melahap pisang goreng, sepiring lontong, dan segelas kopi, Gus terus melanjutkan komburnya. Tampaknya, adik Bomer Pasaribu (mantan menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi di era Abdurrahman Wahid) ini benar-benar melampiaskan kerinduannya markombur. Tak terasa satu jam sudah Gus dan seisi warung berdiskusi, sampai-sampai salah seorang dari rombongan mengingatkan. Ternyata, Gus masih harus menghadiri acara ulang tahun 1 abad Pesantren Mustafawiyah di Purba Baru, Kecamatan Lembah Sorik Merapi, Madina.

Gus melanjutkan perjalanan ke Pesantren Mustafawiyah. Seperti tak pernah kehabisan tenaga, dengan gayanya yang lincah, Gus memasuki mobil dan meninggalkan warung. “Itulah tadi markombur, ciri khas di kampung, duduk di warung kopi, dan berkumpul dengan masyarakat,” ujar pria kelahiran Padang Sidimpuan, 31 Juli 1964 ini, kepada wartawan.

Di Pesantren Mustafawiyah, Gus didaulat sebagai pembicara untuk membawakan materi ekonomi syariah. Di pesantren Gus disambut di rumah Mudir Mustafawiyah, H Mustafa Bakrie Nasution. Di sini Gus dijamu keluarga besar H Mustafa Bakrie Nasution dengan penganan khas Panyabungan, yakni Toge Mandailing. Penganan ini seperti es dawet, namun bedanya terletak pada adonan tepung yang dibentuk bulat di dalamnya.

Di depan ribuan santri, ketua Masyarakat Ekonomi Syariah ini didaulat memaparkan perkembangan ekonomi syariah di Sumut. Dalam paparannya, Gus prihatin atas kondisi perkembangan ekonomi syariah saat ini. Menurut dia, ada persolan di dalam komitmen pemerintah mengembangkan ekonomi syariah di Sumut. “Bagaimana target ekonomi syariah 5 persen pemerintah pada tahun 2005 bisa tercapai jika dana haji saja sampai saat ini tidak dikelola dengan sistem syariah,” ujarnya.

Sehabis ceramah ekonomi syariah, Gus langsung bertolak ke Kecamatan Batang Angkola, Kabupaten Tapsel. Rupanya disini sedang digelar pertandingan final sepakbola piala bupati Tapsel dan piala ketua KONI Sumut.

Tingkah Gus di tengah lapangan mengundang gelak tawa penonton. Gus sempat menantang lima penonton yang bisa menjadi penjaga gawang. “Yang bisa menahan tendangan awak, bisa lah dikirim jadi pemain timnas. Nanti saya kasih lucky draw,” ujar Gus. Tanpa menunggu lama, lima penonton langsung berjalan ke tengah.

Hasilnya, dari 5 tendangan, Gus sekali kebobolan. “Sengaja awak tadi, nanti kalau ditengokkan main yang betul itu, merajuk pula penonton,” kata Gus santai disambut tawa dan tepuk tangan penonton.
Menjelang Magrib, Gus dan rombongan meninggalkan Kecamatan Batang Angkola menuju Kota Padang Sidimpuan. (bersambung)

Mengikuti Romantisme Pulang Kampung Gus Irawan (2)

Senin (10/12), seperti dijanjikan, Gus mengajak kami sarapan di warung kopi. Layaknya warung kopi kebanyakan di Tabagsel, orang tua dan anak muda berbaur. Di satu meja terlihat dua bapak asyik bermain catur. Di meja lain terdengar percakapan politik, ekonomi, pekerjaan, dan ragam topik lainnya.

SEPERTI  ikan yang kembali ke air, anak ke-6 dari pasangan almarhum H. Hasan Pinayungan Pasaribu dan Hj. Alimah Pakpahan ini langsung turun dan memasuki warung. “Assalamualaikum,” ujar Gus sambil mengangkat tangannya dan menyalami satu persatu pengunjung warung. “Biado Abang, sehat do (Bagaimana kabarnya Bang, sehat kan)?” sapa Gus. “Bah, ho de Gus. Pajuguk (Bah, Gus rupanya, duduklah).” Gus pun langsung duduk di kursi tengah dikerumuni pengunjung warung.

“Kopi jolo bah uda (kopi dulu bang),” kata Gus sambil melahap pisang goreng yang sudah tersedia di meja. Tanpa disadari, suasana warung bertambah ramai dengan kehadiran Gus. Kemampuannya Gus markombur (bercerita), langsung menjadi pusat perhatian. Gelak tawa seisi warung membuncah saat Gus bercerita diselingi candaan.

Usai melahap pisang goreng, sepiring lontong, dan segelas kopi, Gus terus melanjutkan komburnya. Tampaknya, adik Bomer Pasaribu (mantan menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi di era Abdurrahman Wahid) ini benar-benar melampiaskan kerinduannya markombur. Tak terasa satu jam sudah Gus dan seisi warung berdiskusi, sampai-sampai salah seorang dari rombongan mengingatkan. Ternyata, Gus masih harus menghadiri acara ulang tahun 1 abad Pesantren Mustafawiyah di Purba Baru, Kecamatan Lembah Sorik Merapi, Madina.

Gus melanjutkan perjalanan ke Pesantren Mustafawiyah. Seperti tak pernah kehabisan tenaga, dengan gayanya yang lincah, Gus memasuki mobil dan meninggalkan warung. “Itulah tadi markombur, ciri khas di kampung, duduk di warung kopi, dan berkumpul dengan masyarakat,” ujar pria kelahiran Padang Sidimpuan, 31 Juli 1964 ini, kepada wartawan.

Di Pesantren Mustafawiyah, Gus didaulat sebagai pembicara untuk membawakan materi ekonomi syariah. Di pesantren Gus disambut di rumah Mudir Mustafawiyah, H Mustafa Bakrie Nasution. Di sini Gus dijamu keluarga besar H Mustafa Bakrie Nasution dengan penganan khas Panyabungan, yakni Toge Mandailing. Penganan ini seperti es dawet, namun bedanya terletak pada adonan tepung yang dibentuk bulat di dalamnya.

Di depan ribuan santri, ketua Masyarakat Ekonomi Syariah ini didaulat memaparkan perkembangan ekonomi syariah di Sumut. Dalam paparannya, Gus prihatin atas kondisi perkembangan ekonomi syariah saat ini. Menurut dia, ada persolan di dalam komitmen pemerintah mengembangkan ekonomi syariah di Sumut. “Bagaimana target ekonomi syariah 5 persen pemerintah pada tahun 2005 bisa tercapai jika dana haji saja sampai saat ini tidak dikelola dengan sistem syariah,” ujarnya.

Sehabis ceramah ekonomi syariah, Gus langsung bertolak ke Kecamatan Batang Angkola, Kabupaten Tapsel. Rupanya disini sedang digelar pertandingan final sepakbola piala bupati Tapsel dan piala ketua KONI Sumut.

Tingkah Gus di tengah lapangan mengundang gelak tawa penonton. Gus sempat menantang lima penonton yang bisa menjadi penjaga gawang. “Yang bisa menahan tendangan awak, bisa lah dikirim jadi pemain timnas. Nanti saya kasih lucky draw,” ujar Gus. Tanpa menunggu lama, lima penonton langsung berjalan ke tengah.

Hasilnya, dari 5 tendangan, Gus sekali kebobolan. “Sengaja awak tadi, nanti kalau ditengokkan main yang betul itu, merajuk pula penonton,” kata Gus santai disambut tawa dan tepuk tangan penonton.
Menjelang Magrib, Gus dan rombongan meninggalkan Kecamatan Batang Angkola menuju Kota Padang Sidimpuan. (bersambung)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/