Site icon SumutPos

Pabetor Goyang Pagar Balaikota

SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
UNJUK RASA TUKANG BECAK_Sejumlah tukang becak yang tergabung dalam Solidaritas Angkutan Dan Transportasi Umum (SATU) menggelar aksi unjuk rasa dan mogok kerja di depan kantor Walikota Medan, Selasa (21/2). Para tukang becak tersebut menuntut pemblokiran aplikasi transportasi online di Medan karena dinilai mematikan sumber pendapatan mereka yang menggunakan sistem konvensional.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Ratusan penarik becak bermotor (pabetor) menggelar aksi demo di depan Balai Kota Medan, Jalan Kapten Maulana Lubis, Selasa (21/2). Aksi demo itu dilakukan karena mereka keberatan atas keberadaan transportasi berbasis aplikasi (online) yang kini semakin marak di Medan.

Demo tersebut sontak saja membuat arus lalu lintas di depan Balai Kota menjadi macet total. Apalagi mereka datang berdemo dengan membawa betornya sehingga memenuhi ruas jalan tersebut. Pihak Dinas Perhubungan Kota Medan yang dipimpin Kadis Perhubungan Kota Medan Redward Parapat yang berada di lokasi, langsung bertindak cepat dengan menutup akses jalan di lokasi itu.

Sedangkan para personel polisi diantaranya polisi wanita (Polwan) tampak bersiaga dari dalam pintu gerbang Balai Kota yang tertutup. Para pendemopun hanya bisa menggelar aksinya di luar pagar yang tertutup.

Awalnya setelah berorasi berjam-jam, hanya perwakilan pengujuk rasa yang diterima untuk bernegosiasi di ruang rapat I Balai Kota. Di tempat itu, perwakilan pengujuk rasa kecewa karena mereka hanya diterima oleh pihak kepolisian dan kepala dinas perhubungan Medan. Pengunjuk rasa bersikeras ingin bertemu Wali Kota Medan Dzulmi Eldin selaku pucuk pimpinan yang mampu  pengambil kebijakan.

Karena Eldin sedang berada di luar kota, akhirnya Akhyar Nasution yang menemui para pengunjuk rasa. Butuh waktu yang cukup lama sampai  akhirnya, Akhyar memutuskan untuk menemui para pengunjuk rasa yang sudah berorasi lebih dari 4 jam.

Didampingi Kepala Dinas Perhubungan Medan Renward Parapat., Asisten Ekonomi Pembangunan Qamaruk Fattah, Kepala Satpol PP M Sofyan, Akhyar turun sampai ke depan pagar utama Balai Kota.

Bahkan, Akhyar menyempatkan diri bersalaman dengan sejumlah pengunjuk rasa. Namun, Akhyar keberatan dengan pernyataan pimpinan aksi yang menyebut bahwa Wakil Wali Kota bersedia menemui pengunjuk rasa setelah dipaksa.”Akhirnya Pak Akhyar mau menemui kita setelah dipaksa,” kata Pimpinan Aksi Solidaritas Angkutan dan Transportasi Umum (SATU), Johan Merdeka melalui pengeras suara.

“Kau mau apa, saya hadir di sini bukan karena dipaksa. Tapi saya hadir karena ingin menemui rakyat saya,” jawab Akhyar.

Di hadapan para pengunjuk rasa, Akhyar memastikan bahwa Pemerintah Kota (Pemko) Medan tidak akan menghapus becak bermotor (betor) dari Kota Medan.

Sebab, betor telah menjadi salah satu icon di Kota Medan yang perlu dipelihara dan dipertahankan.

Meski begitu, Akhyar mengakui bahwa masih banyak hal yang perlu dibenahi dari betor yang ada di Kota Medan. Khususnya dalam rangka memberikan kenyamanan kepada para penumpang.”Becak itu sudah jadi icon Medan, tidak akan kami hapus. Kita akan lakukan modifikasi agar penumpang lebih nyaman. Jumlah betor yang ada saat ini juga sudah melebihi plafon awal,” kata Akhyar.

Maka dari itu, lanjut Akhyar, pihaknya akan melakukan evaluasi mengenai jumlah kendaraan betor yang ada di Kota Medan.”Jumlah plafonnya akan kita bahas terlebih dahulu,” tambahnya.

Sedangkan persoalan aplikasi online, diakuinya bukan menjadi domain atau kewenangan Pemko Medan. “Aplikasi online itu dari Kementrian Kominfo, bukan di kami. Makanya kami akan komunikasikan terlebih dahulu,” ujar Akhyar berjanji.

Persoalan angkutan berbasis online diakuinya pernah dibahas bersama Organda beberapa waktu lalu. “Kami juga sudah cari operator tranportasi online itu, tapi gak ketemu. Kalau Internet itu kan bisa diakses dimana saja,” bilangnya.

Setelah memberikan penjelasan tentang komitmen Pemerintah Kota (Pemko) Medan tentang betor, Akhyar lalu langsung meninggalkan para pengunjuk rasa, tanpa mau bernegosiasi lebih jauh serta meminta para pengujuk rasa untuk membubarkan diri secara tertib.

Sontak kejadian ini menimbulkan emosi dari massa, tanpa komando massa langsung menggoyang pagar Balai Kota.

Makian dan cacian terus dilontarkan penarik betor, akan tetapi Akhyar tetap tidak peduli dan meninggalkan para pengujuk rasa.”Kecewa kami sama Pak Akhyar, dia tidak mau memikirkan perut kami seperti apa. Perut kami lapar Pak,” kata pempinan pengunjuk rasa.

Pimpinan Aksi Solidaritas Angkutan dan Transportasi Umum (SATU), Johan Merdeka sempat menyebut bahwa Wakil Wali Kota Medan hanya peduli kepada masyarakat saat moment pemilihan kepala daerah (Pilkada).

“Sewaktu belum terpilih, mereka mau memohon kepada kita. Setelah terpilih, tuntutan masyarakat tidak mau didengarkan,” ujarnya.

Sebelumnya, para pabetor tersebut juga menggelar aksi demo yang sama di depan kantor Gubernur Sumut. (dik/bal/ila)

 

 

Exit mobile version