Robin Lim, Kartini dari Bali yang Ringankan Persalinan Warga tak Mampu
Jiwa kepeloporan Robin Lim membuat dirinya layak disebut Kartini masa kini. Dialah yang memelopori berdirinya Klinik Bumi Sehat di Ubud, Bali. Melalui klinik tersebut, persalinan ratusan ibu kurang mampu ditolong. CNN pun menyebutnya sebagai pahlawan 2011.
GUNAWAN SUTANTO, Gianyar
Sepintas, Klinik Bumi Sehat berbeda dengan bangunan rumah sakit atau tempat persalinan. Dari luar, bangunan itu lebih mirip dengan guesthouse. Tempat tersebut berada di kawasan yang asri. Beberapa pohon tumbuh di halaman depan klinik itu. Di sisi kanan klinik, ada bangunan yang difungsikan sebagai kantor.
Siang itu, ketika JPNN berkunjung ke sana, tidak banyak kegiatan yang terlihat. Begitu pula pasien yang datang. “Kalau siang seperti ini, memang jarang ada kegiatan. Biasanya, ramai saat pagi dan sore,” kata Eka Yuliani, sekretaris Bumi Sehat Foundation, yayasan yang menaungi Klinik Persalinan Bumi Sehat.
Klinik Bumi Sehat berada di kampung khas pedesaan Bali. Tepatnya di Banjar Nyuh Kuning, Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali. Dari Denpasar, waktu tempuh ke sana sekitar sejam.
Meski berada di perkampungan, klinik tersebut kini cukup terkenal. Terlebih, sosok founder-nya, Robin Lim. Ketika Jawa Pos mengunjungi klinik tersebut siang itu, dia tidak ada.
Perempuan kelahiran Arizona, 24 November 1956, tersebut berdarah campuran Amerika Serikat dan Filipina. Latar belakangnya adalah seorang bidan profesional. Namanya pun tercatat sebagai anggota North American Registry of Midwives dan Asosiasi Perbidanan Indonesia.
Kepada JPNN yang menghubunginya secara terpisah, Robin Lim menuturkan awal mula yang mendasarinya mendirikan Yayasan Bumi Sehat. Dia menyatakan begitu mencintai Ubud. Daerah itu telah dia anggap sebagai rumahnya sejak dirinya datang pada awal 1990-an. “Anak terakhir saya lahir di sini. Plasentanya dibakar di kampung ini juga,” paparnya. Anak terakhir Lim tersebut diberi nama Nyoman Hanoman dan kini telah berusia 18 tahun.
“Saya percaya, jika ingin melakukan sesuatu dengan baik, kita harus lebih dulu merasa homey. Kampung inilah rumah saya,” paparnya. Lim menceritakan, sejak awal dirinya nyaris tidak menemui kendala ketika berupaya menjalankan misi sosial mendirikan klinik persalinan di Ubud. Dia tergerak untuk mendirikan klinik itu karena prihatin dengan tingginya data statistik tentang angka kematian ibu dan bayi di Indonesia. Lim kala itu yakin bahwa salah satu faktor penyebab tingginya angka tersebut adalah tingginya biaya persalinan. “Nah, kami hadir untuk mencoba memperbaiki angka statistik tersebut,” tutur perempuan yang mengenyam pendidikan profesi kebidanan di Amerika Serikat itu.
Dia menceritakan, setelah Wayan Hanoman dilahirkan di rumahnya, keluarga di sekitar desa mulai berdatangan. Mereka meminta dibantu untuk kehamilan dan persalinan. Hari demi hari semakin banyak ibu hamil yang mendapatkan bantuannya.
Sejak 1994, Lim membuka klinik kecil-kecilan dengan fasilitas yang serba terbatas. Hingga akhirnya pada 2006 secara resmi didirikan Yayasan Bumi Sehat melalui akta notaris. Yayasan itulah yang menaungi Klinik Bumi Sehat. Di yayasan tersebut, Lim menjabat executive director. Sehari-hari dia dibantu beberapa pengurus. Salah satunya adalah Eka Yuliani yang menjabat sekretaris yayasan.
Ketika JPNN berkunjung ke klinik itu, Eka-lah yang mengajak melihat dari dekat klinik seluas sekitar 300 meter persegi dan mempunyai enam ruangan tersebut. “Keluarga tak mampu yang ditangani di sini kami bantu mulai proses persalinan sampai perawatan pasca melahirkan,” paparnya.
Dia menambahkan, dalam memberikan pelayanan, Klinik Bumi Sehat benar-benar bersifat sosial. Artinya, tidak ada patokan tarif. Bahkan, mereka yang tidak mampu bakal dibantu seluruhnya. Baik saat proses kehamilan, perawatan persalinan, postpartum (pasca kelahiran), hingga pendidikan ASI (air susu ibu) eksklusif. Sampai-sampai, klinik siap melakukan antar-jemput pasien tidak mampu dari luar Desa Nyuh Kuning, Ubud, Gianyar.
Yang mungkin berbeda dari klinik persalinan lain, penanganan di sana mengadopsi metode gentle birth. Artinya, penanganan persalinan dilakukan secara alami dengan memperhatikan semua aspek tubuh manusia secara holistis. Melalui tenaga medis yang terlatih, persalinan di klinik itu diupayakan agar rasa sakit yang dirasakan si ibu berkurang.
Untuk mewujudkan hal tersebut, dilakukan beberapa konsep persalinan. Di antaranya, persalinan di dalam air atau yang biasa dikenal dengan istilah water birth. Selain itu, klinik tersebut menyediakan pelatihan yoga khusus bagi ibu hamil. Tujuannya secara umum tentu untuk mempermudah kelahiran. “Kami juga sejak dini mengajarkan pentingnya ASI eksklusif,” ujar Eka.
Penanganan persalinan yang lembut diharapkan bisa menekan kelahiran dengan cara bedah atau caesar. Klinik Bumi Sehat memang berupaya semaksimal mungkin untuk menekan persalinan secara caesar. “Semua pelayanan itu kami upayakan lewat penanganan dengan hati agar ada ikatan antara penolong dan pasien,” paparnya.
Awalnya mereka yang merasakan betul klinik itu hanyalah warga Ubud dan sekitarnya. Namun, seiring waktu berjalan, meluaslah profil Klinik Bumi Sehat di seluruh Bali. Bahkan kini pasien persalinan yang ditangani klinik tersebut berasal dari berbagai daerah di Indonesia. “Biasanya yang datang dari jauh merupakan kiriman dari NGO (non-governmental organization),” jelas Eka.
Tidak hanya itu, kini Klinik Bumi Sehat menjadi rujukan para selebriti dan turis asing yang ingin melahirkan secara normal. JPNN sempat mendapati pria bule menggendong bayinya yang terlihat masih berusia beberapa hari.
Bule itu bernama Karl Schutz asal California, AS. Dia sedang menunggui istrinya, Hetty Linda, seusai melahirkan. Siang itu Schutz tampak sumringah menggendong bayi perempuannya. Beberapa kali dia menampakkan wajah bayinya kepada karyawan dan bidan di Klinik Bumi Sehat. “Namanya Hanalei,” ucapnya dengan bahasa Indonesia terbata-bata.
Hanalei memang tidak lahir di klinik tersebut. Namun, bayi itu merasakan kenyamanan pelayanan di Bumi Sehat. Cerita kelahiran bayi itu cukup menarik. Dia hanya menumpang lahir di sebuah rumah sakit di Ubud. Eka menceritakan, awalnya Schutz dan Hetty bersepakat persalinan dilakukan di Bumi Sehat.
Namun, setelah sempat dirawat hampir 33 jam, ternyata kondisi Hetty tidak mungkin untuk melahirkan secara normal. Perempuan asal Medan itu harus dirujuk untuk menjalani operasi caesar di rumah sakit terdekat di Ubud.
Setelah beberapa jam Hanalei lahir, Schutz bukannya tetap mengistirahatkan istrinya di rumah sakit tersebut. Dia malah langsung memindahkan istri dan buah hatinya balik ke Bumi Sehat. “Mereka menginginkan postpartum di sini. Bilangnya sih karena lebih nyaman di sini,” ucap Eka.
Selain kenyamanan, Schutz dan istrinya balik ke Bumi Sehat karena bayinya hendak diberi susu formula di rumah sakit. “Ya, saya memang tidak percaya dengan sistem di hospital,” terang Schutz.
Dia menyatakan sangat berkeberatan anaknya diberi susu formula seperti yang hendak dilakukan di rumah sakit tempat Hetty melahirkan. Pria asal California itu mengaku mengenal Bumi Sehat dari koleganya di AS. “Sebenarnya saya sangat ingin istri saya melahirkan secara alami di sini,” ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, bule yang berkunjung ke Bumi Sehat bukan hanya Schutz. Ada beberapa perempuan berwajah asing yang tampak berseliweran di Klinik Bumi Sehat. Mereka rata-rata adalah sukarelawan yang menjalankan misi kemanusiaan yang bergabung bersama sembilan bidan lokal yang selama ini membantu Lim di Bumi Sehat.
Nama Lim di dunia internasional sangat terkenal. Selain berbagai kegiatan kemanusiaan, dia aktif membuat buku. Di antaranya berjudul Obat Asli The Healing Herbs of Bali, Eating for Two, dan Placenta The Forgotten Cakra. Dia juga aktif menulis di berbagai forum internasional dan majalah luar negeri. Misalnya, Midwery News.
Lim makin dikenal dunia internasional setelah menyandang predikat CNN Heroes 2011. Sebelumnya, pada 2006, dia juga mendapat penghargaan International Alexander Langer karena upayanya menyelamatkan persalinan. “Bagi kami, penghargaan itu tentu sangat spesial. Penghargaan tersebut berarti menunjukkan bahwa Bumi Sehat berhasil menjalankan visinya,” ujar Lim.
Ditanya soal kesulitan yang dihadapi selama mengembangkan Bumi Sehat, dia menjawab, “Kalau ditanya kendala, ya pasti jawabnya seperti NGO lain. Yaitu, pendanaan.”
Selama ini pendanaan Yayasan Bumi Sehat memang lebih banyak disokong dari luar negeri. Namun, minimnya bantuan dari dalam negeri tetap tidak menyurutkan niat Lim untuk mewujudkan Bumi Sehat menjadi yayasan lokal dari Ubud yang bisa mengabdi secara global.Hal itu setidaknya terwujud ketika Bumi Sehat harus terjun ke daerah-daerah bencana. Gerakan sosial yang dilakukan Bumi Sehat memang tidak sekadar menyangkut persalinan. Upaya Bumi Sehat terlibat dalam kegiatan sosial mulanya berlangsung ketika terjadi bencana tsunami di Aceh pada 2004.
Saat itu Bumi Sehat mendirikan klinik di Gampong Cot, Samatiga, Aceh Barat. “Sampai saat ini klinik tersebut masih buka, meski NGO lain telah keluar dari Aceh. Kami tidak ingin meninggalkan masyarakat Aceh,” tegas Lim.
Perempuan keturunan Filipina itu juga menerjunkan timnya ketika terjadi gempa bumi di Jogjakarta (2006), Padang (2008), dan Haiti (2010).(c11/c5/kum/jpnn)