26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Pilot Malaysia Airlines Buta Medan

MEDAN- Penyebab utama pesawat Malaysia Airlines (MAS) nyaris mendarat di Bandara Kualanamu Internasional Airport (KNIA), Sabtu (18/5), dipastikan akibat pilot belum mengenal alias buta wilayah Medan. Pilot tak mampu membedakan titik koordinat bandara Polonia dan bandara Kualanamu.

Dua radar navigasi penerbangan di Kualanamu dan Bandara Polonia yang jaraknya berdekatan memang dalam posisi aktif. Secara teknis, koordinat Kualanamu berada dalam posisi 033752 knot 098425230 Heizh, sedangkan koordinat Polonia di posisi 033333 knot dan 0984016 Heizh. Kendati ada sedikit persamaan dalam numerik (angka), namun dalam peta navigasi perbedaannya amat jelas.

“Saya yakin pilotnya belum pernah terbang ke Medan. Itu baru pertama kali ke Medan, sebelumnya juga pas ti belum pernah ke Polonia. Kalau sebelumnya sudah pernah ke Polonia, pasti pilot tahu. Bandara belum jadi kok didarati,” ujar Dudi Sudibyo sembari tertawa, saat dimintai komentar koran ini di Jakarta, kemarin (20/5).

Dudi, mantan wartawan itu, merupakan sosok yang serius, jarang tertawa. Baru kali ini tertawa mengomentari kasus serius ini. Dia memberi contoh kasus salah mendarat, yang juga disebabkan pilot tidak menguasai wilayah tujuan. Yakni kasus pesawat  Sriwijaya Air salahn mendarat di Bandara Tabing Padangn Sumatera Barat (Sumbar), pada 13 Oktober 2012. Mestinya, pesawat dari Medan itu mendarat di Bandara International Minangkabau (BIM). Pilot Sriwijaya yang salah mendarat itu warga asing.

Terkait dekatnya jarak Bandara Kualanamu dengan Bandara Polonia yang hanya sekitar lima nautical mile, berada di satu jalur dengan koordinatnya pun hampir sama, Dudi menilai, hal itu bukan penyebab utama. Lagi-lagi, Dudi yakin penyebab utamanya karena pilot tidak mempelajari wilayah tujuan penerbangan.

Mestinya, lanjut dia, jika pilot baru pertama kali terbang ke wilayah tertentu, maka dia harus diberi penjelasan dulu oleh pihak maskapai.

“Instrukturnya harus kasih tahu dulu, ini di Medan ada bandara Polonia, ada Kualanamu yang belum dioperasikan. Harus ditunjukkan petanya, yang ini loh Polonia. Jangan salah mendarat karena baru pertama kali ke Medan,” beber Dudi.

Dia berharap, kasus ini menjadi pelajaran bagi semua maskapai, terutama yang menggunakan pilot asing, yang belum tahu ada dua bandara besar di Medan. Jika menyepelekan, kasus serupa bisa terulang lagi.

“Karena ketika nanti Kualanamu sudah beroperasi, bandara Polonia tetap ada, dipakai TNI AU. Jangan sampai penerbangan sipil salah mendarat di Polonia nantinya,” ujar Dudi.

Junior Manager AIS (Aeronatical Information Service) AP II, Amin Fauzi mengakui koordinat Bandara Kualanamu dan Polonia cukup mirip. Letak persamaannya hanya pada tiga angka awal. ‘’Sisanya kan berbeda. Jadi, pilot memang harus benar-benar memperhatikan perhatian itu,” jelasnya.

Terkait kekeliruan pendaratan pada Malaysia Airlines tersebut, Senin (20/5), Amin mengaku dirinya belum bisa memastikan. “Terus terang saya tak mengurusi pesawat saat di udara. Tapi saat landing,” kata Amin sembari menegaskan kembali lingkup pekerjaannya sebagai pemberi informasi penerbangan.

Kepala Otoritas Bandara Udara Wilayah II Abdul Hani membenarkan adanya dua radar navigasi  yang aktif. Dikatakan dia, pengaktifan radar di bandara Kualanamu sebatas pelaksanaan shadow operation (operasi bayangan), sedangkan untuk Polonia merupakan full operation. “Setiap pesawat mampu membaca dua radar ini. Karena itu, saya harap jangan di polemikkan,” pintanya.

Menurut Hani, aktivasi radar di dua bandara ini dinilai penting karena shadow operation adalah ajang pemanasan menuju operasional bandara Kualanamu. Selain itu radar tersebut akan dijadikan back-up radar. “Saat radar di satu bandara tak aktif dapat dibantu oleh radar dari bandara lain. Ini mirip kasus antara Bandara Changi di Singapura dan bandara kecil di sekitarnya,” tukasnya.

Menyoal posisi bandara Polonia dan Kualanamu, Airport Service Manager AP II Bandara Polonia, Ali Sophian, mengakui posisi kedua radar memang sangat berdekatan. Bila dilihat dari posisi depan landasan (heading) dan garis lurus akan lebih dulu terlihat dan tertangkap radar Bandara Kualanamu. “Khususnya pesawat yang take off dari Penang atau Kuala Lumpur,” jelasnya.

Dalam penjelasan teknisnya, landasan pacu (runway) yang digunakan di dua bandara ini punya kemiripan yaitu runway nomor 23 dan 0,5. Jalur runway yang paling sering digunakan pilot yang hendak mendarat di Polonia adalah landasan nomor 0,5 atau yang melewati kawasan Padangbulan. Posisi ini umumnya melawan arah angin sehingga pesawat terbantu untuk mendarat. Sementara, jalur runway nomor 23 jarang digunakan karena umumnya arah angin mengarah ke landasan ini. “Lagi pula jalur runway 0,5 itu paling lengkap peralatannya,” tukasnya.

Tercatat, jalur runway 0,5 ini yang paling dekat dengan Kualanamu bila pesawat hendak  mendarat. Arah jalur Landasan ini juga lebih tidak berisiko karena gedung bertingkat di kawasan Padangbulan lebih sedikit dibandingkan kawasan Juanda yang biasa digunakan untuk arah pendaratan di runway nomor 23. ‘’Karena itu kami selalu posisikan agar pesawat landing dari jalur 0,5,” lanjutnya.

Selain kesalahan membaca radar, data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Bandara Polonia Medan menyebutkan, pada Sabtu (18/5) kemarin, sekitar pukul 15.00-16.00 WIB, cuaca di Medan cukup buruk. “Ada awan cumunolimbus (cb) di sekitar Bandara Polonia Medan,” ucap Kasi Data dan Informasi BMKG Stasiun 1 Bandara Polonia Medan, Mega Sirait. (sam/ram)

Berita sebelumnya:  Malaysia Airlines Nyasar ke Kualanamu

MEDAN- Penyebab utama pesawat Malaysia Airlines (MAS) nyaris mendarat di Bandara Kualanamu Internasional Airport (KNIA), Sabtu (18/5), dipastikan akibat pilot belum mengenal alias buta wilayah Medan. Pilot tak mampu membedakan titik koordinat bandara Polonia dan bandara Kualanamu.

Dua radar navigasi penerbangan di Kualanamu dan Bandara Polonia yang jaraknya berdekatan memang dalam posisi aktif. Secara teknis, koordinat Kualanamu berada dalam posisi 033752 knot 098425230 Heizh, sedangkan koordinat Polonia di posisi 033333 knot dan 0984016 Heizh. Kendati ada sedikit persamaan dalam numerik (angka), namun dalam peta navigasi perbedaannya amat jelas.

“Saya yakin pilotnya belum pernah terbang ke Medan. Itu baru pertama kali ke Medan, sebelumnya juga pas ti belum pernah ke Polonia. Kalau sebelumnya sudah pernah ke Polonia, pasti pilot tahu. Bandara belum jadi kok didarati,” ujar Dudi Sudibyo sembari tertawa, saat dimintai komentar koran ini di Jakarta, kemarin (20/5).

Dudi, mantan wartawan itu, merupakan sosok yang serius, jarang tertawa. Baru kali ini tertawa mengomentari kasus serius ini. Dia memberi contoh kasus salah mendarat, yang juga disebabkan pilot tidak menguasai wilayah tujuan. Yakni kasus pesawat  Sriwijaya Air salahn mendarat di Bandara Tabing Padangn Sumatera Barat (Sumbar), pada 13 Oktober 2012. Mestinya, pesawat dari Medan itu mendarat di Bandara International Minangkabau (BIM). Pilot Sriwijaya yang salah mendarat itu warga asing.

Terkait dekatnya jarak Bandara Kualanamu dengan Bandara Polonia yang hanya sekitar lima nautical mile, berada di satu jalur dengan koordinatnya pun hampir sama, Dudi menilai, hal itu bukan penyebab utama. Lagi-lagi, Dudi yakin penyebab utamanya karena pilot tidak mempelajari wilayah tujuan penerbangan.

Mestinya, lanjut dia, jika pilot baru pertama kali terbang ke wilayah tertentu, maka dia harus diberi penjelasan dulu oleh pihak maskapai.

“Instrukturnya harus kasih tahu dulu, ini di Medan ada bandara Polonia, ada Kualanamu yang belum dioperasikan. Harus ditunjukkan petanya, yang ini loh Polonia. Jangan salah mendarat karena baru pertama kali ke Medan,” beber Dudi.

Dia berharap, kasus ini menjadi pelajaran bagi semua maskapai, terutama yang menggunakan pilot asing, yang belum tahu ada dua bandara besar di Medan. Jika menyepelekan, kasus serupa bisa terulang lagi.

“Karena ketika nanti Kualanamu sudah beroperasi, bandara Polonia tetap ada, dipakai TNI AU. Jangan sampai penerbangan sipil salah mendarat di Polonia nantinya,” ujar Dudi.

Junior Manager AIS (Aeronatical Information Service) AP II, Amin Fauzi mengakui koordinat Bandara Kualanamu dan Polonia cukup mirip. Letak persamaannya hanya pada tiga angka awal. ‘’Sisanya kan berbeda. Jadi, pilot memang harus benar-benar memperhatikan perhatian itu,” jelasnya.

Terkait kekeliruan pendaratan pada Malaysia Airlines tersebut, Senin (20/5), Amin mengaku dirinya belum bisa memastikan. “Terus terang saya tak mengurusi pesawat saat di udara. Tapi saat landing,” kata Amin sembari menegaskan kembali lingkup pekerjaannya sebagai pemberi informasi penerbangan.

Kepala Otoritas Bandara Udara Wilayah II Abdul Hani membenarkan adanya dua radar navigasi  yang aktif. Dikatakan dia, pengaktifan radar di bandara Kualanamu sebatas pelaksanaan shadow operation (operasi bayangan), sedangkan untuk Polonia merupakan full operation. “Setiap pesawat mampu membaca dua radar ini. Karena itu, saya harap jangan di polemikkan,” pintanya.

Menurut Hani, aktivasi radar di dua bandara ini dinilai penting karena shadow operation adalah ajang pemanasan menuju operasional bandara Kualanamu. Selain itu radar tersebut akan dijadikan back-up radar. “Saat radar di satu bandara tak aktif dapat dibantu oleh radar dari bandara lain. Ini mirip kasus antara Bandara Changi di Singapura dan bandara kecil di sekitarnya,” tukasnya.

Menyoal posisi bandara Polonia dan Kualanamu, Airport Service Manager AP II Bandara Polonia, Ali Sophian, mengakui posisi kedua radar memang sangat berdekatan. Bila dilihat dari posisi depan landasan (heading) dan garis lurus akan lebih dulu terlihat dan tertangkap radar Bandara Kualanamu. “Khususnya pesawat yang take off dari Penang atau Kuala Lumpur,” jelasnya.

Dalam penjelasan teknisnya, landasan pacu (runway) yang digunakan di dua bandara ini punya kemiripan yaitu runway nomor 23 dan 0,5. Jalur runway yang paling sering digunakan pilot yang hendak mendarat di Polonia adalah landasan nomor 0,5 atau yang melewati kawasan Padangbulan. Posisi ini umumnya melawan arah angin sehingga pesawat terbantu untuk mendarat. Sementara, jalur runway nomor 23 jarang digunakan karena umumnya arah angin mengarah ke landasan ini. “Lagi pula jalur runway 0,5 itu paling lengkap peralatannya,” tukasnya.

Tercatat, jalur runway 0,5 ini yang paling dekat dengan Kualanamu bila pesawat hendak  mendarat. Arah jalur Landasan ini juga lebih tidak berisiko karena gedung bertingkat di kawasan Padangbulan lebih sedikit dibandingkan kawasan Juanda yang biasa digunakan untuk arah pendaratan di runway nomor 23. ‘’Karena itu kami selalu posisikan agar pesawat landing dari jalur 0,5,” lanjutnya.

Selain kesalahan membaca radar, data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Bandara Polonia Medan menyebutkan, pada Sabtu (18/5) kemarin, sekitar pukul 15.00-16.00 WIB, cuaca di Medan cukup buruk. “Ada awan cumunolimbus (cb) di sekitar Bandara Polonia Medan,” ucap Kasi Data dan Informasi BMKG Stasiun 1 Bandara Polonia Medan, Mega Sirait. (sam/ram)

Berita sebelumnya:  Malaysia Airlines Nyasar ke Kualanamu

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/