BINJAI, SUMUTPOS.CO – Tangis histeris pecah ketika api membakar sebuah pabrik rumahan merakit mancis (korek api gas), di Jalan Perintis Kemerdekaan, Pasar 4, Desa Sambirejo, Kecamatan Binjai, Langkat, Jumat (21/6) siang pukul 11.30 WIB. Sebanyak 30 orang tewas terpanggang dalam kobaran api. Sepuluhan jenazah ditemukan menumpuk dalam satu ruangan. Ada juga beberapa jenazah ditemukan di ruangan lain, seperti kamar-kamar di dalam pabrik tersebut.
MEREKA yang tewas terbakar merupakan pekerja di pabrik rumahan yang diduga ilegal tersebut. Para korban yang tewas terdiri dari ibu-ibu dan anak-anaknya. Empat orang pekerja dikabarkan selamat dari kobaran api.
Keluarga korban yang datang melihat ke Tempat Kejadian Perkara (TKP) tak kuasa menahan air matanya. Mereka berteriak histeris. Satu di antaranya, Irma. Wanita berusia 40 tahun ini terus menangis. Air matanya jatuh membasahi pipi. “Saya kemari karena ada adik sepupu, Fitri (36) kerja di sini. Tadi pulang sekolah, anaknya Sifa yang masih kelas 4 SD datang bawa air minum untuk ibunya, Mereka meninggal berdua berpelukan di sudut (ruangan) itu,” kata Irma kepada Sumut Pos di lokasi kejadian.
Menurutnya, Fitri dikaruniai dua orang anak perempuan yakni Sifa dan Aliya. Nahas, Sifa ikut menjadi korban dalam peristiwa kebakaran hebat itu. “Saya tahu jenazah mereka berpelukan, karena ada tanda cincin di jari anaknya (Sifa). Anaknya pakai cincin. Adik sepupu saya sudah 9 tahun kerja di situ,” ungkap Irma sambil menyeka air matanya.
Tidak hanya Fitri, Yunita Sari juga meninggal dunia bersama dua anaknya yakni Pinja dan Sasa. Ada lagi Desi, juga menemui ajal bersama kedua anaknya Juna dan Bisma di dalam pabrik mancis tempatnya bekerja.
Dalam proses evakuasi, Kapolres Binjai AKBP Nugroho Tri Nuryanto langsung terjun ke TKP. Sedikitnya 9 unit ambulan dikerahkan untuk membawa seluruh jenazah yang sudah hangus terbakar ke Rumah Sakit Bhayangkara Medan, Jalan KH Wahid Hasyim.
Informasi dihimpun, pabrik rumahan yang tidak diketahui namanya ini sudah memulai usahanya sejak 2002 atau 2003. Karyawan yang pertama kali kerja di sana saat itu diupah Rp1.000 per kotak.
Satu kotak berisi 50 mancis. Di pabrik itu mereka bekerja memasang batu mancis. Disebut-sebut, usaha itu milik seseorang warga keturunan Tionghoa.
Lantas, mengapa para pekerja itu bisa terjebak dalam kobaran api di pabrik rumahan itu? Menurut informasi dari warga sekitar, pintu bagian depan rumah yang dijadikan pabrik itu memang selalu dalam keadaan terkunci. Sehingga, akses keluar masuk karyawan pabrik dari pintu belakang.
Suryadi, warga sekitar menyebutkan, peristiwa itu terjadi saat jam makan siang. Saat kejadian, ia mengaku mendengarkan suara ledakan hingga lebih dari 3 kali. “Ada 4 orang yang selamat karena pulang makan di rumah. Seluruh pekerjanya prempuan semua dan hampir semua tempat tinggalnya tak jauh dari lokasi,” ucapnya.
Suryadi menjelaskan, sumber api yang membakar pabrik berasal dari arah bagian belakang. Sehingga ketika kebakaran berlangsung, para pekerjanya lari ke depan untuk menyelamatkan diri. “Sedangkan pintu depan pabrik tidak pernah dibuka dan selalu digembok oleh pemiliknya. Saya tidak tahu kenapa selalu digembok. Kalau masuk pasti dari belakang,” terangnya.
Suryadi juga menyebutkan, usaha isi ulang mancis itu sudah lama beroperasi. Ia menghitung, pabrik itu sudah mulai menjalankan produksinya sejak sekitar hampir 10 tahun yang lalu. “Wah sudah lama, sudah ada hampir 10 tahun. Saya tinggal di samping pabrik itu,” pungkasnya.
Salim, warga lainnya, mengaku ikut bersama warga lainnya berusaha memadamkan si jago merah. Namun apa daya, api langsung membesar dan menghanguskan seisi rumah. “Sebelum mobil pemadam tiba di lokasi, kami bantu memadamkan api. Kejadian tidak hitungan menit. Tapi hitungan detik,” kata dia.
Salim bersama Andi dan Dana mendengar teriakan dari korban. Mereka menjerit minta tolong.
“Suara jeritan jelas terdengar. Karena cuma bisa dari pintu belakang. Sumber ledakan dan api di belakang. Api langsung membesar menghanguskan rumah,” ujar dia.
Akibatnya, warga sekitar tak mampu mendobrak pintu yang terkunci itu. Api cepat menyambar lantaran rumah tersebut dijadikan sebagai tempat perakitan mancis gas. Meski warga sudah berusaha, tetap saja pabrik rumahan yang diduga ilegal ini ludes dilahap si jago merah.
Dari informasi yang diperoleh Sumut Pos, empat korban selamat yakni Nurasiah, Deni Novita Sari, Ariyani, dan Ayu. Keempat korban masih trauma atas kejadian itu. Deni Novita Sari alias Pipit yang sempat diwawancarai Sumut Pos di sebuah rumah di belakang pabrik yang terbakar itu mengatakan, saat kejadian dia pulang untuk makan siang. Kebetulan rumahnya di belakang pabrik itu. Tiba-tiba dia mendengar suara ledakan dari arah pabriknya. “Saya sempat melihat ke depan. Setelah itu saya lemas. Mau berdiri sajapun enggak sanggup. Kami lihat semuanya kawan kami yang jadi korban,” kata wanita yang sudah bekerja selama 8 tahun di pabrik itu.
Saat ditanyai kronologis kebakaran itu, Pipit berkilah. “Nurasiah yang ngerti kejadiannya,” sambung dia.
Sayangnya, Nurasiah masih belum dapat diwawancarai lebih lanjut. Menurut Pipit, Nur selamat karena lari melalui pintu belakang. “Saya enggak ada firasat apa-apa. Macam mimpi. Ledakan banyak terdengar, enggak bisa dihitung. Nur masih syok itu,” lanjut Pipit.
Tak berapa lama, petugas Satreskrim Polres Binjai datang menghampiri Pipit dan tiga korban selamat lainnya. Mereka langsung dibawa ke Mapolres Binjai untuk dimintai keterangan.
Sekitar pukul 15.30 WIB, rombongan Kapolda Sumut, Irjen Agus Andrianto tiba di lokasi pabrik. Jenderal bintang dua tersebut sempat memasuki bangunan rumah yang terbakar. Menurut Agus, korban tewas ada 30 orang. Rinciannya 24 dewasa dan sisanya anak-anak. Saat ini, masih dilakukan pemeriksaan.
“Kita akan melakukan penelusuran terhadap pihak-pihak yang bertanggung jawab. Pemilik pabrik rumahan mengabaikan keamanan dan keselamatan pekerjanya,” ujar mantan Dir Res Krimum Polda Sumut ini.
Karena ini pabrik rumahan merakit mancis, kata Agus, api tersebut sumbernya dari yang mereka rakit sendiri. Sayangnya, Agus enggan membeberkan siapa pemilik pabrik rumah ini. Namun demikian, dia bilang, sudah mengetahui nama ataupun inisial pemilik pabrik rumah tersebut. Di TKP, rombongan Kapolda Sumut tidak lama. Sekira 30 menit kemudian, rombongan meninggalkan TKP.
“Pemilik pabrik sudah ditetapkan sebagai tersangka. Mereka bekerja selalu dikunci. Enggak tahu alasannya apa (kenapa dikunci),” pungkas Kapolres Binjai, AKBP Nugroho Tri Nuryanto.
Tak Miliki Izin
Pengawas Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Wilayah Medan-Binjai-Langkat Provinsi Sumatera Utara (Sumut) Mahipal Nainggolan, memastikan jika home industri pengisian mancis yang meledak di Dusun IV, Desa Sambirejo, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat ini, tidak memiliki izin. “Jadi berdasarkan data kita, perusahan ini tidak memiliki izin,” kata Mahipal Nainggolan di lokasi kejadian, Jumat (21/6) siang.
Mengenai sudah berapa lama pabrik rumahan ini beroperasi, dia mengakui belum mengetahui pasti. Sebab sejauh ini tidak ada pemberitahuan jika ada home industri di daerah tersebut. “Berapa lamanya perushaaan ini berdiripun kita tidak tahu, sejauh ini dari pihak Disnaker dan perangkat di Kabupaten Langkat, belum ada pemberitahuan ke kita kalau ada perusahaan ini,” tegasnya.
Ke depan, katanya, Disnaker Provinsi akan memanggil pihak terkait, seperti pengusaha dan perangkat desa. Disnaker akan berusaha mendata perusahaan-perusahaan serupa. “Kita berharap setiap perushaaan mengurus izin dan menggunakan alat-alat operasional sesuai SOP di perushaan yang didirikan,” tegasnya.
Sementara Sekertaris Daerah dr Indra Salahuddin mengakui, Pemkab Langkat masih melakukan pendataan dan mengevakuasi jasad para korban. “Kita mengucapkan belasungkawa atas kejadian ini dan saat ini sedang berusaha mengevakuasi para korban,” katanya.
Disinggung apakah perusahaan itu memiliki izin dan apakah aparatur sekitar sudah memberitahukan jika ada perusahaan tersebut berdiri? Dirinya mengaku, masih akan melakukakan penyelidikan mengenai hal itu. “Mengenai ijin ke Disnaker, kalau laporan sejauh ini tidak ada yang melaporkan kalau ada perushaan di sini,” jelasnya.
Mengenai santunan kepada keluarga korban, Indra mengaku masih mengkaji ulang hal tersebut. “Nanti ya, kita evakuasi dulu ini atau kita selesaikan permasalahan di sini dulu,” kilah Sekda.
Sementara, Kepala Puskesmas Pembantu (Pustu) Arlina Prihesti mengaku sering melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap para pekerja. Namun dia mengaku tidak mengetahui apakah pabrik mancis berukuran 6×10 meter itu memiliki izin atau tidak. “Secara umum kita tahu kalau ada kegiatan tersebut. Karena sekitar sebulan sekali kita melakukan pemeriksaan terhadap para pekerja. Kebetulan kami sebagai mitra konseling kesehatan bagi para pekerja,” katanya.
Bahkan lanjutnya, saat pihaknya akan masuk ke dalam rumah yang disebut milik Pak Kiyo, yang disewakan oleh pengusaha Medan itu, mereka mesti berkoordinasi terlebih dahulu untuk masuk. “Jadi, saat akan masuk, kita harus mengetuk rumah dulu dan orang yang di dalam nantilah yang akan menelpon pemilik untuk membukakan pintu,” terangnya, sembari mengakui akses pintu masuk cuma dari belakang, karena pintu depan dan lainya selalu dikunci.
Sementara, Kasubbag Humas Polres Binjai, Iptu Siswanto Ginting menyatakan, rumah yang terbakar merupakan milik Sri Maya (47), warga Jalan Perintis Kemerdekaan, Dusun IV, Desa Sambirejo, Kecamatan Binjai, Langkat. Rumah tersebut, disewakan kepada Burhan (37), warga Jalan Bintang Terang Nomor 20, Dusun XV, Desa Mulyorejo, Sunggal, Deliserdang.
Berdasarkan keterangan warga, kata Siswanto, mulanya suara ledakan terdengar yang disambut dengan adanya kobaran api. Secara spontan juga, warga membantu memadamkan si jago merah. “Sekitar pukul 12.30 WIB, damkar tiba dari Pemko Binjai sebanyak 4 unit. Kemudian disusul Damkar Angkat ada 2 unit. Api dapat dipadamkan pukul 13.00 WIB,” pungkasnya. (ted/bam)