27 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Hujan Deras Sekali Pun Saya Angkut Sampah

Mendengar Kisah Pengangkut Sampah

Membersihkan Kota Medan bagian dari tantangan hidup, walau terkesan susah dan berat. Tapi, ketika komitmen dan tak gengsi dalam mengangkut sampah. Maka Kota Medan bisa menjadi kota terbersih.

Bagi pekerja pengakut sampah di Kelurahan Petisah Tengah Kecamatan Medan Petisah merupakan pekerjaan mulia, walau terkesan jorok dan bau tak sedap. Tapi, hasilnya untuk banyak orang.
“Hujan deras sekalipun saya tetap mengangkut sampah, terkadang badan dikelilingi ulat dan lalat serta pakaian menjadi basah dan bau,” kata Giran seorang petugas kebersihan di Kelurahan Petisah Tengah, Sabtu (21/7).
Dia mengakui, pekerjaan mengangkut sampah bagian tantangan hidup dan tanggung jawab manusia kepada alam. Walau bukan warga yang berdomisili di Kota Medan, tapi ada rasa tanggung jawabnya menjaga ibu kota Sumatera Utara (Sumut) menjadi kota terbersih.

Giran menyampaikan, pilihannya bekerja sebagai pengangkut sampah, bukan dikarenakan tidak ada pilihan bekerja lainnya. Melainkan, pekerjaan itu ditekuninya demi satu pengabdian kepada negara dan masyarakat. Kemudian, pekerjaan yang dilakukannya juga memiliki hasil yang halal.

“Walau saya kotor dan bau sampah, tapi upah yang saya dapatkan halal,” sebutnya.
Untuk bekerja setiap harinya, dia mulai bekerja pukul 08.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB. Setiap harinya, rute yang dijalaninya mulai Jalan Karo, Jalan S Parman dan Jalan Toba. Setiap harinya rute itu dilaluinya tak mengenal hujan deras dan panas terik.

“Saya merasa bila satu hari saja tak mengangkut sampah di rute yang kerap dilalui itu. Rasanya, para masyarakat selalu mencari saya. Kemudian badan saya juga terasa sakit. Yah kalau pun hujan tetap saja saya angkut sampah,” ujarnya.
Dengan upah Rp1,3 juta yang diterimanya setiap bulan dari Dinas Kebersihan Kota Medan, Giran mengaku, terkadang upah sebesar itu tak cukup, tapi dipaksakan untuk cukup membelanjakan kebutuhan yang penting serta menyekolahkan anak.

“Yah terpenting bekerja itu dengan tanggung jawab dan hasilnya digunakan untuk keperluan yang penting,” katanya.

Hal berbeda dengan petugas kebersihan PD Pasar Petisah, Muhammad Rusli. Pekerjaan mengangkut sampah yang dilakoninya dianggapnya pekerjaan mulia, walaupun gaji yang diterimanya  per bulan hanya Rp 750 ribu.
“Bagi saya dengan gaji yang didapat itu tetap di syukuri. Sebab, itulah hasil keringat yang didapat,” katanya.

Dia mengakui, pekerjaan mengutip sampah itu merupakan pekerjaan yang sangat beriman. Pasalnya, kebersihan itu juga sebagian dari iman. Artinya, bila sampah yang dikutip setiap hari di dalam gang, tentunya gang-gang tersebut terlihat bersih. (omi)

Mendengar Kisah Pengangkut Sampah

Membersihkan Kota Medan bagian dari tantangan hidup, walau terkesan susah dan berat. Tapi, ketika komitmen dan tak gengsi dalam mengangkut sampah. Maka Kota Medan bisa menjadi kota terbersih.

Bagi pekerja pengakut sampah di Kelurahan Petisah Tengah Kecamatan Medan Petisah merupakan pekerjaan mulia, walau terkesan jorok dan bau tak sedap. Tapi, hasilnya untuk banyak orang.
“Hujan deras sekalipun saya tetap mengangkut sampah, terkadang badan dikelilingi ulat dan lalat serta pakaian menjadi basah dan bau,” kata Giran seorang petugas kebersihan di Kelurahan Petisah Tengah, Sabtu (21/7).
Dia mengakui, pekerjaan mengangkut sampah bagian tantangan hidup dan tanggung jawab manusia kepada alam. Walau bukan warga yang berdomisili di Kota Medan, tapi ada rasa tanggung jawabnya menjaga ibu kota Sumatera Utara (Sumut) menjadi kota terbersih.

Giran menyampaikan, pilihannya bekerja sebagai pengangkut sampah, bukan dikarenakan tidak ada pilihan bekerja lainnya. Melainkan, pekerjaan itu ditekuninya demi satu pengabdian kepada negara dan masyarakat. Kemudian, pekerjaan yang dilakukannya juga memiliki hasil yang halal.

“Walau saya kotor dan bau sampah, tapi upah yang saya dapatkan halal,” sebutnya.
Untuk bekerja setiap harinya, dia mulai bekerja pukul 08.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB. Setiap harinya, rute yang dijalaninya mulai Jalan Karo, Jalan S Parman dan Jalan Toba. Setiap harinya rute itu dilaluinya tak mengenal hujan deras dan panas terik.

“Saya merasa bila satu hari saja tak mengangkut sampah di rute yang kerap dilalui itu. Rasanya, para masyarakat selalu mencari saya. Kemudian badan saya juga terasa sakit. Yah kalau pun hujan tetap saja saya angkut sampah,” ujarnya.
Dengan upah Rp1,3 juta yang diterimanya setiap bulan dari Dinas Kebersihan Kota Medan, Giran mengaku, terkadang upah sebesar itu tak cukup, tapi dipaksakan untuk cukup membelanjakan kebutuhan yang penting serta menyekolahkan anak.

“Yah terpenting bekerja itu dengan tanggung jawab dan hasilnya digunakan untuk keperluan yang penting,” katanya.

Hal berbeda dengan petugas kebersihan PD Pasar Petisah, Muhammad Rusli. Pekerjaan mengangkut sampah yang dilakoninya dianggapnya pekerjaan mulia, walaupun gaji yang diterimanya  per bulan hanya Rp 750 ribu.
“Bagi saya dengan gaji yang didapat itu tetap di syukuri. Sebab, itulah hasil keringat yang didapat,” katanya.

Dia mengakui, pekerjaan mengutip sampah itu merupakan pekerjaan yang sangat beriman. Pasalnya, kebersihan itu juga sebagian dari iman. Artinya, bila sampah yang dikutip setiap hari di dalam gang, tentunya gang-gang tersebut terlihat bersih. (omi)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/