MEDAN-Curah hujan yang cenderung makin meningkat pada pekan-pekan terakhir bulan Oktober ini telah menimbulkan banjir di sejumlah kabupaten/kota. Hingga Minggu siang, ribuan rumah warga di tujuh daerah terendam banjir.
Gubernur Sumatera Utara (Gubsu), H Gatot Pujo Nugrroho ST MSi meminta satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dan instansi terkait proaktif mengatasi bencana tersebutn
dengan langsung mengumpulkan stafnya dan memanggil Plt Wali Kota Medan Dzulmi Eldin serta jajarannya untuk membahas kondisi terakhir.
Salah satu poin yang mengemuka adalah, kedua pihak akan berupaya bersama-sama melakukan percepatan penyelesaian normalisasi Sungai Deli dan normalisasi Sungai Babura serta membangun Bendungan Lausimeme untuk mengatasi banjir di Kota Medan sekitarnya.
Selain membahas banjir di Ibu kota Provinsi Sumatera Utara, pertemuan yang berlangsung di Gubernuran, Jalan Sudirman No 41, Medan tersebut juga membahas kondisi serta penanganan banjir di beberapa daerah lainnya di Sumatera Utara.
Hingga akhir pekan kemarin banjir merendam Kota Medan, Kota Binjai, Kabupaten Langkat, Kabupaten Serdangbedagai, Kota Tebing Tinggi, Kabupaten Labuhanbatu dan Kabupaten Batubara.
Selain Plt Walikota Medan, rapat ini turut dihadiri Balai Wilayah Sungai Sumatera II (BWSSII) dan Kepala Dinas Pengairan Provinsi Sumatera Utara untuk mengkoordinasikan penanganan persoalan banjir.
Tampak hadir dalam kesempatan itu Plt Wali Kota Medan H Dzulmi Eldin, Sekda Kota Medan H Syaiful Bahri, dan Kepala Dinas Bina Marga Kota Medan Khairul Syahnan, Kadis Pengelolaan Sumber Daya Air Sumut Saleh Idoan Siregar, mewakili BWSS II Jinto lumbanbatu dan Aron Lumbanbatu.
Dalam kesempatan itu Gubsu menekankan dalam penanganan persoalan banjir perlu dilakukan koordinasi yang intens antara SKPD terkait baik di tingkat kabupaten/kota, provinsi maupun yang di bawah koordinasi pusat.
“Masyarakat tidak membedakan apakah banjir ini tugas Balai Wilayah Sungai, Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air atau Dinas kabupaten/kota. Saya minta berkoordinasilah dengan baik, cari solusi bersama. Jangan saling menunggu,” ujar Gubsu.
Dalam rapat yang dipimpin Gubsu itu terungkap bahwa persoalan banjir di Kota Medan terutama terjadi di kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli dan Babura, sehingga normalisasi kedua sungai ini menjadi solusi.
Untuk Sungai Deli saat ini pemerintah sedang melakukan normalisasi di kawasan hilir yang dilaksanakan secara multiyears. Sedangkan untuk Sungai Babura, normalisasi direncanakan dilakukan pada tahun 2014.
Normalisasi Sungai Deli yang kini dalam tahap pekerjaan, menurut Plt Wali Kota Medan, walaupun mengalami kendala persoalan pembebasan lahan, namun harus terus dijalankan.
“Ini yang harus kita pikirkan jalan keluarnya, karena sesuai dengan undang-undang, jelas tidak diperbolehkan mendirikan bangunan di sempadan sungai. Tapi kalau kita paksakan pengosongan, nanti kita dianggap melanggar HAM,” ujar Eldin.
Sementara itu, untuk Sungai Babura tahun ini penyusunan DED (Detail Engineering Design (DED) diperkirakan selesai, sehingga program normalisasi sungai tersebut bisa diusulkan untuk dilaksanakan tahun 2014.
Akan tetapi, menurut perwakilan BWSS II, program normalisasi tersebut sulit terlaksana dengan optimal karena padatnya pemukiman penduduk yang tinggal persis di bantaran sungai.
“Kami sudah survei, hampir tidak ada lokasi untuk menurunkan alat berat, makanya ini sangat sulit,” ujar Jinto Lumbanbatu, dari BWSS II.
Begitupun Sekda Kota Medan Syaiful Bahri menilai permasalahan tersebut jangan menghentikan usaha namun harus dicarikan solusinya. “Pasti ada solusi, harus kita upayakan sebisanya,” kata Syaiful.
Untuk pengendalian banjir di Kota Medan, BWSS II juga merencanakan pembangunan Bendungan Lausimeme yang akan rampung pada 2016 mendatang. Bendungan yang akan dibangun di Kecamatan Sibirubiru, Kabupaten Deliserdang tersebut direncanakan untuk mengatasi persoalan banjir di Medan dan sekitarnya.
Saat ini pembangunan Bendungan Lausimeme dalam tahapan persiapan seperti pembebasan lahan milik warga dan pembuatan jalan masuk. Nantinya bendungan Lausimeme dapat menampung air hingga 22 juta meter kubik.
Tanggul jebol peningkatan debit sungai juga menyebabkab tanggul di beberapa lokasi jebol sehingga merendam ratusan rumah penduduk.
Kadis Pengelolaan Sumber Daya Air Sumut Saleh Idoan Siregar, menjelaskan jebolnya beberapa tanggul di Labuhanbatu menyebabkan banjir.
Sesuai laporan dari UPTD PSDA Kualuh Barumun, jelasnya, tanggul Sungai Bilah yang terletak di Dusun Alornaga Kecamatan Pangkatan Labuhanbatu rubuh sepanjang 17 meter.
Peristiwa yang terjadi Minggu (20/10) pukul 17.00 menyebabkan 147 rumah penduduk terendam air sehingga menyebabkan 588 jiwa mengungsi. Seluas 225 ha perkebunan sawit di daerah tersebut juga terendam air.
Sehari sebelumnya, Sabtu (19/10) sekitar pukul 23.00 banjir juga terjadi di Dusun Kampung Selamat Desa Sialangtaji Kecamatan Kualuh Selatan Kabupaten Labuhanbatu Utara.
Banjir yang menggenang 24 rumah yang didiami 100 jiwa serta puluhan hekta lahan sawit itu terjadi akibat pecahnya tanggul Sungai Kualuh sepanjang 15 meter.(rud)