31 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Rumah Bersalin Dilarang Promosi Susu Formula

Peresmian Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Cabang Sumut

MEDAN- Rendahnya pemberian Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi dan tingginya risiko yang ditimbulkan susu formula, menjadi penyumbang tingginya angka kematian bayi. Karenanya, rumah sakit tempat bersalin ataupun klinik kesehatan, dilarang memberikan susu formula untuk anak usia di bawah satu tahun.

Menurut Pakar Laktasi Indonesia dr Utami Roesli, di beberapa rumah sakit dan klinik bersalin tak jarang ditemukan bayi yang baru lahir diberi susu formula menggunakan botol. Padahal, anak-anak yang diberi susu formula lebih rentan terkena infeksi atau jatuh sakit dibandingkan dengan anak yang diberi ASI.

“Fasilitas kesehatan tidak boleh mempromosikan susu formula. Risiko bayi mengalami sakit lebih tinggi jika diberikan susu formula. Susu bubuk formula bukan produk steril dan bisa saja terkontaminasi saat di pabrik,” katanya usai kegiatan yang bertemakan talk A-Z about breasfeeding dan menyusui serentak 100 ibu dalam rangka peresmian Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Cabang Sumut di Hotel Danau Toba Medan, kemarin.

Namun, tak sedikit ibu-ibu yang menggantungkan susu formula bagi bayinya. Akibatnya, pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan bagi bayi pun tertinggalkan. “Untuk itu, para ibu juga harus mengetahui efek dari pemberian susu formula ini. Jika memang si bayi belum mau saat diberi ASI, jangan menyerah, kan ada prosesnya,” tegasnya.

Ditambahkannya, ada empat hal yang penting diingat oleh ibu-ibu dalam menyusui secara benar. Diantaranya, IMD (inisiasi menyusui dini) yang benar, memberikan ASI eksklusif pada bayi sejak lahir hingga usia 6 bulan, meneruskan ASI ditambah makanan pendamping hingga usia 2 tahun dan menghindarkan makanan kalengan.

Sementara itu, Ketua Umum AIMI Ma Sutanto mengatakan, berdasarkan riset kesehatan dasar pada 2010, hanya sekitar 15 persen ibu-ibu Indonesia yang berhasil memberikan Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif. Sejauh ini ibu-ibu yang menyusui sesuai standart emas belum dapat terpenuhi.

Lanjutnya, AIMI dibentuk untuk meningkatkan pemahaman ibu menyusui pada bayi dengan cara menyebarkan informasi melalui kelas edukasi atau seminar, memberikan konseling menyusui untuk membantu dan mendukung ibu agar sukses menyusui serta menyertukan pentingnya pemberian ASI.

“Banyak ibu-ibu yang tidak tahu memberikan ASI dengan benar selain itu memberikan bayinya minuman susu formula. Padahal, pemberian ASI ini sangat penting bukan hanya pada bayi tapi juga pada ibunya. Pemberian ASI ini dapat mencegah terjadinya kanker payudara, kanker rahim, diabetes dan banyak lagi. Kita akan terus sosialisasikan ini dan untuk itulah kita mendirikan cabang di daerah-daerah di Indonesia,” bebernya. (mag-11)

Peresmian Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Cabang Sumut

MEDAN- Rendahnya pemberian Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi dan tingginya risiko yang ditimbulkan susu formula, menjadi penyumbang tingginya angka kematian bayi. Karenanya, rumah sakit tempat bersalin ataupun klinik kesehatan, dilarang memberikan susu formula untuk anak usia di bawah satu tahun.

Menurut Pakar Laktasi Indonesia dr Utami Roesli, di beberapa rumah sakit dan klinik bersalin tak jarang ditemukan bayi yang baru lahir diberi susu formula menggunakan botol. Padahal, anak-anak yang diberi susu formula lebih rentan terkena infeksi atau jatuh sakit dibandingkan dengan anak yang diberi ASI.

“Fasilitas kesehatan tidak boleh mempromosikan susu formula. Risiko bayi mengalami sakit lebih tinggi jika diberikan susu formula. Susu bubuk formula bukan produk steril dan bisa saja terkontaminasi saat di pabrik,” katanya usai kegiatan yang bertemakan talk A-Z about breasfeeding dan menyusui serentak 100 ibu dalam rangka peresmian Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Cabang Sumut di Hotel Danau Toba Medan, kemarin.

Namun, tak sedikit ibu-ibu yang menggantungkan susu formula bagi bayinya. Akibatnya, pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan bagi bayi pun tertinggalkan. “Untuk itu, para ibu juga harus mengetahui efek dari pemberian susu formula ini. Jika memang si bayi belum mau saat diberi ASI, jangan menyerah, kan ada prosesnya,” tegasnya.

Ditambahkannya, ada empat hal yang penting diingat oleh ibu-ibu dalam menyusui secara benar. Diantaranya, IMD (inisiasi menyusui dini) yang benar, memberikan ASI eksklusif pada bayi sejak lahir hingga usia 6 bulan, meneruskan ASI ditambah makanan pendamping hingga usia 2 tahun dan menghindarkan makanan kalengan.

Sementara itu, Ketua Umum AIMI Ma Sutanto mengatakan, berdasarkan riset kesehatan dasar pada 2010, hanya sekitar 15 persen ibu-ibu Indonesia yang berhasil memberikan Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif. Sejauh ini ibu-ibu yang menyusui sesuai standart emas belum dapat terpenuhi.

Lanjutnya, AIMI dibentuk untuk meningkatkan pemahaman ibu menyusui pada bayi dengan cara menyebarkan informasi melalui kelas edukasi atau seminar, memberikan konseling menyusui untuk membantu dan mendukung ibu agar sukses menyusui serta menyertukan pentingnya pemberian ASI.

“Banyak ibu-ibu yang tidak tahu memberikan ASI dengan benar selain itu memberikan bayinya minuman susu formula. Padahal, pemberian ASI ini sangat penting bukan hanya pada bayi tapi juga pada ibunya. Pemberian ASI ini dapat mencegah terjadinya kanker payudara, kanker rahim, diabetes dan banyak lagi. Kita akan terus sosialisasikan ini dan untuk itulah kita mendirikan cabang di daerah-daerah di Indonesia,” bebernya. (mag-11)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/