26 C
Medan
Sunday, June 30, 2024

Ratusan Imigran Pencari Suaka Gelar Unjuk Rasa Minta Diberangkatkan ke Negara Tujuan

UNJUK RASA: Ratusan Imigran mencari suaka, berunjuk rasa di Depan Kantor UHNCR di Medan, Kamis (22/8).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Ratusan imigran pencari suaka dari berbagai negara berunjuk rasa di kantor United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) Jalan Imam Bonjol, Medan, Kamis (22/8) siang. Mereka menuntut UNHCR memberikan kejelasan kapan mereka untuk diberangkatkan ke negara-negara tujuan suaka, seperti Australia, Selandia Baru, Amerika dan Kanada.

Karena, mereka nasib terkatung-katung dan sudah tinggal lama di sejumlah lokasi pengusian di Kota Medan

Seorang imigran asal Sudan, Ishaq Bahar mengungkapkan, unjuk rasa meminta UHNCR untuk memastikan keberangkatan mereka ke negara tujuan. Karena, mereka inging hidup normal bekerja dan mempunyai penghasil tetap, tidak mengharapkan bantuan saja. “Saya sudah tujuh tahun tinggal di sini. Tapi sampai sekarang belum ada kejelasan dari UNHCR. Kami mau bekerja, memiliki rumah dan bukan tinggal di tempat pengusian saja,” kata Ishaq.

Para imigran itu, berasal dari berbagai negara seperti Sudan, Somalia, Etiophia, Palestina, Irak, Afganistan, Srilanka dan beberapa negara lainnya ini, tak bisa bekerja. Sebab, negara maupun UNHCR tak memperbolehkan mereka bekerja.

“Lama-lama bosan hidup seperti ini. Kami hanya makan, tidur. Mencari kerja tidak boleh,” kata Ibrahim Basim, imigran asal Palestina.

Sepanjang hidup di Indonesia, mereka hanya mengharapkan dana bantuan dari PBB yang dikelola oleh lembaga nonpemerintah, International Organization for Migration (IOM) dan UNHCR. Rata-rata, seorang imigran mendapat bantuan biaya hidup sebesar Rp500 ribu hingga Rp1,5 juta per bulan.

Menurut mereka, angka tersebut tak cukup untuk membiayai kehidupan mereka di kota besar seperti Medan. Belum lagi, tidak sedikit para imigran ini yang telah berkeluarga. Di sini lain, mereka tak diperbolehkan mencari kerja untuk mendapat penghasilan tambahan. Bahkan, beberapa dari mereka mengatakan bahwa uang donasi dari negara-negara lain untuk mereka dipangkas oleh IOM.

Masalah lainnya, anak-anak mereka juga tidak bisa mendapat pendidikan formal selama tinggal di Indonesia. Belum lagi dengan biaya kesehatan yang juga tak mereka peroleh. Bahkan, jika ada imigran atau anak mereka yang sakit, tidak bisa langsung diobati.

Hal inilah yang memaksa mereka turun jalan, dan meminta pemerintah Indonesia dan UNHCR segera memberangkatkan mereka ke negara tujuan suaka. “Kami tak memiliki masa depan jika terus tinggal di sini. Anak-anak kami tidak bisa sekolah. Biaya hidup sangat kecil. Kami minta segera diberangkatkan. Diproses,” kata Aiman Nasir, imigran asal Irak.

Aiman mengharapkan ada kepedulian dari pihak terkait untuk memikiri nasib masa depan mereka bersama keluarganya. “Kehidupan kami hanya makan minum, tidak ada kegiatan sehingga kami stres makanya kami ingin meminta kepada pemerintah agar mengirim kami ke negara suaka. Namun, UNHCR hanya bilang sabar, dan sabar,” pungkas Aiman.(gus/ila)

UNJUK RASA: Ratusan Imigran mencari suaka, berunjuk rasa di Depan Kantor UHNCR di Medan, Kamis (22/8).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Ratusan imigran pencari suaka dari berbagai negara berunjuk rasa di kantor United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) Jalan Imam Bonjol, Medan, Kamis (22/8) siang. Mereka menuntut UNHCR memberikan kejelasan kapan mereka untuk diberangkatkan ke negara-negara tujuan suaka, seperti Australia, Selandia Baru, Amerika dan Kanada.

Karena, mereka nasib terkatung-katung dan sudah tinggal lama di sejumlah lokasi pengusian di Kota Medan

Seorang imigran asal Sudan, Ishaq Bahar mengungkapkan, unjuk rasa meminta UHNCR untuk memastikan keberangkatan mereka ke negara tujuan. Karena, mereka inging hidup normal bekerja dan mempunyai penghasil tetap, tidak mengharapkan bantuan saja. “Saya sudah tujuh tahun tinggal di sini. Tapi sampai sekarang belum ada kejelasan dari UNHCR. Kami mau bekerja, memiliki rumah dan bukan tinggal di tempat pengusian saja,” kata Ishaq.

Para imigran itu, berasal dari berbagai negara seperti Sudan, Somalia, Etiophia, Palestina, Irak, Afganistan, Srilanka dan beberapa negara lainnya ini, tak bisa bekerja. Sebab, negara maupun UNHCR tak memperbolehkan mereka bekerja.

“Lama-lama bosan hidup seperti ini. Kami hanya makan, tidur. Mencari kerja tidak boleh,” kata Ibrahim Basim, imigran asal Palestina.

Sepanjang hidup di Indonesia, mereka hanya mengharapkan dana bantuan dari PBB yang dikelola oleh lembaga nonpemerintah, International Organization for Migration (IOM) dan UNHCR. Rata-rata, seorang imigran mendapat bantuan biaya hidup sebesar Rp500 ribu hingga Rp1,5 juta per bulan.

Menurut mereka, angka tersebut tak cukup untuk membiayai kehidupan mereka di kota besar seperti Medan. Belum lagi, tidak sedikit para imigran ini yang telah berkeluarga. Di sini lain, mereka tak diperbolehkan mencari kerja untuk mendapat penghasilan tambahan. Bahkan, beberapa dari mereka mengatakan bahwa uang donasi dari negara-negara lain untuk mereka dipangkas oleh IOM.

Masalah lainnya, anak-anak mereka juga tidak bisa mendapat pendidikan formal selama tinggal di Indonesia. Belum lagi dengan biaya kesehatan yang juga tak mereka peroleh. Bahkan, jika ada imigran atau anak mereka yang sakit, tidak bisa langsung diobati.

Hal inilah yang memaksa mereka turun jalan, dan meminta pemerintah Indonesia dan UNHCR segera memberangkatkan mereka ke negara tujuan suaka. “Kami tak memiliki masa depan jika terus tinggal di sini. Anak-anak kami tidak bisa sekolah. Biaya hidup sangat kecil. Kami minta segera diberangkatkan. Diproses,” kata Aiman Nasir, imigran asal Irak.

Aiman mengharapkan ada kepedulian dari pihak terkait untuk memikiri nasib masa depan mereka bersama keluarganya. “Kehidupan kami hanya makan minum, tidak ada kegiatan sehingga kami stres makanya kami ingin meminta kepada pemerintah agar mengirim kami ke negara suaka. Namun, UNHCR hanya bilang sabar, dan sabar,” pungkas Aiman.(gus/ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/