25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

2,5 Ton Batu Hasilkan 2,5 Gram Emas

Mengunjungi Pertambangan Emas Proyek Martabe di Batangtoru (2)

Salah satu pemaparan Tim Duffy, GM Operation G-Resources Martabe, yang paling menarik disimak adalah proses menghasilkan emas. Dibutuhkan dana sangat besar dan teknologi tinggi untuk menghasilkan serpihan emas.

Toga MH Siahaan, Medan

Kandungan emas di tanah Batangtoru pertama kali ditemukan pada 1997 oleh perwakilan perusahaan Normandy. Pada 2002, hak pengelolaan emas di lokasi tersebutberalih ke pihak Newmont. Pada 2005/2006 hak penambangan beralih lagi ke Agincourt Resources.

Pada 2006, Agincourt Resources mendapat izin eksplorasi tetapi kemudian menjual haknya ke perusahaan tambang Oxiana pada 2007.

Setahun kemudian, Oxiana merjer menjadi perusahaan tambang OZL dan pada 2009, G-Resources mengambil alih hak atas tambang emas di Batangtoru. Mulai tahun inilah kiprah perusahaan tambang emas yang berkantor dan listing di bursa saham Hongkong ini memulai kiprahnya di Batangtoru.

Proyek Martabe memiliki lima lokasi tambang atau pit potensial dan siap dieksploitasi di lahan seluas sekitar 3 ribu hektare. Lokasi itu berada di pit Purnama, Barani, Ramba Joring, Tor Uluala dan Uluala Hulu.

Saat ini, konsentrasi pertambangan di lokasi tambang Purnama. Prosesnya masih dalam tahap konstruksi dan diharapkan mulai berproduksi pada akhir kwartal pertama 2012 dengan kapasitas 250.000 ounces emas dan 2-3 juta ounces perak.

“Kami bekerja sesuai target tetapi tetap mengacu pada standar internasional baik secara teknis maupul lingkungan. Dalam setahun kita bisa menghasilkan 7,5 ton emas,” kata Tim.

Sebuah pernyataan Tim Duffy membuat agak terperangah. Belanja modal yang dikeluarkan utuk pembangunan hingga pertengahan 2011 sudah hampir 600 juta dolar AS. Bila angka ini dirupiahkan dengan kurs Rp10.000 ribu per dolar, angka itu setara dengan 6 triliun rupiah. Sungguh angka yang fantastis.

Menurut pemaparan pria yang paling bertanggung jawab di Proyek Martabe ini, pabrik pengolahan yang sedang dibangun di lahan tambang, mampu menghancurkan 10 ribu ton batu mengandung mineral berharga per hari. Batu-batu yang merupakan bahan mentah (raw material) tersebut akan menjalani enam tahapan proses produksi. Total waktu yang diperlukan hingga keluarnya hasil akhir berupa 90 persen emas dan 90 perak, selama 20 menit.
Hasil tambang dalam bentuk batangan campuran emas dan perak kemudian dibawa ke PT Aneka Tambang untuk dimurnikan dengan kadar tinggi untuk selanjutnya dijual di pasar logam mulia internasional.

Terasa lebih mengagetkan lagi setelah proses menghasilkan diurasi. PT Agincourt Resources yang 95 persen sahamnya dikuasai G-Resources hanya menghasilkan ‘sedikit’ emas dari banyak bongkahan batu untuk kemudian diproses di mesin penghancur dengan teknologi tinggi. Masih dari pemaparan Tim Duffy, dari 2,5 ton raw material, hanya menghasilkan 2,5 gram emas.

Bila dirinci lebih detail, lahan tambang di Proyek Martabe memang hanya menghasilkan emas dengan perbandingan volume per volume 1:100.000 dari raw material. Washington Tambunan, penasihat PT AR, serta Agus Supriynto selaku Deputy Mine Manager, yang memang hadir di Pelangi Recreation Room, turut memberi penjelasan.

Pertambangan ini memang ekonomis. Semuanya sudah diperhitungkan dengan cermat. Menurut pihak manajemen PT AR, lokasi strategis Proyek Martabe yang tidak jauh dari jalan lintas Sumatera, Pelabuhan Sibolga, Bandara Dr FL Tobing/Pinangsori dan Bandara Aek Godang dan didukung fasilitas kelistrikan dari PLN menjadi nilai lebih pertambangan ini. Ceritanya bisa berbeda ketika lokasi tambang jauh di pedalaman yang minus ketersediaan fasilitas pendukung.

Terlepas dari hitung-hitungan kandungan emas di Proyek Martabe, toh proyek ini sudah menjalani uji kelayakan dan sudah mendekati masa produksi. Segala perlengkapan yang dibutuhkan sudah mendekati bentuk yang sempurna. Masyarakat di sekitar tambang juga sudah banyak merasakan dampak positif kehadiran perusahaan tambang ini. Hingga saat ini, proyek konstruksi di lokasi tambang sudah menyerap sekitar 3.700 tenaga kerja. Dari jumlah itu, sekitar 70 persennya berasal dari warga sekitar tambang.

Banyak efek ganda (multiplier effect) yang dihasilkan mulai dari ketersediaan lapangan kerja baru di luar pertambangan hingga program-program PT AR yang memang ditujukan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar tambang. Di pelataran parkir yang terdapat di lokasi depan perusahaan saja, terdapat jajaran sepeda motor baru milik warga sekitar yang bekerja di proyek. “Jumlahnya mencapai ribuan, dan semuanya sepeda motor baru,” ujar Katarina Hardono yang menterjemahkan pemaparan Tim Duffy.

Itu masih yang skala kecil-kecil. PT AR juga membuka kesempatan kepada warga sekitar untuk menjadi pengusaha, dengan menjadi rekanan perusahaan tambang tersebut. Tidak jauh-jauh, empat unit mobil Toyota Innova yang mengangkut rombongan dari bandara Dr FL Tobing/Pinangsori, merupakan milik warga sekitar yang direntalkan kepada perusahaan itu.

Terkait pengelolaan hubungan baik dengan masyarakat sekitar, pengelolaannya dikoordinir Stevi Thomas selaku Community Relations Manager, dan rekan-rekannya di divisi Community Relations PT AR.

(bersambung)

Mengunjungi Pertambangan Emas Proyek Martabe di Batangtoru (2)

Salah satu pemaparan Tim Duffy, GM Operation G-Resources Martabe, yang paling menarik disimak adalah proses menghasilkan emas. Dibutuhkan dana sangat besar dan teknologi tinggi untuk menghasilkan serpihan emas.

Toga MH Siahaan, Medan

Kandungan emas di tanah Batangtoru pertama kali ditemukan pada 1997 oleh perwakilan perusahaan Normandy. Pada 2002, hak pengelolaan emas di lokasi tersebutberalih ke pihak Newmont. Pada 2005/2006 hak penambangan beralih lagi ke Agincourt Resources.

Pada 2006, Agincourt Resources mendapat izin eksplorasi tetapi kemudian menjual haknya ke perusahaan tambang Oxiana pada 2007.

Setahun kemudian, Oxiana merjer menjadi perusahaan tambang OZL dan pada 2009, G-Resources mengambil alih hak atas tambang emas di Batangtoru. Mulai tahun inilah kiprah perusahaan tambang emas yang berkantor dan listing di bursa saham Hongkong ini memulai kiprahnya di Batangtoru.

Proyek Martabe memiliki lima lokasi tambang atau pit potensial dan siap dieksploitasi di lahan seluas sekitar 3 ribu hektare. Lokasi itu berada di pit Purnama, Barani, Ramba Joring, Tor Uluala dan Uluala Hulu.

Saat ini, konsentrasi pertambangan di lokasi tambang Purnama. Prosesnya masih dalam tahap konstruksi dan diharapkan mulai berproduksi pada akhir kwartal pertama 2012 dengan kapasitas 250.000 ounces emas dan 2-3 juta ounces perak.

“Kami bekerja sesuai target tetapi tetap mengacu pada standar internasional baik secara teknis maupul lingkungan. Dalam setahun kita bisa menghasilkan 7,5 ton emas,” kata Tim.

Sebuah pernyataan Tim Duffy membuat agak terperangah. Belanja modal yang dikeluarkan utuk pembangunan hingga pertengahan 2011 sudah hampir 600 juta dolar AS. Bila angka ini dirupiahkan dengan kurs Rp10.000 ribu per dolar, angka itu setara dengan 6 triliun rupiah. Sungguh angka yang fantastis.

Menurut pemaparan pria yang paling bertanggung jawab di Proyek Martabe ini, pabrik pengolahan yang sedang dibangun di lahan tambang, mampu menghancurkan 10 ribu ton batu mengandung mineral berharga per hari. Batu-batu yang merupakan bahan mentah (raw material) tersebut akan menjalani enam tahapan proses produksi. Total waktu yang diperlukan hingga keluarnya hasil akhir berupa 90 persen emas dan 90 perak, selama 20 menit.
Hasil tambang dalam bentuk batangan campuran emas dan perak kemudian dibawa ke PT Aneka Tambang untuk dimurnikan dengan kadar tinggi untuk selanjutnya dijual di pasar logam mulia internasional.

Terasa lebih mengagetkan lagi setelah proses menghasilkan diurasi. PT Agincourt Resources yang 95 persen sahamnya dikuasai G-Resources hanya menghasilkan ‘sedikit’ emas dari banyak bongkahan batu untuk kemudian diproses di mesin penghancur dengan teknologi tinggi. Masih dari pemaparan Tim Duffy, dari 2,5 ton raw material, hanya menghasilkan 2,5 gram emas.

Bila dirinci lebih detail, lahan tambang di Proyek Martabe memang hanya menghasilkan emas dengan perbandingan volume per volume 1:100.000 dari raw material. Washington Tambunan, penasihat PT AR, serta Agus Supriynto selaku Deputy Mine Manager, yang memang hadir di Pelangi Recreation Room, turut memberi penjelasan.

Pertambangan ini memang ekonomis. Semuanya sudah diperhitungkan dengan cermat. Menurut pihak manajemen PT AR, lokasi strategis Proyek Martabe yang tidak jauh dari jalan lintas Sumatera, Pelabuhan Sibolga, Bandara Dr FL Tobing/Pinangsori dan Bandara Aek Godang dan didukung fasilitas kelistrikan dari PLN menjadi nilai lebih pertambangan ini. Ceritanya bisa berbeda ketika lokasi tambang jauh di pedalaman yang minus ketersediaan fasilitas pendukung.

Terlepas dari hitung-hitungan kandungan emas di Proyek Martabe, toh proyek ini sudah menjalani uji kelayakan dan sudah mendekati masa produksi. Segala perlengkapan yang dibutuhkan sudah mendekati bentuk yang sempurna. Masyarakat di sekitar tambang juga sudah banyak merasakan dampak positif kehadiran perusahaan tambang ini. Hingga saat ini, proyek konstruksi di lokasi tambang sudah menyerap sekitar 3.700 tenaga kerja. Dari jumlah itu, sekitar 70 persennya berasal dari warga sekitar tambang.

Banyak efek ganda (multiplier effect) yang dihasilkan mulai dari ketersediaan lapangan kerja baru di luar pertambangan hingga program-program PT AR yang memang ditujukan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar tambang. Di pelataran parkir yang terdapat di lokasi depan perusahaan saja, terdapat jajaran sepeda motor baru milik warga sekitar yang bekerja di proyek. “Jumlahnya mencapai ribuan, dan semuanya sepeda motor baru,” ujar Katarina Hardono yang menterjemahkan pemaparan Tim Duffy.

Itu masih yang skala kecil-kecil. PT AR juga membuka kesempatan kepada warga sekitar untuk menjadi pengusaha, dengan menjadi rekanan perusahaan tambang tersebut. Tidak jauh-jauh, empat unit mobil Toyota Innova yang mengangkut rombongan dari bandara Dr FL Tobing/Pinangsori, merupakan milik warga sekitar yang direntalkan kepada perusahaan itu.

Terkait pengelolaan hubungan baik dengan masyarakat sekitar, pengelolaannya dikoordinir Stevi Thomas selaku Community Relations Manager, dan rekan-rekannya di divisi Community Relations PT AR.

(bersambung)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/