32 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Alami Stroke, Mahmuddin Tetap Semangat ke Tanah Suci

MEDAN, SUMUTPOS.CO – SUASANA Komplek Asrama Haji Medan yang terletak di Jalan Jenderal Besar Abdul Haris Nasution, belum terlihat ramai. Pasalnya untuk hari pertama, hanya calon jamaah haji (CJH) asal Kabupaten Mandailing Natal (Madina) yang akan diberangkatkan ke Tanah Suci.

Saat tiba di Asrama Haji Medan, para jamaah asal Madina ini terlihat begitu antusias. Termasuk di antaranya Mahmuddin Pulungan (57), jamaah dari Desa Panyabungan Julu, Kecamatan Panyabungan. Meski saat ini dia mengalami kesulitan dalam berjalan, karena 15 bulan terakhir mengalami stroke, mengakibatkan badannya sebelah kiri mengalami kelemahan dalam beraktivitas, namun dia masih memiliki semangat yang besar untuk mengikuti rentetan kegiatan sebelum berangkat ke Tanah Suci pada hari ini, Rabu (24/5).

Kepada Sumut Pos, Mahmuddin mengaku mendaftar untuk naik haji pada tahun 2011 silam. “Saat itu saya menabung Rp25,5 juta, untuk mendaftar dan mendapatkan porsi berangkat bersama istri. Dan Alhamdulillah bisa berangkat tahun ini, walaupun kondisi saya seperti ini,” kata Mahmuddin di dampingi istrinya, Suhaeti Basir Wongso (55).

Mahmuddin mengaku berangkat dari Kabuaten Mandailing Natal pada Senin (22/5) lalu, dan langsung masuk ke Asrama Haji, kemarin (23/5). Dia tergabung dalam rombongan ke-8 dan pada bus ke 12.

Mahmuddin mengaku, untuk melunasi biaya pelaksanaan ibadah haji (Bipih), dia sehari-hari hanya berjualan ikan asin di pasar tradisional, usaha yang sudah digelutinya sejak 1987 silam. “Saya cuma bejualan ikan asin di pasar tradisional. Barangnya mengambil dari orang lain, saya tinggal menjualnya saja,” ungkap bapak enam orang anak ini.

Meski mengalami kesulitan dalam berjalan, namun Mahmuddin mengaku enggan menggunakan kursi roda. “Saya belum mau menggunakan kursi roda. Saya mau berusaha dulu untuk berjalan secara pelan-pelan saja, karena saya benar-benar bersemangat untuk melaksanakan ibadah haji ini,” ujarnya.

Mahmuddin juga mengakui, apapun yang terjadi pada dirinya dalah kehendak dari Allah subhanahu wa ta’ala yang menjadi penentu segala ketetapan yang terjadi. “Kondisi saya ini juga karena izin Allah. Jadi saya yakin, keberangkatan saya juga karena izin Allah,” ungkapnya.

Selain Mahmuddin dan istri ada juga pasangan lainnya yang berangkat bersamaan, yaitu Rusmin Yamin Lintang (58), dan istrinya Hermalina Hasibuan (61) yang berasal dari rombongan kedua dan berada ada bus ketiga, yang diantar oleh anak-anaknya, yang juga ada berdomisili di Kota Medan.

“Saya dulunya bekerja sebagai sopir, dan istri saya ini guru, sekarang sudah pensiun. Sekarang kami mau serius beribdah saja,” kata Rusmin yang ketika ditemui saat bersama istrinya menunggu anggota kelompok lainnya yang masih berada di ruangan Aula 1, Gedung Jabal Nur.

Berbeda dengan pasangan Mahmuddin Pulungan dan pasangan Rusmin Yamin Lintang, banyak juga yang melaksanakan ibadah haji sendiri-sendiri, seperti Samsida Japanobari Lubis (70), yang menunggu keberangkatan dari tahun 2011 masa pendaftaran, Samsida berasal dari Desa Huta Lancat, Kecamatan Pekantan, dan Samsida adalah satu-satunya jamaah haji dari kecamatan tersebut yang bekerja sebagai petani karena sudah12 tahun juga ditinggal meninggal suami. “Saya sendiri yang datang dari kecamatan pekantan, jadi ini untung ada saudara yang bisa menjadi kawan saya” terang Samsida.

Selain Samsida, Ratna Juwita Hasibuan (71), berasal dari Desa Sihepeng, Kecamatan Siabu, juga berangkat seorang diri dengan menabung selama 10 tahun menunggu, bekerja sebagai petani dan sudah ditinggal suami meninggal dunia. Harusnya jamaah haji kali ini berangkat di tahun 2020 kemarin, hanya terhalang oleh masa pandemi covid jadi ini merupakan haji pertama setelah covid melanda. Dan pada jama’ah cukup senang dan antusias menyambut masa-masa menuju tanah suci. (ika/adz)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – SUASANA Komplek Asrama Haji Medan yang terletak di Jalan Jenderal Besar Abdul Haris Nasution, belum terlihat ramai. Pasalnya untuk hari pertama, hanya calon jamaah haji (CJH) asal Kabupaten Mandailing Natal (Madina) yang akan diberangkatkan ke Tanah Suci.

Saat tiba di Asrama Haji Medan, para jamaah asal Madina ini terlihat begitu antusias. Termasuk di antaranya Mahmuddin Pulungan (57), jamaah dari Desa Panyabungan Julu, Kecamatan Panyabungan. Meski saat ini dia mengalami kesulitan dalam berjalan, karena 15 bulan terakhir mengalami stroke, mengakibatkan badannya sebelah kiri mengalami kelemahan dalam beraktivitas, namun dia masih memiliki semangat yang besar untuk mengikuti rentetan kegiatan sebelum berangkat ke Tanah Suci pada hari ini, Rabu (24/5).

Kepada Sumut Pos, Mahmuddin mengaku mendaftar untuk naik haji pada tahun 2011 silam. “Saat itu saya menabung Rp25,5 juta, untuk mendaftar dan mendapatkan porsi berangkat bersama istri. Dan Alhamdulillah bisa berangkat tahun ini, walaupun kondisi saya seperti ini,” kata Mahmuddin di dampingi istrinya, Suhaeti Basir Wongso (55).

Mahmuddin mengaku berangkat dari Kabuaten Mandailing Natal pada Senin (22/5) lalu, dan langsung masuk ke Asrama Haji, kemarin (23/5). Dia tergabung dalam rombongan ke-8 dan pada bus ke 12.

Mahmuddin mengaku, untuk melunasi biaya pelaksanaan ibadah haji (Bipih), dia sehari-hari hanya berjualan ikan asin di pasar tradisional, usaha yang sudah digelutinya sejak 1987 silam. “Saya cuma bejualan ikan asin di pasar tradisional. Barangnya mengambil dari orang lain, saya tinggal menjualnya saja,” ungkap bapak enam orang anak ini.

Meski mengalami kesulitan dalam berjalan, namun Mahmuddin mengaku enggan menggunakan kursi roda. “Saya belum mau menggunakan kursi roda. Saya mau berusaha dulu untuk berjalan secara pelan-pelan saja, karena saya benar-benar bersemangat untuk melaksanakan ibadah haji ini,” ujarnya.

Mahmuddin juga mengakui, apapun yang terjadi pada dirinya dalah kehendak dari Allah subhanahu wa ta’ala yang menjadi penentu segala ketetapan yang terjadi. “Kondisi saya ini juga karena izin Allah. Jadi saya yakin, keberangkatan saya juga karena izin Allah,” ungkapnya.

Selain Mahmuddin dan istri ada juga pasangan lainnya yang berangkat bersamaan, yaitu Rusmin Yamin Lintang (58), dan istrinya Hermalina Hasibuan (61) yang berasal dari rombongan kedua dan berada ada bus ketiga, yang diantar oleh anak-anaknya, yang juga ada berdomisili di Kota Medan.

“Saya dulunya bekerja sebagai sopir, dan istri saya ini guru, sekarang sudah pensiun. Sekarang kami mau serius beribdah saja,” kata Rusmin yang ketika ditemui saat bersama istrinya menunggu anggota kelompok lainnya yang masih berada di ruangan Aula 1, Gedung Jabal Nur.

Berbeda dengan pasangan Mahmuddin Pulungan dan pasangan Rusmin Yamin Lintang, banyak juga yang melaksanakan ibadah haji sendiri-sendiri, seperti Samsida Japanobari Lubis (70), yang menunggu keberangkatan dari tahun 2011 masa pendaftaran, Samsida berasal dari Desa Huta Lancat, Kecamatan Pekantan, dan Samsida adalah satu-satunya jamaah haji dari kecamatan tersebut yang bekerja sebagai petani karena sudah12 tahun juga ditinggal meninggal suami. “Saya sendiri yang datang dari kecamatan pekantan, jadi ini untung ada saudara yang bisa menjadi kawan saya” terang Samsida.

Selain Samsida, Ratna Juwita Hasibuan (71), berasal dari Desa Sihepeng, Kecamatan Siabu, juga berangkat seorang diri dengan menabung selama 10 tahun menunggu, bekerja sebagai petani dan sudah ditinggal suami meninggal dunia. Harusnya jamaah haji kali ini berangkat di tahun 2020 kemarin, hanya terhalang oleh masa pandemi covid jadi ini merupakan haji pertama setelah covid melanda. Dan pada jama’ah cukup senang dan antusias menyambut masa-masa menuju tanah suci. (ika/adz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/