Site icon SumutPos

Terpanggil Berbuat untuk Sumatera Utara, Sihar Sitorus Kunjungi Sumut Pos

triadi wibowo/SUMUT POS
BERKUNJUNG: Sihar Sitorus (tiga dari kiri) foto bersama GM Sumut Pos, Goldian Purba dan Management Sumut, saat berkunjung ke redaksi Harian Sumut Pos.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Ada banyak cara untuk menjadi insan yang berarti besar bagi masyarakat. Tak peduli dimanapun dan kapanpun serta berapa lama. Sebab pada dasarnya semua bisa berbuat baik dan memberikan yang terbaik. Begitulah filosofi Sihar Sitorus.

Langkah seorang Sihar Sitorus maju di Pemilu Legislatif (Pileg) 2019 dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menuju kursi Senayan, tampaknya menjadi satu hal yang patut diacungi jempol.

Setelah segudang aktivitas bisnisnya caleg DPR RI dari daerah pemilihan (dapil) Sumut II ini ingin menunjukkan bahwa menjadi bermanfaat bagi rakyat adalah sebuah panggilan. Semua hal yang bertujuan untuk yang terbaik bagi kehidupan rakyat banyak, harus diperjuangkan.

Karena itu, langkah menuju legislatif ini, meskipun kesannya tak mudah, tetapi tetap punya tantangan tersendiri. Sebab sebuah perjuangan itu, bukan hanya soal bagaimana meraih kemenangan dan duduk di kursi Senayan menjadi Anggota DPR RI. Tetapi lebih dari itu, proses setelah itu yang akan dijalani selama satu periode, lima tahun.

Pengalamannya saat pencalonan di Pilgub lalu, membawa banyak informasi dan pengetahuan tentang kondisi masyarakat, terlebih lagi tingkat perekonomian yang membutuhkan perhatian. Dengan segala potensi yang ada para rakyat, katanya, banyak hal bisa dimanfaatkan dan dikembangkan. Apalagi Sumatera Utara, khususnya daerah yang berada di dapilnya, sangat potensial untuk menjadi lebih maju.

Wilayah Tapanuli, Pantai Barat, Tabagsel, Labuhan Batu Raya hingga Kepulauan Nias, adalah wilayah-wilayah dengan ciri khas masing-masing. Mulai dari pertanian, perkebunan, hasil laut, hingga objek pariwisata yang sejatinya punya manfaat jika dapat dikelola sedemikian rupa, bagi kepentingan bersama, kepentingan rakyat. Dan itu menjadi visi misi atau lebih tepatnya tugas, panggilan jiwa bagi Sihar Sitorus berbuat untuk kampung halamannya, Sumatera Utara.

“Kampung saya memang di Toba. Tetapi semua daerah di dapil saya harus bisa diperjuangkan. Karena dengan begitu, kita akan memahami bahwa Sumut dan Indoensia itu penuh warna,” pesan Sihar saat bertandang ke redaksi Harian Sumut Pos, Selasa (23/10).

Warna itu, kata Sihar, mencerminkan bagaimana zaman dahulu masa kecilnya, saling menghargai dan menghormati perbedaan latar belakang masyarakat. Tak peduli suku apa, agama apa, bahasanya bagaimana, semua saling berhubungan, harmonis.

Kondisi seperti itu ia harapkan terus dapat dijaga, khususunya di Sumatera Utara, provinsi yang punya ragam budaya, heterogen.

Berangkat dari situ, Sihar pun mengungkapkan sedikit pandangannya tentang persaingan politik yang ia hadapi saat ini hingga hari Pemilihan Umum (Pemilu) tiba, menentukan siapa dapat berapa suara, duduk atau tidak.

Satu pengakuan jujur, bahwa persaingan memperebutkan kursi Senayan lumayan ketat. Selain tokoh besar lain, calon petahana hingga sesama ‘orang batak’, harus saling bersaing mendapatkan hati rakyat, hati para pemilih.

Mungkin tak ingin jumawa, walaupun secara popularitas namanya sudah dikenal, cukup dikenal. Bukan hanya saat kampanye Pilgub saja, namun pemuda yang konsen pengembangan ekonomi ini, sudah malang melintang di dunia olahraga dan pengembangan bisnis.

Karenanya dalam persaingan politik ini, Sihar mengaku ingin mencari dan menjadi pembeda.”Saya sedang mencari metode lain untuk pemberdayaan masyarakat. Karena tentu politik uang itu tidak relevan lagi sekarang. Daripada untuk yang begitu, kan lebih bagus diberikan untuk yang berguna bagi masyarakat,” kata Sihar lagi, meyakinkan bahwa berpikir jangka panjang jauh lebih baik bagi rakyat.

Satu hal soal pemberdayaan, Sihar menilai bahwa rakyat harus diangkat derajatnya, sejahtera dan mampu mengelola potensi lokal, kearifan budaya lokal. Sehingga, kekayaan yang dimiliki, sumber daya alam dan sumber daya manusia, berjalan selaras.

Pun begitu, menurutnya, tugas memenangkan suara partai juga sebuah keniscayaan. Sebab, sistem penentu kursi tidak lagi mengunakan bilangan pembagi pemilih, tetapi hitung-hitungan saint lague, suara terbanyak parpol, setelah dibagi 1,3,5 hingga 7 secara berturut.

Bahkan tak hanya itu, pemilihan yang serentak dengan Pilpres nanti, juga tugas mereka memenangkan Jokowi-Ma’ruf Amin, yang juga secara otomatis, merupakan nilai lebih bagi PDIP. (*)

Exit mobile version