30 C
Medan
Sunday, June 30, 2024

Pelayanan Medis RSUP H Adam Malik Setengah Hati

MEDAN- Setelah sebelumnya keluarga pasien mengeluhkan pelayanan yang diberikan Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP-HAM) akibat matinya air. Kini keluarga pasien di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP-HAM) kembali mengeluhkan pelayanan. Mereka merasa dokter dan perawat hanya separuh hati dalam memperhatikan pasiennya.

Diantaranya adalah Amran alias Atan (50) warga Kota Pinang yang merasa anaknya, Anggi (13) tidak mendapatkan pelayanan yang semestinya oleh dokter dan perawat.

Saat ditemui di kamar no 301, ruang rindu B anak, Anggi terlihat sangat lemas. Tubuhnya yang kurus hanya dibaluti oleh pampers dan perban di sekeliling bahu dan lengan kirinya. Belasan benjolan yang diduga tumor memenuhi leher si bungsu ini. Begitupun ia tetap menebarkan senyuman kepada orang yang menjenguknya.

Sejak masuk ke RSUP HAM, Selasa (3/12) lalu, Amran mengakui ada sedikit kemajuan pada buah hatinya meskipun tindakan operasi belum juga dapat dilakukan. Namun ia kecewa karena dokter dan perawat yang merawat anaknya tersebut terkesan separuh hati dalam memberikan pelayanannya. Selama 20 hari, ia mengaku baru 3 kali perban anaknya diganti oleh dokter.

“Saya lihat dokter yang merawat disini tidak sepenuhnya bekerja. Kami disini merasa dianggap sebagai titipan aja, benjolan kelenjar di leher anak saya sudah menyebar sampai ke ketiak dan punggung atas dekat lehernya, itu udah luka parah. Kadang mengeluarkan air dan berdarah tapi perbannya tidak pernah diganti oleh mereka,” ujar Amran.

Lanjutnya, perawat yang bekerja mengatakan tidak berani mengganti perban anaknya karena harus dengan perintah dokter. “Perawat yang ada disini gak berani karena katanya harus dokter yang langsung menangani. Sementara, dokter yang merawat anak saya selalu berganti dan dokter yang biasanya merawat Anggi, saya hubungi nomornya tidak aktif. Selama 20 hari disini, baru 3 kali dokter mengganti perban, selanjutnya saya kerjakan sendiri,” katanya.

Ia terpaksa mengganti perban anaknya karena, luka di bagian belakang, di bawah lehernya beberapa kali mengeluarkan darah dan mengeluarkan aroma tidak sedap. “Saya minta perbannya sama perawat, kadang saya beli juga dari luar untuk menggantinya,” kata Amran .

Sebelumnya, Amran sebagai pasien pengguna Jamkesmas ini sudah melaporkan keluhannya ini ke pusat informasi dan keluhan pasien. “Saya sudah datang ke pusat informasi dan keluhan, tapi disana mereka bilang tidak mengetahui dan disuruh melapor langsung ke perawat dan dokternya,” ujarnya sembari mengatakan ia menggunakan kartu Jamkesmas.

Kasubag Humas RSUP HAM, Sairi M Saragih mengatakan,  penanganan seorang pasien ada prosedur  dan aturannya. “Lukanya itu sensitif, itu memang gak bisa dibersihkan terus-terusan. Aturan RS harus dipenuhi, dokter yang tahu kapan harus dibersihkan dan diganti perban, makanya perawat tidak berani, semua sudah ada aturannya. Saya selalu menyampaikan ikuti aturan saja,” ujarnya. (put/uma)

MEDAN- Setelah sebelumnya keluarga pasien mengeluhkan pelayanan yang diberikan Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP-HAM) akibat matinya air. Kini keluarga pasien di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP-HAM) kembali mengeluhkan pelayanan. Mereka merasa dokter dan perawat hanya separuh hati dalam memperhatikan pasiennya.

Diantaranya adalah Amran alias Atan (50) warga Kota Pinang yang merasa anaknya, Anggi (13) tidak mendapatkan pelayanan yang semestinya oleh dokter dan perawat.

Saat ditemui di kamar no 301, ruang rindu B anak, Anggi terlihat sangat lemas. Tubuhnya yang kurus hanya dibaluti oleh pampers dan perban di sekeliling bahu dan lengan kirinya. Belasan benjolan yang diduga tumor memenuhi leher si bungsu ini. Begitupun ia tetap menebarkan senyuman kepada orang yang menjenguknya.

Sejak masuk ke RSUP HAM, Selasa (3/12) lalu, Amran mengakui ada sedikit kemajuan pada buah hatinya meskipun tindakan operasi belum juga dapat dilakukan. Namun ia kecewa karena dokter dan perawat yang merawat anaknya tersebut terkesan separuh hati dalam memberikan pelayanannya. Selama 20 hari, ia mengaku baru 3 kali perban anaknya diganti oleh dokter.

“Saya lihat dokter yang merawat disini tidak sepenuhnya bekerja. Kami disini merasa dianggap sebagai titipan aja, benjolan kelenjar di leher anak saya sudah menyebar sampai ke ketiak dan punggung atas dekat lehernya, itu udah luka parah. Kadang mengeluarkan air dan berdarah tapi perbannya tidak pernah diganti oleh mereka,” ujar Amran.

Lanjutnya, perawat yang bekerja mengatakan tidak berani mengganti perban anaknya karena harus dengan perintah dokter. “Perawat yang ada disini gak berani karena katanya harus dokter yang langsung menangani. Sementara, dokter yang merawat anak saya selalu berganti dan dokter yang biasanya merawat Anggi, saya hubungi nomornya tidak aktif. Selama 20 hari disini, baru 3 kali dokter mengganti perban, selanjutnya saya kerjakan sendiri,” katanya.

Ia terpaksa mengganti perban anaknya karena, luka di bagian belakang, di bawah lehernya beberapa kali mengeluarkan darah dan mengeluarkan aroma tidak sedap. “Saya minta perbannya sama perawat, kadang saya beli juga dari luar untuk menggantinya,” kata Amran .

Sebelumnya, Amran sebagai pasien pengguna Jamkesmas ini sudah melaporkan keluhannya ini ke pusat informasi dan keluhan pasien. “Saya sudah datang ke pusat informasi dan keluhan, tapi disana mereka bilang tidak mengetahui dan disuruh melapor langsung ke perawat dan dokternya,” ujarnya sembari mengatakan ia menggunakan kartu Jamkesmas.

Kasubag Humas RSUP HAM, Sairi M Saragih mengatakan,  penanganan seorang pasien ada prosedur  dan aturannya. “Lukanya itu sensitif, itu memang gak bisa dibersihkan terus-terusan. Aturan RS harus dipenuhi, dokter yang tahu kapan harus dibersihkan dan diganti perban, makanya perawat tidak berani, semua sudah ada aturannya. Saya selalu menyampaikan ikuti aturan saja,” ujarnya. (put/uma)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/