26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Harga Naik, Pedagang Bingung

Harga BBM belum naik, harga kebutuhan malah sudah lebih dulu melonjak. Kenyataan ini ternyata tidak memberat pembeli, penjual pun merasa bingung. Ya, mereka bingung dengan harga yang belum stabil.

Setidaknya dari pantauan Sumut Pos di beberapa pasar tradisional, harga bahan kebutuhan pokok di kota ini mulai beranjak naik. Kenaikan terjadi pada gula pasir menjadi Rp11.000 dari sebelumnya Rp9.000 per kilogram. Begitu juga dengan ikan-ikanan mulai naik bervariasi dari Rp3.000 hingga Rp7.000 per kilogram. Sedangkan beras, kenaikannya belum begitu tinggi yakni berkisar Rp250 sampai Rp500 per kilogram.

Kenaikan ini justru dikeluhkan pedagang karena barang dagangan sulit terjual. Seorang pedagang di Pasar Sei Sikambing, Romauli boru Sinaga (48) mengaku sulit menjual barang dagangannya.

Perempuan yang sehari-hari berjualan tomat dan sayur-sayuran ini menilai masyarakat sudah mulai melakukan penghematan. “Bingung kami mau jualan. Kalau harga tidak dinaikkan, kami rugi. Tapi kalau dinaikkan, tak ada yang mau beli,” keluhnya.
Begitu juga dengan pedagang lainnya di Pusat Pasar Medan, Linda boru Simanjuntak. Dia mengaku mengaku penjualannya menurun sejak ada rencana kenaikan BBM. “Pembeli membeli dalam jumlah kecil jadi penjualan saya menurun,” terangnya.

Soal kenaikan harga yang mendahului kenaikan harga BBM juga dikeluhkan nelayan di Serdang Bedagai (Sergai). Setidaknya hal ini diungkapkan. Sekretaris Kelompok Nelayan Tradisional Jaring Udang Cahaya Pagi, Sainik (39) warga Dusun III, Desa Sei Naga Lawan, Kecamatan Perbaungan. Dia mengatakan, harga solar eceran sudah mengalami kenaikan dari Rp5.000 per liter, sekarang sudah naik Rp6.000 hingga Rp6.500 per liter. “Sehingga biaya operasional melaut membengkak,” terangnya, Kamis (22/3) lalu.

Pernyataan senada diucapkan, Amirul (32), nelayan jaring udang warga Dusun I, Desa Pematang Kuala, Kecamatan Teluk Mengkudu.  “Sudah harganya mahal mendapatkannya pun susah,” ungkap Amirul.

Ketua Federasi Sarekat Nelayan Nasional, Tris Zamansyah didampingi Ketua Sarekat Nelayan Sumatra Utara (SNSU) Sergai, Irwan Syahril mengungkapkan, ada ribuan jumlah nelayan tradisional khususnya nelayan jaring udang di Sergai yang menggunakan sampan dengan BBM jenis solar. Katanya, di Kecamatan Pantai Cermin sekitar 500 sampan, Kecamatan Perbaungan 150 sampan, Kecamatan Teluk Mengkudu 500 sampan, serta 120 sampan di Kecamatan Tanjung Beringin yang sudah mulai terkena dampak kenaikan harga BBM. “Nasib nelayan Sergai terancam semakin terpuruk. Kiranya alokasi pengalihan subsidi BBM menyentuh kalangan nelayan karena mereka kelompok yang sangat rentan terkena kenaikan BBM,” imbuh Irwan Syahril.

Soal heboh harga ini langsung mendapat respon dari Ketua DPRD Medan Amiruddin. Katanya, Pemko Medan harus sigap. “Lebih kurang seminggu lagi kenaikan BBM sudah terjadi. Karenanya Pemko harus sigap dengan melakukan pengawasan terhadap spekulan yang mengambil keuntungan jelang kenaikan BBM,” katanya, kemarin.

Menurut Amiruddin, Pemko sudah seharusnya turun langsung ke pasar untuk melihat gejolak yang terjadi. Dengan begitu pemerintah bisa langsung mengambil langkah antisipasi. “Jangan sampai masyarakat sudah merasakan dampak dari tindakan spekulan ini baru pemerintah turun. Dari sekarang harus sudah diingatkan dengan turun langsung ke lapangan,” ucapnya.

Sementara itu, ratusan pedagang Bahan Bakar Minyak (BBM) eceran mengendarai sepeda motor membawa puluhan jerigen dari 4 Kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai mendatangi Mapolres Tebingtinggi, Jumat malam (23/3) sekira pukul 21.30 WIB. Warga Kecamatan Tebingtinggi, Sipispis, Tebing Syahbandar dan Kecamatan Bandar Khalifah itu meminta polisi memberikan izin kepada pengecer membeli BBM di SPBU yang ada di Kota Tebingtinggi.

Seorang pedagang BBM eceren,  Muhammad Ali (40) ,warga Bandar Khalifah, Kabupaten Serdang Bedagai mengungkapkan setiap mendatangi SPBU dia bersama rekan-rekanya tidak diperbolehkan membeli bensin dan solar.

“Katanya pihak SPBU takut melayani pedagang menggunakan jerigen karena mendapat pengawasan,” ujar Ali.
Kapolres Tebingtinggi, AKBP Andi Rian Djajadi Sik menjelaskan kepada ratusan pedangan minyak eceran bahwa yang memberikan izin itu bukan polisi. Kepolisian hanya  sebatas menjalankan tugas menjaga SPBU menjelang kenaikan harga BBM.

“Sebelumnya sudah ada kesepakatan dengan Polres Tebingtinggi dan Dinas Perindagsar Kabupaten Serdang Bedagai dan Dinas Koperindag Tebingtinggi tentang larangan kapada warga membeli BBM menggunakan jerigen,” jelas Andi Rian Dajajadi dihadapan ratusan pedagang BBM eceran.
Dijelaskannya, menjelang kenaikan harga BBM polisi selalu mengatisipasi agar warga jangan ketakutan dan melakukan penimbunan. Pembelian menggunakan jerigen dan melebihi kapasitas bisa menimbulkan kekacauan dan juga bisa menimbulkan antrean di sejumlah SPBU. “Para pedegang diminta bersabar, semua sudah ada ketentuan hukumnya,” ungkapnya.

Setelah mendapat penjelasan kapolres mengizinkan para pedegang eceran membeli BBM di SPBU dengan syarat tidak boleh lebih dari satu jerigen. Para pedagang eceran BBM kemudian membubarkan diri dengan tertib tanpa berbuat anarkis.  (adl/mag-16/mag-3)

Harga BBM belum naik, harga kebutuhan malah sudah lebih dulu melonjak. Kenyataan ini ternyata tidak memberat pembeli, penjual pun merasa bingung. Ya, mereka bingung dengan harga yang belum stabil.

Setidaknya dari pantauan Sumut Pos di beberapa pasar tradisional, harga bahan kebutuhan pokok di kota ini mulai beranjak naik. Kenaikan terjadi pada gula pasir menjadi Rp11.000 dari sebelumnya Rp9.000 per kilogram. Begitu juga dengan ikan-ikanan mulai naik bervariasi dari Rp3.000 hingga Rp7.000 per kilogram. Sedangkan beras, kenaikannya belum begitu tinggi yakni berkisar Rp250 sampai Rp500 per kilogram.

Kenaikan ini justru dikeluhkan pedagang karena barang dagangan sulit terjual. Seorang pedagang di Pasar Sei Sikambing, Romauli boru Sinaga (48) mengaku sulit menjual barang dagangannya.

Perempuan yang sehari-hari berjualan tomat dan sayur-sayuran ini menilai masyarakat sudah mulai melakukan penghematan. “Bingung kami mau jualan. Kalau harga tidak dinaikkan, kami rugi. Tapi kalau dinaikkan, tak ada yang mau beli,” keluhnya.
Begitu juga dengan pedagang lainnya di Pusat Pasar Medan, Linda boru Simanjuntak. Dia mengaku mengaku penjualannya menurun sejak ada rencana kenaikan BBM. “Pembeli membeli dalam jumlah kecil jadi penjualan saya menurun,” terangnya.

Soal kenaikan harga yang mendahului kenaikan harga BBM juga dikeluhkan nelayan di Serdang Bedagai (Sergai). Setidaknya hal ini diungkapkan. Sekretaris Kelompok Nelayan Tradisional Jaring Udang Cahaya Pagi, Sainik (39) warga Dusun III, Desa Sei Naga Lawan, Kecamatan Perbaungan. Dia mengatakan, harga solar eceran sudah mengalami kenaikan dari Rp5.000 per liter, sekarang sudah naik Rp6.000 hingga Rp6.500 per liter. “Sehingga biaya operasional melaut membengkak,” terangnya, Kamis (22/3) lalu.

Pernyataan senada diucapkan, Amirul (32), nelayan jaring udang warga Dusun I, Desa Pematang Kuala, Kecamatan Teluk Mengkudu.  “Sudah harganya mahal mendapatkannya pun susah,” ungkap Amirul.

Ketua Federasi Sarekat Nelayan Nasional, Tris Zamansyah didampingi Ketua Sarekat Nelayan Sumatra Utara (SNSU) Sergai, Irwan Syahril mengungkapkan, ada ribuan jumlah nelayan tradisional khususnya nelayan jaring udang di Sergai yang menggunakan sampan dengan BBM jenis solar. Katanya, di Kecamatan Pantai Cermin sekitar 500 sampan, Kecamatan Perbaungan 150 sampan, Kecamatan Teluk Mengkudu 500 sampan, serta 120 sampan di Kecamatan Tanjung Beringin yang sudah mulai terkena dampak kenaikan harga BBM. “Nasib nelayan Sergai terancam semakin terpuruk. Kiranya alokasi pengalihan subsidi BBM menyentuh kalangan nelayan karena mereka kelompok yang sangat rentan terkena kenaikan BBM,” imbuh Irwan Syahril.

Soal heboh harga ini langsung mendapat respon dari Ketua DPRD Medan Amiruddin. Katanya, Pemko Medan harus sigap. “Lebih kurang seminggu lagi kenaikan BBM sudah terjadi. Karenanya Pemko harus sigap dengan melakukan pengawasan terhadap spekulan yang mengambil keuntungan jelang kenaikan BBM,” katanya, kemarin.

Menurut Amiruddin, Pemko sudah seharusnya turun langsung ke pasar untuk melihat gejolak yang terjadi. Dengan begitu pemerintah bisa langsung mengambil langkah antisipasi. “Jangan sampai masyarakat sudah merasakan dampak dari tindakan spekulan ini baru pemerintah turun. Dari sekarang harus sudah diingatkan dengan turun langsung ke lapangan,” ucapnya.

Sementara itu, ratusan pedagang Bahan Bakar Minyak (BBM) eceran mengendarai sepeda motor membawa puluhan jerigen dari 4 Kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai mendatangi Mapolres Tebingtinggi, Jumat malam (23/3) sekira pukul 21.30 WIB. Warga Kecamatan Tebingtinggi, Sipispis, Tebing Syahbandar dan Kecamatan Bandar Khalifah itu meminta polisi memberikan izin kepada pengecer membeli BBM di SPBU yang ada di Kota Tebingtinggi.

Seorang pedagang BBM eceren,  Muhammad Ali (40) ,warga Bandar Khalifah, Kabupaten Serdang Bedagai mengungkapkan setiap mendatangi SPBU dia bersama rekan-rekanya tidak diperbolehkan membeli bensin dan solar.

“Katanya pihak SPBU takut melayani pedagang menggunakan jerigen karena mendapat pengawasan,” ujar Ali.
Kapolres Tebingtinggi, AKBP Andi Rian Djajadi Sik menjelaskan kepada ratusan pedangan minyak eceran bahwa yang memberikan izin itu bukan polisi. Kepolisian hanya  sebatas menjalankan tugas menjaga SPBU menjelang kenaikan harga BBM.

“Sebelumnya sudah ada kesepakatan dengan Polres Tebingtinggi dan Dinas Perindagsar Kabupaten Serdang Bedagai dan Dinas Koperindag Tebingtinggi tentang larangan kapada warga membeli BBM menggunakan jerigen,” jelas Andi Rian Dajajadi dihadapan ratusan pedagang BBM eceran.
Dijelaskannya, menjelang kenaikan harga BBM polisi selalu mengatisipasi agar warga jangan ketakutan dan melakukan penimbunan. Pembelian menggunakan jerigen dan melebihi kapasitas bisa menimbulkan kekacauan dan juga bisa menimbulkan antrean di sejumlah SPBU. “Para pedegang diminta bersabar, semua sudah ada ketentuan hukumnya,” ungkapnya.

Setelah mendapat penjelasan kapolres mengizinkan para pedegang eceran membeli BBM di SPBU dengan syarat tidak boleh lebih dari satu jerigen. Para pedagang eceran BBM kemudian membubarkan diri dengan tertib tanpa berbuat anarkis.  (adl/mag-16/mag-3)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/