31.7 C
Medan
Sunday, June 2, 2024

Dokter Tak Percaya Rumah Sakit di Medan

MEDAN-Ribuan warga Medan setiap tahunnya berobat ke luar negeri. Ternyata tidak hanya warga biasa, dokter di Medan pun tidak percaya dengan rumah sakit di kota tempat dia praktik. Hal ini diungkapkan DR dr Umar Zein DTM&H SpPd KPTI. “Mereka lebih nyaman untuk berobat ke Malaysia ataupun Singapura,” kata Umar Zein kepada Sumut Pos, belum lama ini.

Menurut mantan Direktur Utama dr Pirngadi tersebut, apa yang membuat dokter di Medan melakukan hal itu disebabkan oleh beberapa faktor. Selain tidak mampu membentuk tim ahli untuk penanganan medis seorang pasien, tim medis di Indonesia khususnya Medan pun lebih banyak teori dalam pengambilan langkah medis. “Walaupun potensi tim medis kita cukup baik namun tidak bisa dioptimalkan dengan baik. Selain itu, peralatan medis juga serba tanggung serta tidak didukung oleh pemerintah meskipun memiliki dana adalah beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya kepercayaan masyarakat untuk berobat di negaranya,” ujarnya.

Selain itu, bilang Umar, rumah sakit di Medan, hanya berkutat untuk mengobati orang miskin saja, namun itupun belum bisa optimal. Hal itulah yang menyebabkan banyak dokter di Medan tidak percaya dengan rumah sakitnya. Bahkan ada yang menganjurkan pasiennya untuk ke luar negeri saja.
Kondisi ini diperkuat Madya Bukit (55). Pria yang mengalami gangguan pada jantungnya ini harus menjalani katerisasi jantung di Penang Adventist Hospital. Pilihan keluar negeri ini menurut Madya adalah anjuran dokter di Medan, yang awal kali menangani perkembangan diagnosa penyakitnya.
“Dokter di Medan justru menganjurkan ke Malaysia karena dia bilang di sana lebih baik untuk segi sarana dan fasilitas medis. Selain itu lebih murah, karena selama saya dirawat dan menjalani semua tindakan medis, hanya menghabiskan biaya Rp15 juta dan itu sudah termasuk biaya transportasi ke Malaysia,” ujarnya.

Senada dengan Madya Bukit, Zasamsah (53) seorang warga Delitua pun akhirnya memilih ke luar negeri. Zasamsah adalah pengidap penyakit ginjal dan penyerta lainnya. Dia memilih menjalani pengobatan di Malaysia. Zasamsah harus ke Malaysia setiap dua bulan sekali melakukan check di salah satu rumah sakit di Penang.

Zasamsah mengaku, selain biaya medis yang relatif murah, dirinya memilih berobat ke Malaysia karena pelayanan maksimal yang didapatkannya. “Selain murah, pelayanan yang diberikan sangat bagus, keluarga yang mengantar juga mendapatkan fasilitas ruangan yang nyaman tanpa memandang kelas. Bahkan untuk penanganan medisnya, setiap pasien wajib ditemani seorang suster, sehingga keluarga tidak perlu repot mengurus segala sesuatunya, semua sudah ditangani secara profesional,” ucapnya.

Selain itu, bilangnya, pasien juga mengetahui batas waktu perobatan yang dijanjikan serta penanganan medis yang harus ditempuh. “Kalau mereka bilang tak sanggup mereka akan merujuk ke rumah sakit lain, tanpa perlu mendapatkan perawatan yang lama di rumah sakit tersebut,” ucapnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan, Edwin saat dikonfirmasi mengatakan, harus bisa melihat permasalahan tersebut dari berbagai aspek, seperti manfaat pelayanan yang prima dan memuaskan.

Karena bilang Edwin, sebuah persaingan dalam pelayanan, tergantung kesiapan sebuah rumah sakit. “Ketika membuka sebuah rumah sakit, manajemen rumah sakitnya harus siap untuk memberikan pelayanan baik untuk memacu orang datang berobat. Karena dengan sendirinya lewat pelayanan yang baik dan fasilitas medis yang baik juga akan meningkatkan daya saing untuk tingkat lokal maupun internasional,” ucapnya. (uma)

MEDAN-Ribuan warga Medan setiap tahunnya berobat ke luar negeri. Ternyata tidak hanya warga biasa, dokter di Medan pun tidak percaya dengan rumah sakit di kota tempat dia praktik. Hal ini diungkapkan DR dr Umar Zein DTM&H SpPd KPTI. “Mereka lebih nyaman untuk berobat ke Malaysia ataupun Singapura,” kata Umar Zein kepada Sumut Pos, belum lama ini.

Menurut mantan Direktur Utama dr Pirngadi tersebut, apa yang membuat dokter di Medan melakukan hal itu disebabkan oleh beberapa faktor. Selain tidak mampu membentuk tim ahli untuk penanganan medis seorang pasien, tim medis di Indonesia khususnya Medan pun lebih banyak teori dalam pengambilan langkah medis. “Walaupun potensi tim medis kita cukup baik namun tidak bisa dioptimalkan dengan baik. Selain itu, peralatan medis juga serba tanggung serta tidak didukung oleh pemerintah meskipun memiliki dana adalah beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya kepercayaan masyarakat untuk berobat di negaranya,” ujarnya.

Selain itu, bilang Umar, rumah sakit di Medan, hanya berkutat untuk mengobati orang miskin saja, namun itupun belum bisa optimal. Hal itulah yang menyebabkan banyak dokter di Medan tidak percaya dengan rumah sakitnya. Bahkan ada yang menganjurkan pasiennya untuk ke luar negeri saja.
Kondisi ini diperkuat Madya Bukit (55). Pria yang mengalami gangguan pada jantungnya ini harus menjalani katerisasi jantung di Penang Adventist Hospital. Pilihan keluar negeri ini menurut Madya adalah anjuran dokter di Medan, yang awal kali menangani perkembangan diagnosa penyakitnya.
“Dokter di Medan justru menganjurkan ke Malaysia karena dia bilang di sana lebih baik untuk segi sarana dan fasilitas medis. Selain itu lebih murah, karena selama saya dirawat dan menjalani semua tindakan medis, hanya menghabiskan biaya Rp15 juta dan itu sudah termasuk biaya transportasi ke Malaysia,” ujarnya.

Senada dengan Madya Bukit, Zasamsah (53) seorang warga Delitua pun akhirnya memilih ke luar negeri. Zasamsah adalah pengidap penyakit ginjal dan penyerta lainnya. Dia memilih menjalani pengobatan di Malaysia. Zasamsah harus ke Malaysia setiap dua bulan sekali melakukan check di salah satu rumah sakit di Penang.

Zasamsah mengaku, selain biaya medis yang relatif murah, dirinya memilih berobat ke Malaysia karena pelayanan maksimal yang didapatkannya. “Selain murah, pelayanan yang diberikan sangat bagus, keluarga yang mengantar juga mendapatkan fasilitas ruangan yang nyaman tanpa memandang kelas. Bahkan untuk penanganan medisnya, setiap pasien wajib ditemani seorang suster, sehingga keluarga tidak perlu repot mengurus segala sesuatunya, semua sudah ditangani secara profesional,” ucapnya.

Selain itu, bilangnya, pasien juga mengetahui batas waktu perobatan yang dijanjikan serta penanganan medis yang harus ditempuh. “Kalau mereka bilang tak sanggup mereka akan merujuk ke rumah sakit lain, tanpa perlu mendapatkan perawatan yang lama di rumah sakit tersebut,” ucapnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan, Edwin saat dikonfirmasi mengatakan, harus bisa melihat permasalahan tersebut dari berbagai aspek, seperti manfaat pelayanan yang prima dan memuaskan.

Karena bilang Edwin, sebuah persaingan dalam pelayanan, tergantung kesiapan sebuah rumah sakit. “Ketika membuka sebuah rumah sakit, manajemen rumah sakitnya harus siap untuk memberikan pelayanan baik untuk memacu orang datang berobat. Karena dengan sendirinya lewat pelayanan yang baik dan fasilitas medis yang baik juga akan meningkatkan daya saing untuk tingkat lokal maupun internasional,” ucapnya. (uma)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/