MEDAN- Diki Zulkarnain (48) mendadak terdiam. Tangannya memegang dada sebelah kanan. Nyeri. Penyakit jantung akademisi Muhammadiyah itu kumat. Sementara, aksi dorong-dorongan antara Ormas Islam yang membela Masjid Raudhatul Islam dan pihak kepolisian di Hotel Emerald Garden Medan semakin memanas.
Beruntung, beberapa anggota Ormas Islam melihat kondisi Diki. Dia pun diamankan ke pinggir lokasi bentrok. Dia didudukkan agar kondisinya stabil. Nyawa Diki pun terselamatkan. Diki langsung dibawa ke Masjid Raudhatul Islam yang berada di belakang hotel tersebut.
Kemarin, Diki dan ratusan massa yang tergabung pada pembela Masjid Raudhatul Islam memang melakukan aksi di Hotel Emerald Garden yang berada di Jalan Putri Hijau Medan. Aksi ini dilakukan untuk mempertanyakan pembangunan Masjid Raudhatul Islam yang sampai sekarang belum ada kepastian.
Massa pembela Masjid Raudhatul Islam ini terdiri dari Lembaga Muslim Indonesia (LMI) Sumut, Laskar Merah Putih Sumut, Forum Umat Islam (FUI) Sumut, Majelis Mujahidin BKM Raudhatul Islam, Muhammadiyah, Laskar Ababil, Partai Buruh Muslim Indonesia (PBMI), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan berbagai ormas Islam lainnya.
Aksi ini dimulai usai Salat Jumat, kemarin. Sekitar pukul 14.30 massa berkumpul di depan Masjid Raudhatul Islam, di Jalan Putri Hijau Gang Peringatan. Semua peserta aksi memakai tali plastik yang diikat di tangan sebagai tanda peserta aksi. Mereka tidak mau ada penyusup karena aksi ini bertujuan hanya untuk menanyakan keberadaan pembangunan masjid.
Selesai berkumpul, massa bergerak dengan memakai atribut dan membawa bendera yang berbeda. Sebelum ke Hotel Emerald Garden massa melakukan keliling komplek yang berada di belakang hotel tersebut. Di komplek itu, massa berorasi selama 15 menit. Massa kembali menekankan kalau status Masjid Raudhatul Islam adalah wakaf dan bukan milik pengembang PT Jatimasindo.
Setelah itu, massa bergerak serentak ke Hotel Emerald Garden. Orasi yang menyuarakan penentangan terhadap pengembang pun dikumandangkan. Ratusan polisi tampak berjaga di hotel yang pemiliknya sama dengan komplek perumahan tadi. Jalan Putri Hijau di depan Hotel Emerald Garden pun ditutup. Sementara itu SPBU di depan hotel juga berhenti beroperasi sementara.
Ketegangan terjadi saat massa mulai membakar ban di depan pintu gerbang Hotel Emerald Garden. Wakapolresta Medan AKBP Pranyoto melarang massa melakukan pembakaran, sehingga terjadi perdebatan. Menyusul perdebatan itu, kontak fisik sempat terjadi. Massa pengunjuk rasa dan polisi saling pukul. Namun, ketegangan tak berlangsung lama, kedua pihak bisa menenangkan diri. Massa pun berhasil membakar sejumlah ban di taman bertuliskan nama hotel.
Ketegangan kembali terjadi lagi saat massa mendesak masuk ke dalam halaman hotel. Kondisi semakin panas, karena beberapa polisi terlihat memukulkan tongkatnya saat aksi saling dorong. Namun itu juga tidak berlangsung lama. Sekitar pukul 15.30 WIB, massa membubarkan diri dengan damai.
Dari bentrokan itu, 5 orang terluka. Selain Diki yang penyakitnya jantungnya kumat, yang menjadi korban adalah Salim (50) dari Laskar Petani yang terluka di pelipis kanan, Marasitonga (28) dari laskar petani yang terkena luka tangannya, Abufaqih (30) dari Mudjahidin mengalami kepala bengkak dan memar, serta Haryono (28) dari Mudjahidin yang patah tangan.
Tadi malam, Ketua Forum Umat Islam (FUI) Sumut Bidang Laskar Indra Suheri mengatakan, kelima korban tidak ada dibawa ke rumah sakit. Semuanya hingga tadi malam bertahan di Masjid Raudhatul Islam. “Kami minta pihak kepolisian berjiwa besar atau sportif dengan tindakan pemukulan tersebut,” ucapnya.
Salim, seorang korban mengatakan, dia terkena pentungan polisi. “Saat itu terjadi dorong-dorongan dan saya dipukul pakai pentungan di pipi sebelah kanan,” ucapnya.
Kepala Bagian Operasional (Kabag Ops) Polisi Resort Kota (Polresta) Medan, Sugeng Riadi mengatakan, Polresta Medan mengerahkan 350 personel dalam mengamankan aksi tersebut. Sugeng menegaskan, pihak kepolisian akan bertanggung jawab terhadap kelima korban. Bahkan, dia mengaku menyelidiki personelnya yang melakukan pemukulan tersebut. “Pasti Polresta Medan bertanggung jawab atas pemukulan itu,” tegasnya.
Sebelumnya, bentrokan juga sempat terjadi terkait Masjid Raudhatul Islam. Pada Rabu (23/1) lalu, ormas Islam terlibat perang batu dengan Ikatan Pemuda Karya (IPK) terkait pembangungan tembok yang akan menutup akses ke masjid. Perkara masjid wakaf ini memang telah berulang menimbulkan bentrok. Pada pada 11 April 2011 lalu masjid itu telah dirobohkan pihak PT Jatisamindo. Warga melawan, masjid itu berstatus wakaf. Artinya, tidak bisa dirobohkan dan dipindahkan. Kasus ini telah dikasuskan dan hingga kemarin belum ada penyelesaian.
Pada 15 Juli 2012, warga pun membangun kembali masjid yang telah dirobohkan tersebut. Namun, pada 10 Januari 2013, pihak pengembang malah ingin memindahkan dan membangun masjid itu ke jarak 100 meter dari posisi awal. Sontak hal itu kembali membangkitkan amarah warga. (mag-19/ial)