MEDAN- Pelaksana Tugas (Plt) Gubsu, Gatot Pujo Nugroho sudah dinyatakan menjadi kandidat yang diusung PKS, untuk maju ke putaran Pemilihan Gubernur Sumatera Utara (Pilgubsu) 2013 mendatang. Tapi ternyata, itu tidak bukan jaminan tidak akan adanya perubahan di last time atau waktu akhir pendaftaran calon di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sumut nantinya.
Pasalnya, sosok mantan presiden PKS yang saat ini menjabat Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) RI Tifatul Sembiring lebih menjual. Terlebih dari sisi kedaerahan atau putra daerah asli. Dan bisa dibilang juga, Tifatul lebih populer jika dibandingkan dengan Gatot.
Itu dibenarkan pengamat politik dari Universitas Sumatera Utara (USU) Ridwan Rangkuti kepada Sumut Pos, Minggu (25/3). “Ya, benar seperti itu. Berkaca pada penentuan calon yang diusung PKS di Pilgub DKI. Saat itu, nama Triwisaksana alias Sani yang menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD DKI digembar-gemborkan akan diusung. Tapi di akhir-akhir mantan Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid yang resmi maju,” jelasnya.
Untuk Sumut, menurut Ridwan Rangkuti, Tifatul memiliki beberapa kelebihan dibanding Gatot. “Dari sisi popularitas, Tifatul lebih populer dari Gatot jika dibandingkan. Gatot pun dihadapkan dengan masalah bukan putera daerah, sebaliknya dengan Tifatul yang asli putera daerah dari etnis Karo. Gatot juga kurang memasyarakat dengan masyarakat Sumut secara keseluruhan. Kemudian, dari sisi agama juga Tifatul relatif lebih diuntungkan dengan etnis Karonya. Etnis Karo ini relatif lebih mengedepankan kekeluargaan dan kebersamaan, jika dibandingkan masalah agama,” ulasnya.
Namun, sambungnya, berkaca dari Pilgub DKI juga, kader PKS merupakan kader-kader yang patuh terhadap keputusan pimpinan partai terlebih dewan syuro partai. Dan itu pula tercermin pada Pilgub DKI, dimana Triwisaksana patuh terhadap keputusan dewan syuro PKS yang menjatuhkan pilihan kepada Hidayat Nur Wahid.
“PKS ini partai kader. Dalam konteks kepartaian, kader-kader PKS ini patuh terhadap keputusan pimpinan dan utamanya dewan syuro,” terangnya lagi.
Namun, bila pada kenyataannya peta politik yang akan terjadi di Sumut sama seperti di DKI, dimana akhirnya Tifatul Sembiring yang maju menggantikan Gatot, apa mungkin Gatot juga akan maju?
Menurutnya, itu bisa saja terjadi. Dasarnya adalah faktor kemampuan, survey dari masyarakat serta finansial atau keuangan. “Bisa saja, jika Gatot merasa mampu dan menganggap masyarakat masih memberi dukungan kepadanya. Kemudian masalah keuangan juga harus memadai. Bisa saja Gatot melompat ke partai lain, ya dengan konsekuensi terjadi persoalan dengan PKS. Bisa juga Gatot maju dari calon independent,” jelasnya lagi.
Sedangkan itu, Wakil Ketua DPRD Sumut dari Fraksi PKS Sigit Pramono Asri yang dikonfirmasi Sumut Pos menuturkan, keputusan yang telah ada dan seperti yang dikemukakan Presiden PKS adalah Plt Gubsu, Gatot Pujo Nugroho adalah yang diusung dari PKS.
“Seperti yang diberitakan, Presiden PKS menyatakan, Mas Gatotlah yang akan maju,” katanya.
Namun, Sigit tidak membantah, ketika ditanya mengenai peluang terjadinya perubahan keputusan, jika nantinya ada perubahan konstelasi politik di Pilgubsu 2013, utamanya di ending-ending atau jelang akhir pendaftaran calon. “Ya bisa saja, namanya politik,” ungkapnya.
Bagaimana bila akhirnya Gatot tidak jadi diusung, dan digantikan dengan Tifatul Sembiring bila ada sosok yang lebih populer dari partai lain, kemudian Gatot maju dari jalur independen?
“Tidak ada PKS mengenal jalur independen. Jadi jika ada yang maju dari jalur independen, berarti bukan kader PKS,” tegasnya.(ari)