25 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Operasi 4 Jam, Sebagian Otaknya Dipotong

Bayi tanpa Batok Kepala Pulang Kampung

Dua bulan lebih di Jakarta, Syahrani, bayi perempuan berusia 12 Bulan, buah hati pasangan Sutrisno (25) dan Eliana (25), yang lahir tanpa batok kepala, pulang ke kampung halamannya Padangsidimpuan.

Ari Sisworo, Medan

Sekira pukul 13.30 WIB, Sumut Pos berkesempatan untuk menemui Syahrani, bayi tanpa batok kepala kelahiran Padangsidimpuan, 6 Maret 2012 di kediaman Wakil Ketua DPRD Sumut, Chaidir Ritonga di Komplek Murai Indah, Medan, Minggu (25/3).

Terlihat pipi Syahrani masih merah, layaknya bayi pada umumnya.  Sesekali terdengar tangisan kecilnya, saat dipangku ibunya, Elianan
Sesekali pula terdengar suara batuk-batuk kecil dari Syahrani. Sang ibu yang ketika ditemui mengenakan batik warna merah, dan tengah memangku Syahrani, batuk yang dialami puteri pertamanya setelah menikah dengan suaminya, Sutrisno (25) pada 2006 silam tersebut, sudah sejak sepekan ini.
“Sudah sejak dari Jakarta, sampai sekarang belum sembuh. Mungkin obat yang dikasih dokter itu nggak cocok. Batuknya ada dahaknya. Kalau batuk begini, jadi susah tidur. Paling satu hari cuma dua sampai tiga jam. Tapi kalau lagi sehat, seperti bayi-bayi biasanya. Tidurnya nyenyak,” kata perempuan 25 tahun kelahiran Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) ini.

Terlihat memang, saat sudah agak mendingan, Syahrani tampak begitu nyenyaknya tertidur di pangkuan sang ibu. Apalagi saat posisi tidurnya ditelungkupkan.

Sesekali Syahrani terbangun, karena batuk yang cukup mengganggunya. Terlihat pula, semacam lendir atau yang biasa disebut ingus keluar dari hidungnya yang mungil.

Sang ayah, Sutrisno yang mendampingi tepat disamping Eliana, rajin membersihkan ingus puteri tercintanya itu dengan tisu.

Cerita pun berlanjut, Sutrisno yang saat itu mengenakan kaos warna biru dengan setelan jeans ke abu-abuan menuturkan, proses operasi puterinya berjalan selama empat jam di Rumah Sakit (RS) Cipto Mangunkusumo Jakarta. Usai dioperasi, Syahrani langsung dipindahkan ke ruang ICU. Satu hari di ruang ICU, Syahrani Syahrani dipindahkan lagi ke ruang ICU dan kemudian dibawa ke ruang rawat inap, karena kondisi yang mulai membaik.

“Untuk intensifnya, sekitar tiga hari saja perawatannya. Operasinya tanggal 22 Februari 2012 lalu dan berlangsung selama empat jam saja. Saat itu dibutuhkan satu kantung darah. Yang kami persiapkan ada dua kantung darah,” kata pria yang menikahi Eliana pada 28 Agustus 2006 tersebut.
Saat operasi itu, ada sebagain otak yang dinilai tidak berfungsi dipotong sekitar 1,2 kilogram. Kemudian batok kepala Syahrani dijahit. Otak yang dipotong itu langsung dikuburkan di rumah sakit itu.

“Yang dipotong, dikuburkan di sana. Kata dokter, itu yang tidak berfungsi. Waktu belum dioperasi, tidak bisa digendong-gendong. Syukur, sekarang sudah bisa,” kata pria yang menetap di Sidimpuan ini sejak 2004 lalu.

Ya, memang terlihat di bagian kepala Syahrani masih ada bekas jahitan bekas operasi, tepatnya di bagian atas kepalanya.

Saat berbincang, sesekali Syahrani juga terdengar menangis. Eliana pun langsung sigap untuk menimang-nimang buah hatinya itu.

Di tengah perbincangan, Eliana sempat nyeletuk bahwa, Pelaksana Tugas (Plt) Gubsu Gatot Pujo Nugroho, dan sejumlah pejabat Pemprovsu serta anggota DPRD Sumut sempat menjenguk Syahrani ketika masih di penginapan milik Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) di Jakarta. Katanya, saat itu Plt Gubsu berjanji akan memberi bantuan. Namun ternyata janji itu tidak terealisasi sampai saat ini.

“Ya, Pak Gubsu ada jenguk dan beberapa pejabat Pemprovsu dan sejumlah anggota dewan. Pak Gubsu waktu itu, kalau tidak salah dua minggu sebelum operasi, katanya mau ngasih bantuan. Tapi sampai kami pulang, tidak ada,” akunya.

Di sisi lain, perbincangan dengan Sutrisno, dirinya mengaku, saat istrinya mengandung Syahrani di usia sekitar 25 minggu, dirinya pernah bermimpi, jika istrinya melahirkan akan mengalami kekurangan atau kecacatan saat lahir.

“Ya, waktu itu Sabtu malam Minggu, usia hamil istri saya sekitar 25 minggu. Dalam mimpi itu, ada yang menemui saya dan mengatakan anak saya lahir nanti ada kekurangan. Ternyata benar,” cetusnya.

Syahrani dan kedua orangtuanya berangkat dari Medan pukul 14.00 WIB, dari kediaman Wakil Ketua DPRD Sumut, Chaidir Ritonga di Medan, dengan menggunakan perjalanan darat, yang memakai Mobil Toyota Avanza BK 1474 KK yang sengaja disewa untuk keberangkatan bayi kelahiran 6 Maret 2011 tersebut.

Diperkirakan, Syahrani baru akan tiba di Padangsidimpuan pada Senin (26/3) sekira pukul 01.00 WIB.

Kedua orangtua Syahrani, mengaku cukup bahagia dan bersyukur dengan kondisi Syahrani saat ini yang jauh lebih baik dari sebelumnya.
“Syukur Alhamdulillah, atas segala sesuatunya yang telah diberikan kepada anak kami ini. Ini mukjizat yang diberikan Allah SWT. Saat ini, kondisi anak kami sudah jauh lebih baik. Sekarang berat badannya, sudah enam kilogram. Sebelum operasi beratnya masih empat kilogram,” ungkap  Eliana dan Sutrisno kepada wartawan.

Meskipun sudah jauh lebih baik, lanjut Eliana, dirinya diinstruksikan pihak dokter yang mengoperasi buah hatinya tersebut, agar setiap minggunya Syahrani diharuskan melakukan kontrol kesehatan serta guna mengecek kondisi kepalanya ke dokter di Medan.
“Dokter bilang, kami harus rutin kontrol seminggu sekali di Medan,” tambahnya.

Bagaimana dengan biaya kontrolnya? Terkait hal itu, Wakil Ketua DPRD Sumut, Chaidir Ritonga menyatakan dirinya akan menanggung biaya tersebut.
“Syukur Alhamdulillah, Allah menunjukkan saya untuk menolong Syahrani. Dan untuk biayanya, dari proses pertama kali Syahrani dibawa ke Medan sampai kembali lagi di Medan, pakai biaya pribadi atau rekening umum. Saat dipenginapan milik Pemprovsu juga semuanya dibayar. Tidak pakai Asuransi Kesehatan (Askes), Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) ataupun Jamkesda. Kita berharap, kondisinya semakin membaik,” katanya.
Dijelaskannya, Tim Dokter RSUPN Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta yang menangani operasi Syahrani antara lain, dr Syamsul A Sp.Bs, dr Pryambodo, Sp.An dan dr Syaiful I, Sp.Bs. Sementara dokter dari Medan yang menjadi fasilitator adalah dr Mahyono, seorang dokter ahli bedah anak dari Rumah Sakit (RS) Adam Malik, Medan.

“Allah SWT telah menunjukkan mukzizatnya, Rumah Sakit Adam Malik telah pernah menolak menangani Syahrani 6 bulan yang lalu,” tambahnya.
Dijelaskannya, di Indonesia, kasus bayi tanpa batok kepala terbilang sedikit yang mampu bertahan.

“Tiada kata yang bisa kami ungkapkan kecuali rasa syukur pada Allah SWT yang telah menunjukkan kekuasaannya melalui ‘Tangan Mukzizatnya’ menyembuhkan Syahrani dibawah pertolongan Dokter-Dokter Ahli RSCM yang sangat berempati dan simpatik. Terimakasih yang tulus juga kami ucapkan kepada Warga dan masyarakat Padangsidimpuan serta Sumatera Utara yang telah turut mendoakan kesembuhan hamba Allah. Dan ini kasus yang terbilang sedikit di Indonesia,” bebernya lagi.

Namun, lanjut Chaidir, ada beberapa hal yang patut diketahui kedua orang tua Syahrani, dimana saat ini untuk melancarkan aliran pencernaan, darah dan sebagainya, dokter yang mengoperasi Syahrani memasangkan satu pipa kecil dari bagian belakang kepala Syahrani hingga ke bagian pembuangan.
Selain itu, dalam pertumbuhannya kelak, patut juga diwaspadai peluang terjadinya Hydrocepalus atau pembesaran kepala. Maka dari itu, instruksi dari dokter operasi Syahrani untuk control kesehatan harus rutin dijalankan.

Di sisi lain juga, untuk tingkat kecerdasan Syahrani ke depan relatif sedikit kurang. Karena disebabkan adanya sebagian kecil otak Syahrani yang dinilai tidak berfungsi dipotong.

“Jika nantinya otak yang ada saat ini, bisa tumbuh ada peluang bisa lebih baik. Karena dampak untuk tingkat kecerdasan Syahrani sedikit terhambat, karena ada otak yang dipotong itu. Karena dianggap atau dinilai tidak berfungsi,” urainya.(*)

Bayi tanpa Batok Kepala Pulang Kampung

Dua bulan lebih di Jakarta, Syahrani, bayi perempuan berusia 12 Bulan, buah hati pasangan Sutrisno (25) dan Eliana (25), yang lahir tanpa batok kepala, pulang ke kampung halamannya Padangsidimpuan.

Ari Sisworo, Medan

Sekira pukul 13.30 WIB, Sumut Pos berkesempatan untuk menemui Syahrani, bayi tanpa batok kepala kelahiran Padangsidimpuan, 6 Maret 2012 di kediaman Wakil Ketua DPRD Sumut, Chaidir Ritonga di Komplek Murai Indah, Medan, Minggu (25/3).

Terlihat pipi Syahrani masih merah, layaknya bayi pada umumnya.  Sesekali terdengar tangisan kecilnya, saat dipangku ibunya, Elianan
Sesekali pula terdengar suara batuk-batuk kecil dari Syahrani. Sang ibu yang ketika ditemui mengenakan batik warna merah, dan tengah memangku Syahrani, batuk yang dialami puteri pertamanya setelah menikah dengan suaminya, Sutrisno (25) pada 2006 silam tersebut, sudah sejak sepekan ini.
“Sudah sejak dari Jakarta, sampai sekarang belum sembuh. Mungkin obat yang dikasih dokter itu nggak cocok. Batuknya ada dahaknya. Kalau batuk begini, jadi susah tidur. Paling satu hari cuma dua sampai tiga jam. Tapi kalau lagi sehat, seperti bayi-bayi biasanya. Tidurnya nyenyak,” kata perempuan 25 tahun kelahiran Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) ini.

Terlihat memang, saat sudah agak mendingan, Syahrani tampak begitu nyenyaknya tertidur di pangkuan sang ibu. Apalagi saat posisi tidurnya ditelungkupkan.

Sesekali Syahrani terbangun, karena batuk yang cukup mengganggunya. Terlihat pula, semacam lendir atau yang biasa disebut ingus keluar dari hidungnya yang mungil.

Sang ayah, Sutrisno yang mendampingi tepat disamping Eliana, rajin membersihkan ingus puteri tercintanya itu dengan tisu.

Cerita pun berlanjut, Sutrisno yang saat itu mengenakan kaos warna biru dengan setelan jeans ke abu-abuan menuturkan, proses operasi puterinya berjalan selama empat jam di Rumah Sakit (RS) Cipto Mangunkusumo Jakarta. Usai dioperasi, Syahrani langsung dipindahkan ke ruang ICU. Satu hari di ruang ICU, Syahrani Syahrani dipindahkan lagi ke ruang ICU dan kemudian dibawa ke ruang rawat inap, karena kondisi yang mulai membaik.

“Untuk intensifnya, sekitar tiga hari saja perawatannya. Operasinya tanggal 22 Februari 2012 lalu dan berlangsung selama empat jam saja. Saat itu dibutuhkan satu kantung darah. Yang kami persiapkan ada dua kantung darah,” kata pria yang menikahi Eliana pada 28 Agustus 2006 tersebut.
Saat operasi itu, ada sebagain otak yang dinilai tidak berfungsi dipotong sekitar 1,2 kilogram. Kemudian batok kepala Syahrani dijahit. Otak yang dipotong itu langsung dikuburkan di rumah sakit itu.

“Yang dipotong, dikuburkan di sana. Kata dokter, itu yang tidak berfungsi. Waktu belum dioperasi, tidak bisa digendong-gendong. Syukur, sekarang sudah bisa,” kata pria yang menetap di Sidimpuan ini sejak 2004 lalu.

Ya, memang terlihat di bagian kepala Syahrani masih ada bekas jahitan bekas operasi, tepatnya di bagian atas kepalanya.

Saat berbincang, sesekali Syahrani juga terdengar menangis. Eliana pun langsung sigap untuk menimang-nimang buah hatinya itu.

Di tengah perbincangan, Eliana sempat nyeletuk bahwa, Pelaksana Tugas (Plt) Gubsu Gatot Pujo Nugroho, dan sejumlah pejabat Pemprovsu serta anggota DPRD Sumut sempat menjenguk Syahrani ketika masih di penginapan milik Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) di Jakarta. Katanya, saat itu Plt Gubsu berjanji akan memberi bantuan. Namun ternyata janji itu tidak terealisasi sampai saat ini.

“Ya, Pak Gubsu ada jenguk dan beberapa pejabat Pemprovsu dan sejumlah anggota dewan. Pak Gubsu waktu itu, kalau tidak salah dua minggu sebelum operasi, katanya mau ngasih bantuan. Tapi sampai kami pulang, tidak ada,” akunya.

Di sisi lain, perbincangan dengan Sutrisno, dirinya mengaku, saat istrinya mengandung Syahrani di usia sekitar 25 minggu, dirinya pernah bermimpi, jika istrinya melahirkan akan mengalami kekurangan atau kecacatan saat lahir.

“Ya, waktu itu Sabtu malam Minggu, usia hamil istri saya sekitar 25 minggu. Dalam mimpi itu, ada yang menemui saya dan mengatakan anak saya lahir nanti ada kekurangan. Ternyata benar,” cetusnya.

Syahrani dan kedua orangtuanya berangkat dari Medan pukul 14.00 WIB, dari kediaman Wakil Ketua DPRD Sumut, Chaidir Ritonga di Medan, dengan menggunakan perjalanan darat, yang memakai Mobil Toyota Avanza BK 1474 KK yang sengaja disewa untuk keberangkatan bayi kelahiran 6 Maret 2011 tersebut.

Diperkirakan, Syahrani baru akan tiba di Padangsidimpuan pada Senin (26/3) sekira pukul 01.00 WIB.

Kedua orangtua Syahrani, mengaku cukup bahagia dan bersyukur dengan kondisi Syahrani saat ini yang jauh lebih baik dari sebelumnya.
“Syukur Alhamdulillah, atas segala sesuatunya yang telah diberikan kepada anak kami ini. Ini mukjizat yang diberikan Allah SWT. Saat ini, kondisi anak kami sudah jauh lebih baik. Sekarang berat badannya, sudah enam kilogram. Sebelum operasi beratnya masih empat kilogram,” ungkap  Eliana dan Sutrisno kepada wartawan.

Meskipun sudah jauh lebih baik, lanjut Eliana, dirinya diinstruksikan pihak dokter yang mengoperasi buah hatinya tersebut, agar setiap minggunya Syahrani diharuskan melakukan kontrol kesehatan serta guna mengecek kondisi kepalanya ke dokter di Medan.
“Dokter bilang, kami harus rutin kontrol seminggu sekali di Medan,” tambahnya.

Bagaimana dengan biaya kontrolnya? Terkait hal itu, Wakil Ketua DPRD Sumut, Chaidir Ritonga menyatakan dirinya akan menanggung biaya tersebut.
“Syukur Alhamdulillah, Allah menunjukkan saya untuk menolong Syahrani. Dan untuk biayanya, dari proses pertama kali Syahrani dibawa ke Medan sampai kembali lagi di Medan, pakai biaya pribadi atau rekening umum. Saat dipenginapan milik Pemprovsu juga semuanya dibayar. Tidak pakai Asuransi Kesehatan (Askes), Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) ataupun Jamkesda. Kita berharap, kondisinya semakin membaik,” katanya.
Dijelaskannya, Tim Dokter RSUPN Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta yang menangani operasi Syahrani antara lain, dr Syamsul A Sp.Bs, dr Pryambodo, Sp.An dan dr Syaiful I, Sp.Bs. Sementara dokter dari Medan yang menjadi fasilitator adalah dr Mahyono, seorang dokter ahli bedah anak dari Rumah Sakit (RS) Adam Malik, Medan.

“Allah SWT telah menunjukkan mukzizatnya, Rumah Sakit Adam Malik telah pernah menolak menangani Syahrani 6 bulan yang lalu,” tambahnya.
Dijelaskannya, di Indonesia, kasus bayi tanpa batok kepala terbilang sedikit yang mampu bertahan.

“Tiada kata yang bisa kami ungkapkan kecuali rasa syukur pada Allah SWT yang telah menunjukkan kekuasaannya melalui ‘Tangan Mukzizatnya’ menyembuhkan Syahrani dibawah pertolongan Dokter-Dokter Ahli RSCM yang sangat berempati dan simpatik. Terimakasih yang tulus juga kami ucapkan kepada Warga dan masyarakat Padangsidimpuan serta Sumatera Utara yang telah turut mendoakan kesembuhan hamba Allah. Dan ini kasus yang terbilang sedikit di Indonesia,” bebernya lagi.

Namun, lanjut Chaidir, ada beberapa hal yang patut diketahui kedua orang tua Syahrani, dimana saat ini untuk melancarkan aliran pencernaan, darah dan sebagainya, dokter yang mengoperasi Syahrani memasangkan satu pipa kecil dari bagian belakang kepala Syahrani hingga ke bagian pembuangan.
Selain itu, dalam pertumbuhannya kelak, patut juga diwaspadai peluang terjadinya Hydrocepalus atau pembesaran kepala. Maka dari itu, instruksi dari dokter operasi Syahrani untuk control kesehatan harus rutin dijalankan.

Di sisi lain juga, untuk tingkat kecerdasan Syahrani ke depan relatif sedikit kurang. Karena disebabkan adanya sebagian kecil otak Syahrani yang dinilai tidak berfungsi dipotong.

“Jika nantinya otak yang ada saat ini, bisa tumbuh ada peluang bisa lebih baik. Karena dampak untuk tingkat kecerdasan Syahrani sedikit terhambat, karena ada otak yang dipotong itu. Karena dianggap atau dinilai tidak berfungsi,” urainya.(*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/