Playoff NBA 2011
MIAMI – Miami Heat memang mengawali final wilayah timur melawan Chicago Bulls dengan kekalahan. Namun, setelah itu, Heat bangkit dan menyapu bersih tiga game beruntun. Kemenangan ketiga dicatat di kandang sendiri, American Airlines Arena, kemarin WIB (25/5).
Heat sukses menggungguli Bulls 101-93 melalui overtime. Jika kembali menang di Chicago Jumat pagi WIB (27/5), Heat akan menembus final pertamanya sejak 2006. Saat itu, Heat menuntaskannya dengan juara setelah mengalahkan Dallas Mavericks 4-2.
Yang menarik, pertemuan lima tahun lalu itu berpotensi terulang. Itu karena Mavericks hanya butuh sekali kemenangan atas Oklahoma City Thunder dalam game kelima final wilayah barat pagi ini WIB (26/5).
“Ya, sekali (kemenangan) lagi,” ungkap LeBron James, pencetak poin tertinggi Heat kemarin dengan 35 poin itu kepada Associated Press. “Kami, sepertinya, akan lebih bekerja keras karena game berikutnya dimainkan di Chicago,” sambungnya.
Heat memang bekerja keras kemarin. Tuan rumah terlambat panas dengan langsung tertinggal 11 poin. Heat baru bangkit di paro kedua. Jika bukan karena aksi Dwyane Wade di overtime, Heat mungkin akan mengakhiri game keempat dengan kedudukan 2-2.
Padahal, Wade tidak mencetak poin pun di kuarter ketiga dan keempat. Wade yang MVP 2006 itu total mengemas 14 poin. Pemain cadangan Mike Miller juga punya kontribusi penting dalam defense Heat. Miller juga mengemas 12 poin. “Kami tim yang agresif, tapi kami meraih kemenangan karena defense kami,” tutur LeBron.
“Defense adalah alasan kami berada di sini (playoff) dan alasan dari setiap kemenangan kami,” sahut Chris Bosh yang mendonasikan 22 poin.
Dari Bulls, Derrick Rose sebenarnya masih produktif dengan 23 poin sekalipun hanya memasukkan delapan dari 27 tembakan. Tidak hanya itu, sepanjang laga, Rose yang MVP 2011 itu kerepotan karena mendapat pengawalan ekstraketat dari LeBron yang merupakan MVP 2009 dan 2010.
“Benar-benar game berat. Pemain yang lebih besar daripada Anda tentu sangat mudah mengawal Anda,” jelas Rose yang membuang kesempatan di dua detik terakhir saat kedudukan 85-85 atau sebelum dipaksakannya overtime.
“Ini belum berakhir. Kami masih memiliki game untuk dimainkan dan Heat tim yang bisa dikalahkan,” sambungnya. Berbeda dengan Rose, pelatih Bulls Tom Thibodeau bersikap realistis. Dia menyebut sulit bagi timnya membalikkan defisit 1-3.
“Perlu diingat, kami menghadapi lawan hebat dan tim yang komplet. Mereka bekerja keras, bertahan, dan tidak akan berhenti sampai detik terakhir,” jelas pelatih terbaik NBA musim ini tersebut. (dns/jpnn)