27 C
Medan
Thursday, June 20, 2024

Diprediksi hingga Januari Cuaca Rawan Bencana

Puting Beliung, Longsor, dan Ombak Tinggi

MEDAN- Perayaan Natal 2011 dan jelang Tahun Baru 2012, masih akan diwarnai turunnya hujan di sejumlah daerah di Sumatera Utara (Sumut). Daerah yang mendapat perhatian khusus adalah sepanjang Pantai Barat Sumatera seperti Tapanuli Tengah (Tapteng), Sibolga, Madina dan darah lainnya.

Meski begitu, bukan berarti Pantai Timur Sumatera aman. Deli Serdang, Serdang Bedagai (Sergai), Tebing Tinggi, Tanjung Balai, Labuhan Batu tanpa terkecuali Medan juga rawan hujan. Bahkan, intensitas curah hujan di Pantai Timur Sumatera dan Pantai Barat Sumatera lumayan tinggi, berkisar 150 sampai 300 milimeter kubik per bulan. “Ukuran intensitas atau curah hujan itu berbeda-beda antar satu daerah dengan daerah lain.

Di Pantai Barat relatif lebih tinggi berkisar 300 milimeter per bulan, sedangkan di Pantai Timur berkisar 150 milimeter per bulan. Kondisi seperti itu, akan terus terjadi hingga Januari 2012 mendatang. Setelah itu, baru akan masuk musim kemarau. Tapi kelebihan di Sumut ini tidak seperti di Jawa. Kalau di Jawa musim kemarau benar-benar kemarau, tapi kalau di Sumut musim kemarau biasanya diselingi turunnya hujan. Patut diingat, kondisi tersebut juga berpotensi banjir dan puting beliung,” ungkap Kepala Bidang (Kabid) Data dan Informasi (Datin) Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah 1 Sumut, Hendra Suwarta kepada Sumut Pos, Minggu (25/12).

Musim kemarau akan muncul dan terjadi, ketika curah hujan nantinya mulai berubah atau turun. Dalam arti kata, ketika curah hujan di bawah 150 milimeter per bulan atau di bawah 50 milimeter per 10 hari.

“Pastinya belum bisa diprediksi, makanya nanti Januari 2012 baru akan diketahui kapan perubahan musim itu bisa terlihat. Dari statistik, biasanya musim hujan akan terjadi manakala curah hujan sudah mencapai di bawah 150 milimeter per bulan. Kalau di atas 150 milimeter per bulan, musim hujan masih terjadi. Atau ukuran lainnya, ketika curah hujan di bawah 50 milimeter per 10 hari, maka itu sudah masuk musim kemarau. Kalau di atas 50 milimeter per 10 hari, masih musim hujan,” terangnya lagi.

Dikatakannya, kondisi yang terjadi itu, tidak sama sekali karena terjadinya Badai Washi di Filipina. “Tidak ada pengaruhnya badai di Filipina itu,” katanya.

Untuk puting beliung, BMKG Wilayah I Sumut memprediksi, kecepatan angin bisa mencapai ukuran 30 knot. Untuk potensi longsor, lanjutnya, relatif berpeluang terjadi di sejumlah daerah dataran tinggi antara lain, Tapanuli Utara (Taput), Tapanuli Tengah (Tapteng), Tapanuli Selatan (Tapsel), Madina, Padang Lawas (Palas), Padang Lawas Utara (Paluta) dan daerah-daerah lainnya.

Dengan prediksi itu, juga menyebabkan pada ombak laut, dimana di sekitar Laut Barat Sumatera Ombak diprediksi mencapai tinggi sekitar tiga meter, dan di Laut Timur Sumatera mencapai tinggi dua meter. Dan, kondisi ini relatif rawan.

Karena hal itu, diharapkan para pemudik sebaiknya untuk menjaga keamanan dan kenyamanan, diharapkan menggunakan jalur darat dengan angkutan umum.
“Sebaiknya pakai jalur darat dan angkutan umum. Karena bisa saja tiba-tiba longsor, puting beliung atau ombak yang meninggi. Apalagi sangat riskan bila menggunakan sepeda motor,” imbaunya.(ari)

Puting Beliung, Longsor, dan Ombak Tinggi

MEDAN- Perayaan Natal 2011 dan jelang Tahun Baru 2012, masih akan diwarnai turunnya hujan di sejumlah daerah di Sumatera Utara (Sumut). Daerah yang mendapat perhatian khusus adalah sepanjang Pantai Barat Sumatera seperti Tapanuli Tengah (Tapteng), Sibolga, Madina dan darah lainnya.

Meski begitu, bukan berarti Pantai Timur Sumatera aman. Deli Serdang, Serdang Bedagai (Sergai), Tebing Tinggi, Tanjung Balai, Labuhan Batu tanpa terkecuali Medan juga rawan hujan. Bahkan, intensitas curah hujan di Pantai Timur Sumatera dan Pantai Barat Sumatera lumayan tinggi, berkisar 150 sampai 300 milimeter kubik per bulan. “Ukuran intensitas atau curah hujan itu berbeda-beda antar satu daerah dengan daerah lain.

Di Pantai Barat relatif lebih tinggi berkisar 300 milimeter per bulan, sedangkan di Pantai Timur berkisar 150 milimeter per bulan. Kondisi seperti itu, akan terus terjadi hingga Januari 2012 mendatang. Setelah itu, baru akan masuk musim kemarau. Tapi kelebihan di Sumut ini tidak seperti di Jawa. Kalau di Jawa musim kemarau benar-benar kemarau, tapi kalau di Sumut musim kemarau biasanya diselingi turunnya hujan. Patut diingat, kondisi tersebut juga berpotensi banjir dan puting beliung,” ungkap Kepala Bidang (Kabid) Data dan Informasi (Datin) Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah 1 Sumut, Hendra Suwarta kepada Sumut Pos, Minggu (25/12).

Musim kemarau akan muncul dan terjadi, ketika curah hujan nantinya mulai berubah atau turun. Dalam arti kata, ketika curah hujan di bawah 150 milimeter per bulan atau di bawah 50 milimeter per 10 hari.

“Pastinya belum bisa diprediksi, makanya nanti Januari 2012 baru akan diketahui kapan perubahan musim itu bisa terlihat. Dari statistik, biasanya musim hujan akan terjadi manakala curah hujan sudah mencapai di bawah 150 milimeter per bulan. Kalau di atas 150 milimeter per bulan, musim hujan masih terjadi. Atau ukuran lainnya, ketika curah hujan di bawah 50 milimeter per 10 hari, maka itu sudah masuk musim kemarau. Kalau di atas 50 milimeter per 10 hari, masih musim hujan,” terangnya lagi.

Dikatakannya, kondisi yang terjadi itu, tidak sama sekali karena terjadinya Badai Washi di Filipina. “Tidak ada pengaruhnya badai di Filipina itu,” katanya.

Untuk puting beliung, BMKG Wilayah I Sumut memprediksi, kecepatan angin bisa mencapai ukuran 30 knot. Untuk potensi longsor, lanjutnya, relatif berpeluang terjadi di sejumlah daerah dataran tinggi antara lain, Tapanuli Utara (Taput), Tapanuli Tengah (Tapteng), Tapanuli Selatan (Tapsel), Madina, Padang Lawas (Palas), Padang Lawas Utara (Paluta) dan daerah-daerah lainnya.

Dengan prediksi itu, juga menyebabkan pada ombak laut, dimana di sekitar Laut Barat Sumatera Ombak diprediksi mencapai tinggi sekitar tiga meter, dan di Laut Timur Sumatera mencapai tinggi dua meter. Dan, kondisi ini relatif rawan.

Karena hal itu, diharapkan para pemudik sebaiknya untuk menjaga keamanan dan kenyamanan, diharapkan menggunakan jalur darat dengan angkutan umum.
“Sebaiknya pakai jalur darat dan angkutan umum. Karena bisa saja tiba-tiba longsor, puting beliung atau ombak yang meninggi. Apalagi sangat riskan bila menggunakan sepeda motor,” imbaunya.(ari)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/