Trauma Disiksa Ibu Tiri, Remaja 12 Tahun Menghilang
Diduga trauma disiksa ibu tiri, Muhammad Sabda Lubis (12), kabur dari rumahnya sejak setahun lalu. Hal ini diungkapkan Nety (30), sepupu Sabda saat ditemui wartawan Posmetro Medan (grup Sumut Pos) di rumahnya, Jalan Tanjung Raya, Gang Kapuk, Desa Helvetia, Kecamatan Labuhan Deli, Jumat (24/2).
Menurut Nety, sejak tahun 2000 ibu kandung Sabda bernama Lilis Heriawaty telah bekerja di Malaysia. Kepergian Lilis ke Malaysia meninggalkan lima anaknya termasuk Sabda bersama Nety. Nah, sejak Lilis berada di Malaysia, ternyata ayah kandung Sabda bernama Herman Lubis menikah lagi dengan Nursiah, janda beranak satu.
Akibat pernikahan itu, Lilis dan Herman pun bercerai pada 2002. Sejak perceraian itu, Herman membawa Sabda tinggal bersamanya. Sejak itulah, kakak dan abang kandung Sabda berangkat ke rumah nenek mereka yang berada di Padang. Sabda pun tinggal bersama ibu tirinya sejak berusia 3 tahun. Nah, lambat laun usia Sabda bertambah. Tepat di usia 9 tahun, Sabda merasakan kekerasan dari ibu tirinya. Perlakuan kasar seperti penyiksaan dialami remaja 12 tahun tersebut.
Kekerasan yang dialami Sabda tak pernah diceritakan kepada ayah kandungnya, sejak usia 9 tahun, Sabda yang merasa tersiksa maka sering pergi meninggalkan rumah hingga berbulan-bulan. Setiap kali Sabda pergi meninggalkan rumah selalu ditemukan oleh uwak atau saudara sepupunya di kawasan persimpangan lampu merah.
Ternyata sejak usianya 9 tahun, Sabda sudah empat kali kabur dari rumah ibu tirinya yang beralamat di Jalan Karya, Kecamatan Medan Barat. Setiap Sabda kabur, keluarga dari ibu kandungnya menanyakan apa motif kaburnya. Sabda yang sedikit terutup selalu mengatakan tak ingin tinggal bersama ibu tirinya, karena mengalami penyiksaan tak wajar.
“Tapi kami tanya ibu tirinya, dia tak pernah ngaku,” kata Nety didampingi kakak kandung Sabda bernama Siska, Jumat (24/2).
Dijelaskannya, sejak itu Sabda pun mereka ajak tinggal bersama di rumah uwaknya. Namun, Sabda selalu mengeluhkan ingin bertemu ibu kandungnya. Karena keinginannya tak dipenuhi, maka sejak awal 2011 lalu, Sabda pun kembali kabur tak kembali lagi hingga kini. “Sejak setahun ini kami terus mencari dia, ke pinggiran jalan dan tempat lokasi anak jalanan,” kata Nety.
Sejak kepergian Sabda selama setahun belakangan ini, ayah kandungnya Herman dan ibunya, Lilis kembali rujuk pada akhir 2011 lalu. Sedangkan kakak dan abangnya telah kembali ke Medan. Kepergian Sabda pun telah dilakukan pencarian oleh bapak dan ibunya, namun tidak juga ketemu. “Baru saja ibu dan bapaknya ini rujuk lagi, makanya harapan keluarga, Sabda bisa balik ke rumah lagi,” kata Nety.
Sejak dua bulan belakangan ini Sabda terus di cari, namun tidak juga ditemukan. Sedangkan ibu kandungnya terpaksa kembali ke Malaysia guna melanjutkan kontrak kerjanya. “Ibunya baru saja dua minggu ini pulang ke Malaysia, ibunya juga minta dengan bersatu lagi keluarga, Sabda dapat kembali pulang,” kata Nety.
Hal itu dibenarkan oleh Lilis yang menghubungi kru koran ini melalui SMS mengharapkan Sabda yang selama ini tidak pernah berada di pangkuannya dapat kembali pulang dalam keadaan sehat, dan tak ada lagi ibu tiri yang akan menyiksanya. “Saya sudah kembali dengan bapaknya, saya harap Sabda bisa pulang, sudah capek kami mencarinya,” kata Lilis kepada kru koran ini.
Menurut Nety, Sabda hanya mengecap pendidikan kelas 4 SD dan ternyata memiliki kepintaran dalam bernyanyi. “Sabda itu pandai sekali menyanyi. Suaranya sangat bagus kalau nyanyi,” kata Nety.
Dijelaskannya juga, dugaan keluarga Sabda hidup di jalanan dengan bermodalkan kepandaiannya bernyanyi, maka Sabda hidup di jalanan sebagai pengamen untuk hidup bersama anak jalanan. “Dulu waktu empat kali kabur, si Sabda ngakunya mengamen sama anak-anak jalanan,” kata Nety.
Selain itu juga, sejak empat kali kabur, Sabda selalu ditemukan di kawasan pinggiran lampu merah sambil bernyanyi. “Kami yakin dia pasti hidup di jalanan dengan mengamen. Kata anak-anak jalanan yang kami tanyai, Sabda memang sering ngamen bersama mereka,” kata Nety.
Harapan keluarga, walaupun Sabda hidup di jalanan, diharapkan bisa pulang untuk berkumpul bersama keluarga. “Kini mamak dan ayahnya sudah bersatu kembali dan kakak dan abangnya juga sudah di Medan, harapan kami Sabda bisa kembali pulang untuk kumpul bersama keluarga,” harap Nety.(ril/smg)