26 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Lewis Hamilton Terlalu Banyak Insiden

SINGAPURA – Lewis Hamilton tak lagi punya peluang untuk menjadi juara dunia Formula 1 2011 menyusul hasil balapan Grand Prix Singapura Minggu malam (25/9). Finis kelima membuat pembalap McLaren-Mercedes itu tertinggal 168 poin dari pimpinan klasemen pembalap Sebastian Vettel (Red Bull-Renault). Tak mungkin baginya untuk naik ke puncak dengan lima balapan tersisa.

Hamilton harus membayar mahal agresifitasnya di lintasan Sirkuit jalanan Marina Bay. Usai pitstop  menuju lap kesebelas, dia menabrak bagian belakang mobil pembalap Ferrari, Felipe Massa. Akibatnya, sayap depan mobilnya rusak dan harus masuk pit lagi.

Masalah tambahan muncul di beberapa lap berikutnya. Hasil investigasi steward lomba menyebutkan Hamilton bersalah dalam insiden yang membuat ban kanan belakang Massa ikut pecah itu. Steward mengganjar pembalap Inggris itu dengan drive-trough penalty.

Rangkaian insiden tersebut sempat membuat Hamilton menduduki urutan ke-19. Namun, dengan talenta dan kegigihannya, dia memperbaiki posisinya hingga peringkat lima. Sementara Massa hanya mampu meraih posisi kesembilan.

Tak urung insiden yang disebabkan agresifitas Hamilton tersebut membuat Massa berang. Dia sampai menyebut Hamilton sebagai pembalap yang ngawur. Komentar yang lebih halus disampaikan legenda F1 asal Inggris Raya Jackie Stewart yang menyebutkan Hamilton harus lebih pandai mengontrol emosinya di balapan.

“Saya sedikit bingung karena dia tahu cara membalap dan punya sangat banyak talenta alami. Tapi, untuk menjadi pembalap hebat tak perlu banyak insiden. Tak ada pembalap hebat yang membalap dengan kebiasaan itu,” ujar Stewart pada Autosport.

Sepanjang akhir pekan di Singapura, Hamilton dua kali terlibat insiden dengan Massa. Sebelumnya terjadi di sesi kualifikasi. Kedua pembalap nyaris bersenggolan saat meninggalkan pit.

Namun, jika dirunut sepanjang musim 2011, juara dunia musim 2008 itu mengalami masalah dengan kontrol emosinya dalam beberapa kali kesempatan lomba. Buahnya, beberapa kali penalty, juga dua kali gagal finis. Akibat buruknya, dia kehilangan banyak poin karena kegagalan mengontrol emosi.

Tercatat di empat lomba Hamilton mendapatkan penalty, yaitu di GP Malaysia (drive trough), Monaco (drive trough dan 20second time penalty), GP Hungaria (drivetrough) dan di Singapura. Sementara, kegagalan finis didapatnya di GP Kanada dan GP Belgia.

“Sudah berapa kali balapan dia melakukan hal seperti ini? Dia melintas di arah yang salah, dia membayarnya (dengan hukuman) dan dia tak pernah belajar dari itu. FIA (Federasi Balap Mobil Dunia) pasti memperhatikan ini, karena dia sudah sering melakukan hal yang sama,” ujar Massa.

Pandangan lain disampaikan ayah sekaligus figur yang pernah menjadi manajer Hamilton, Anthony Hamilton. Anthony yakin masalah manajemn turut berperan penting dalam rangkaian masalah yang melibatkan putranya. Menurutnya, agen manajemen yang ditunjuk putranya harus berbuat lebih baik demi peningkatan performa Hamilton.

“Manajemennya harus melakukan lebih dari ini. Apa yang akan saya katakan, lihatlah ke paddock, setiap pembalap punya manajer, manajer mereka ada di sini dan di sepanjang hidup,” ujar Anthony.

Sejak memutuskan tak lagi menjadikan ayahnya sebagi manajer pada 2010, Hamilton menunjukan Simon Fuller dan XIX Managemen sebagai agen manajemennya. Namun, di GP Singapura, tak terlihat satu orang pun manajemennya. Sementara Anthony kini menjadi manajer bagi pembalap Force India-Mercedes Paul di Resta yang juga dari inggris. (ady)

SINGAPURA – Lewis Hamilton tak lagi punya peluang untuk menjadi juara dunia Formula 1 2011 menyusul hasil balapan Grand Prix Singapura Minggu malam (25/9). Finis kelima membuat pembalap McLaren-Mercedes itu tertinggal 168 poin dari pimpinan klasemen pembalap Sebastian Vettel (Red Bull-Renault). Tak mungkin baginya untuk naik ke puncak dengan lima balapan tersisa.

Hamilton harus membayar mahal agresifitasnya di lintasan Sirkuit jalanan Marina Bay. Usai pitstop  menuju lap kesebelas, dia menabrak bagian belakang mobil pembalap Ferrari, Felipe Massa. Akibatnya, sayap depan mobilnya rusak dan harus masuk pit lagi.

Masalah tambahan muncul di beberapa lap berikutnya. Hasil investigasi steward lomba menyebutkan Hamilton bersalah dalam insiden yang membuat ban kanan belakang Massa ikut pecah itu. Steward mengganjar pembalap Inggris itu dengan drive-trough penalty.

Rangkaian insiden tersebut sempat membuat Hamilton menduduki urutan ke-19. Namun, dengan talenta dan kegigihannya, dia memperbaiki posisinya hingga peringkat lima. Sementara Massa hanya mampu meraih posisi kesembilan.

Tak urung insiden yang disebabkan agresifitas Hamilton tersebut membuat Massa berang. Dia sampai menyebut Hamilton sebagai pembalap yang ngawur. Komentar yang lebih halus disampaikan legenda F1 asal Inggris Raya Jackie Stewart yang menyebutkan Hamilton harus lebih pandai mengontrol emosinya di balapan.

“Saya sedikit bingung karena dia tahu cara membalap dan punya sangat banyak talenta alami. Tapi, untuk menjadi pembalap hebat tak perlu banyak insiden. Tak ada pembalap hebat yang membalap dengan kebiasaan itu,” ujar Stewart pada Autosport.

Sepanjang akhir pekan di Singapura, Hamilton dua kali terlibat insiden dengan Massa. Sebelumnya terjadi di sesi kualifikasi. Kedua pembalap nyaris bersenggolan saat meninggalkan pit.

Namun, jika dirunut sepanjang musim 2011, juara dunia musim 2008 itu mengalami masalah dengan kontrol emosinya dalam beberapa kali kesempatan lomba. Buahnya, beberapa kali penalty, juga dua kali gagal finis. Akibat buruknya, dia kehilangan banyak poin karena kegagalan mengontrol emosi.

Tercatat di empat lomba Hamilton mendapatkan penalty, yaitu di GP Malaysia (drive trough), Monaco (drive trough dan 20second time penalty), GP Hungaria (drivetrough) dan di Singapura. Sementara, kegagalan finis didapatnya di GP Kanada dan GP Belgia.

“Sudah berapa kali balapan dia melakukan hal seperti ini? Dia melintas di arah yang salah, dia membayarnya (dengan hukuman) dan dia tak pernah belajar dari itu. FIA (Federasi Balap Mobil Dunia) pasti memperhatikan ini, karena dia sudah sering melakukan hal yang sama,” ujar Massa.

Pandangan lain disampaikan ayah sekaligus figur yang pernah menjadi manajer Hamilton, Anthony Hamilton. Anthony yakin masalah manajemn turut berperan penting dalam rangkaian masalah yang melibatkan putranya. Menurutnya, agen manajemen yang ditunjuk putranya harus berbuat lebih baik demi peningkatan performa Hamilton.

“Manajemennya harus melakukan lebih dari ini. Apa yang akan saya katakan, lihatlah ke paddock, setiap pembalap punya manajer, manajer mereka ada di sini dan di sepanjang hidup,” ujar Anthony.

Sejak memutuskan tak lagi menjadikan ayahnya sebagi manajer pada 2010, Hamilton menunjukan Simon Fuller dan XIX Managemen sebagai agen manajemennya. Namun, di GP Singapura, tak terlihat satu orang pun manajemennya. Sementara Anthony kini menjadi manajer bagi pembalap Force India-Mercedes Paul di Resta yang juga dari inggris. (ady)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/