29 C
Medan
Sunday, February 23, 2025
spot_img

Sehari, Transaksi Tunai Turun Rp200 Miliar

Efek Demo Tolak BBM NAIK di Medan

Aksi demo yang terjadi pada Senin (26/3) lalu memberikan dampak dalam perekonomian di Medan. Dari data Bank Indonesia Medan, terjadi penurunan dalam transaksi tunai di perbankan lebih dari 15 persen dibandingkan hari biasanya.

Pada Senin kemarin, transaksi tunai di perbankan Medan hanya Rp400 miliar, sedangkan pada Kamis (22/3) lalu, transaksi tunai mencapai Rp600 miliar.
“Ada penurunan dalam transaksi tunai di perbankan, apalagi bank yang dilewati oleh pendemo,” ujar Manajer Sistem Pembayaran Bank Indonesia Medan, Kahfi Zulkarnaen.

Penurunan transaksi hingga Rp200 M ini, menurutnya merupakan hal yang biasa, walau bisa dikatakan cukup tidak biasa juga. “Perbankan selalu berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi dari suatu daerah. Jadi penurunan ini bisa dikatakan biasa, bisa juga tidak biasa,” ungkap Kahfi.
‘Tidak biasa’ dalam hal ini, menurut Kahfi karena pekan lalu ada libur panjang selama 3 hari. “Kalau Senin biasanya bank akan sibuk karena hari kerja pertama setelah libur,” ungkapnya.

Pada aksi demo Senin lalu, walau terkesan tutup, sejatinya operasional bank di Medan masih berjalan. “Hanya tidak terbuka. Pihak bank meminta kepada nasabah untuk mencari kantor cabang pembantu yang tidak dilewati demo,” ungkap Kahfi. Sementara untuk RTGS (Real Time Gross Settlement) masih berjalan normal, bahkan pada Selasa (27/3) kemarin, tercatat mencapai Rp2,7 triliun.

Sementara itu, menurut Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan, Distribusi, dan Logistik Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sumut, Hervian Tahier, bila ini berlangsung sesuai dengan isu yang berkembang, dipastikan Medan dan Sumut akan mengalami penurunan ekonomi hingga 20 persen. “Kalau demonya berjalan 1 minggu, dan seperti (Senin) ini yang menimbulkan ketakutan bagi masyarakat, bisa mengalami kerugian lebih dari Rp1 triliun,” ungkap Hervian.

Menurutnya, kerugian tersebut terjadi bila titik ekonomi seperti bandara, pelabuhan, buruh, petani, dan sopir angkot berhenti bekerja. “Ini akan menjadi multi player effect, semua sektor akan kena, terutama dalam distribusi barang yang akan terganggu,” tambahnya.

Hervian menjelaskan, pintu masuk barang ada dipelabuhan dan bandara. Sedangkan yang bekerja untuk menyalurkan produk tersebut adalah sopir, dan yang mengerjakan produk tersebut adalah buruh. Jadi, bila distributor yang terganggu, maka bisa dipastikan kebutuhan masyarakat juga akan terganggu.
Aksi demo yang terjadi juga menimbulkan ketakutan bagi sebagian warga, sehingga mereka memilih untuk tetap berada di rumah dibandingkan beraktivitas di luar rumah. Hal ini membuat sebagian pusat pembelanjaan menjadi sepi. Padahal 80 persen peredaran uang itu ada di pasar modern (pusat pembelanjaan) dan sisanya ada di pasar tradisional.

Menurut Pengamat Ekonomi dari Unimed, M Ishak, peredaran uang secara tunai tidak akan terganggu, bila demo tidak mengganggu pasar tradisional. Tetapi bila sudah menimbulkan ketakutan pada masyarakat, dipastikan pusat pembelanjaan akan sepi, sehingga transaksi jual beli tidak ada. Padahal kebutuhan masyarakat di Pusat Pasar mencapai 100 persen, sedangkan dipasar tradisional hanya 80 persen. “Karena itu, bila demo ini terus membuat masyarakat takut, jelas akan menganggu perekonomian. Jangankan pembeli, pedagang di pusat pembelanjaan juga tidak mau meninggalkan rumah, karena takut. Padahal seluruh kebutuhan masyarakat ada di pusat pembelanjaan. Tapi, kalau pasar tradisional yang diganggu, kebutuhan masyarakat kecil yang akan terganggu. Sudah kecil diganggu pula,” tambah Ishak. (ram)

Efek Demo Tolak BBM NAIK di Medan

Aksi demo yang terjadi pada Senin (26/3) lalu memberikan dampak dalam perekonomian di Medan. Dari data Bank Indonesia Medan, terjadi penurunan dalam transaksi tunai di perbankan lebih dari 15 persen dibandingkan hari biasanya.

Pada Senin kemarin, transaksi tunai di perbankan Medan hanya Rp400 miliar, sedangkan pada Kamis (22/3) lalu, transaksi tunai mencapai Rp600 miliar.
“Ada penurunan dalam transaksi tunai di perbankan, apalagi bank yang dilewati oleh pendemo,” ujar Manajer Sistem Pembayaran Bank Indonesia Medan, Kahfi Zulkarnaen.

Penurunan transaksi hingga Rp200 M ini, menurutnya merupakan hal yang biasa, walau bisa dikatakan cukup tidak biasa juga. “Perbankan selalu berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi dari suatu daerah. Jadi penurunan ini bisa dikatakan biasa, bisa juga tidak biasa,” ungkap Kahfi.
‘Tidak biasa’ dalam hal ini, menurut Kahfi karena pekan lalu ada libur panjang selama 3 hari. “Kalau Senin biasanya bank akan sibuk karena hari kerja pertama setelah libur,” ungkapnya.

Pada aksi demo Senin lalu, walau terkesan tutup, sejatinya operasional bank di Medan masih berjalan. “Hanya tidak terbuka. Pihak bank meminta kepada nasabah untuk mencari kantor cabang pembantu yang tidak dilewati demo,” ungkap Kahfi. Sementara untuk RTGS (Real Time Gross Settlement) masih berjalan normal, bahkan pada Selasa (27/3) kemarin, tercatat mencapai Rp2,7 triliun.

Sementara itu, menurut Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan, Distribusi, dan Logistik Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sumut, Hervian Tahier, bila ini berlangsung sesuai dengan isu yang berkembang, dipastikan Medan dan Sumut akan mengalami penurunan ekonomi hingga 20 persen. “Kalau demonya berjalan 1 minggu, dan seperti (Senin) ini yang menimbulkan ketakutan bagi masyarakat, bisa mengalami kerugian lebih dari Rp1 triliun,” ungkap Hervian.

Menurutnya, kerugian tersebut terjadi bila titik ekonomi seperti bandara, pelabuhan, buruh, petani, dan sopir angkot berhenti bekerja. “Ini akan menjadi multi player effect, semua sektor akan kena, terutama dalam distribusi barang yang akan terganggu,” tambahnya.

Hervian menjelaskan, pintu masuk barang ada dipelabuhan dan bandara. Sedangkan yang bekerja untuk menyalurkan produk tersebut adalah sopir, dan yang mengerjakan produk tersebut adalah buruh. Jadi, bila distributor yang terganggu, maka bisa dipastikan kebutuhan masyarakat juga akan terganggu.
Aksi demo yang terjadi juga menimbulkan ketakutan bagi sebagian warga, sehingga mereka memilih untuk tetap berada di rumah dibandingkan beraktivitas di luar rumah. Hal ini membuat sebagian pusat pembelanjaan menjadi sepi. Padahal 80 persen peredaran uang itu ada di pasar modern (pusat pembelanjaan) dan sisanya ada di pasar tradisional.

Menurut Pengamat Ekonomi dari Unimed, M Ishak, peredaran uang secara tunai tidak akan terganggu, bila demo tidak mengganggu pasar tradisional. Tetapi bila sudah menimbulkan ketakutan pada masyarakat, dipastikan pusat pembelanjaan akan sepi, sehingga transaksi jual beli tidak ada. Padahal kebutuhan masyarakat di Pusat Pasar mencapai 100 persen, sedangkan dipasar tradisional hanya 80 persen. “Karena itu, bila demo ini terus membuat masyarakat takut, jelas akan menganggu perekonomian. Jangankan pembeli, pedagang di pusat pembelanjaan juga tidak mau meninggalkan rumah, karena takut. Padahal seluruh kebutuhan masyarakat ada di pusat pembelanjaan. Tapi, kalau pasar tradisional yang diganggu, kebutuhan masyarakat kecil yang akan terganggu. Sudah kecil diganggu pula,” tambah Ishak. (ram)

spot_img

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

spot_imgspot_imgspot_img

Artikel Terbaru

/