32 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

RS Asia Columbia Tutupi Kematian Pasien

Usai Operasi, Balita Langsung Tewas

MEDAN-Dua kali pindah rumah sakit ternyata tidak dapat menyelamatkan Mutiara Margareth (5). Pihak keluarga histeris. Rumah Sakit Adam Malik dianggap tak serius. Sementara Rumah Sakit Asia Columbia dituding menutup-nutupi kematian Mutiara karena tidak ada penjelasan soal kematian itu.

Mutiara merupakan anak kedua dari pasangan Robinsius Sinarmata (44) dan Mersi boru Siahaan (37) Warga Jalan Pintu Air IV, Gang  Cangkul, Kelurahan Kwala Bekala, Perumnas Simalingkar B, Kecamatan Medan Johor. Dia meninggal usai menjalani operasi di RS Asia Columbia Jalan Listrik, Medan, Minggu (27/5) sekitar pukul 18.20 WIB.

Keterangan yang diperoleh di rumah sakit, awalnya Mutiara yang menjadi korban kecelakaan lalulintas (lakalantas) di Desa Lau Cie, Pancur Batu. Dia ditabrak truk saat dibonceng orangtuanya dengan menaiki sepeda motor. “Posisinya dibonceng di bagian depan naik sepeda motor, tapi di tengah perjalanan mengalami lakalantas karena ditabrak truk angkut tanah timbun saat pulang dari tempat kerjaan di kawasan Pancur Batu,” kata Adi Sinarmata yang merupakan paman korban saat disambangi Sumut Pos di halaman RS Asia Columbia.

Dikarenakan mengalami luka serius di bagian belakang paha sebeleh kiri terkoyak kulitnya hingga ke bahagian perut, tepatnya di bawah pusat. Mutiara langsung dilarikan ke RS Adam Malik oleh orangtuanya. “Hasil diagnosa di rumah sakit Adam Malik tidak ada menunjukkan kejanggalan pada tubuhnya. Walaupun bekas luka di paha kirinya agak terkelupas dagingnya hingga nampak tulang. Tapi hasil foto ronsen pada tulangnya, kepalanya serta sekujur tubuhnya tidak ada masalah,” ucap Adi lagi.

Dikarenakan pelayanan medis di RS Adam Malik sangat lambat dan tidak ada menunjukkan perubahan, keluarga langsung memindahkan ke RS Asia Columbia berharap mendapatkan perawatan lebih baik. “Sejak Selasa (22/5) sampai Sabtu (26/5) pagi, Mutiara dirawat di RS Adam Malik dan sudah mendapat perawatan operasi kecil dengan pembersihan. Sejak operasi tidak ada perawatan dari dokter hanya pergantian perban saja. Rencananya di rumah sakit Adam Malik disarankan akan dilakukan operasi lanjutan dikarenakan daging di pahanya belum menyatu. Berharap akan mendapat perawatan yang lebih baik, kami memindahkannya ke RS Asia Columbia,” ucap Adi lagi.

Selama di RS Columbia, Mutiara yang masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak (TK) yang juga tempat ibunya bekerja, sejak Sabtu (26/5) sekitar pukul 14.00 WIB, sudah menjalani perawatan medis, tepatnya di ruang 602 lantai VI yang merupakan ruang anak.

“Tepatnya Minggu (27/5) sekitar pukul 14.00 WIB, Mutiara sudah menjalani operasi di lantai II sampai pukul 18.00 WIB dan mendapat izin dari orangtua. Tapi mereka tidak memberikan hal terburuk usai menjalani operasi,” ucap Adi dengan air mata berlinang.

Usai menjalani operasi, Mutiara yang langsung ditangani oleh dr Lintong bersama tiga timnya. Mereka membawa keluar Mutiara keluar dari ruangan dengan tempat tidur yang digunakannya di ruang inap bersama dua orang suster. “Kami keluarga tidak ada dipanggil oleh suster tersebut yang sudah menunggu di depan ruang operasi. Kami lihat Mutiara tertidur dengan posisi miring, ketika ditanya, jangan diganggu kata perawat karena sedang bekerja biusnya. Kami sudah curiga karena wajahnya sudah terlihat pucat dan perutnya tidak bergerak, apalagi kita lihat Mutiara tidak diberikan oksigen di hidungnya, kemudian perawat yang dua orang itu meninggalkannya,” cetus Adi.

Menurut Adi, keluarga sudah menduga akibat dari operasi yang dilakukan pihak rumah sakit tersebut kalau Mutiara sudah meninggal. “Sebelumnya operasi perawat mengatakan kalau operasi lanjutannya ada jaringan yang dibuang dan akan dilakukan operasi berikutnya. Setelah kami menjumpai perawat dan dipasang oksigen. Tapi kami curiga perut tak bergerak dan diperiksa sudah tewas,” ucap Adi yang memegang perutnya untuk memeriksa.

Sementara, pihak keluarga sempat menyandera seluruh dokter dan perawat yang melakukan operasi pada Mutiara. “Kalian jangan ada yang keluar sebelum bisa menjelaskan kenapa anakku bisa meninggal. Kalau tidakku kampak kalian semua,” jerit Rubinsiun di ruangan tersebut.

Humas RS Asia Columbia Dewi Arlina yang dikonfirmasi enggan memberikan penjelasan ketika dihubungi melalui telepon selulernya. Sedangkan pengacara rumah sakit Asia Columbia, Julheri Sinaga yang dikonfirmasi membantah kalau penanganan yang diberikan rumah sakit tersebut tidak maksimal. “Proses terhadap penanganan secara baik. Jadi, kesalahan dalam penanganan tidak maksimal itu tidak benar dan sudah sesuai dengan prosedur tetap (Protap),” beber Julheri melalui telepon selulernya.(adl)

Usai Operasi, Balita Langsung Tewas

MEDAN-Dua kali pindah rumah sakit ternyata tidak dapat menyelamatkan Mutiara Margareth (5). Pihak keluarga histeris. Rumah Sakit Adam Malik dianggap tak serius. Sementara Rumah Sakit Asia Columbia dituding menutup-nutupi kematian Mutiara karena tidak ada penjelasan soal kematian itu.

Mutiara merupakan anak kedua dari pasangan Robinsius Sinarmata (44) dan Mersi boru Siahaan (37) Warga Jalan Pintu Air IV, Gang  Cangkul, Kelurahan Kwala Bekala, Perumnas Simalingkar B, Kecamatan Medan Johor. Dia meninggal usai menjalani operasi di RS Asia Columbia Jalan Listrik, Medan, Minggu (27/5) sekitar pukul 18.20 WIB.

Keterangan yang diperoleh di rumah sakit, awalnya Mutiara yang menjadi korban kecelakaan lalulintas (lakalantas) di Desa Lau Cie, Pancur Batu. Dia ditabrak truk saat dibonceng orangtuanya dengan menaiki sepeda motor. “Posisinya dibonceng di bagian depan naik sepeda motor, tapi di tengah perjalanan mengalami lakalantas karena ditabrak truk angkut tanah timbun saat pulang dari tempat kerjaan di kawasan Pancur Batu,” kata Adi Sinarmata yang merupakan paman korban saat disambangi Sumut Pos di halaman RS Asia Columbia.

Dikarenakan mengalami luka serius di bagian belakang paha sebeleh kiri terkoyak kulitnya hingga ke bahagian perut, tepatnya di bawah pusat. Mutiara langsung dilarikan ke RS Adam Malik oleh orangtuanya. “Hasil diagnosa di rumah sakit Adam Malik tidak ada menunjukkan kejanggalan pada tubuhnya. Walaupun bekas luka di paha kirinya agak terkelupas dagingnya hingga nampak tulang. Tapi hasil foto ronsen pada tulangnya, kepalanya serta sekujur tubuhnya tidak ada masalah,” ucap Adi lagi.

Dikarenakan pelayanan medis di RS Adam Malik sangat lambat dan tidak ada menunjukkan perubahan, keluarga langsung memindahkan ke RS Asia Columbia berharap mendapatkan perawatan lebih baik. “Sejak Selasa (22/5) sampai Sabtu (26/5) pagi, Mutiara dirawat di RS Adam Malik dan sudah mendapat perawatan operasi kecil dengan pembersihan. Sejak operasi tidak ada perawatan dari dokter hanya pergantian perban saja. Rencananya di rumah sakit Adam Malik disarankan akan dilakukan operasi lanjutan dikarenakan daging di pahanya belum menyatu. Berharap akan mendapat perawatan yang lebih baik, kami memindahkannya ke RS Asia Columbia,” ucap Adi lagi.

Selama di RS Columbia, Mutiara yang masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak (TK) yang juga tempat ibunya bekerja, sejak Sabtu (26/5) sekitar pukul 14.00 WIB, sudah menjalani perawatan medis, tepatnya di ruang 602 lantai VI yang merupakan ruang anak.

“Tepatnya Minggu (27/5) sekitar pukul 14.00 WIB, Mutiara sudah menjalani operasi di lantai II sampai pukul 18.00 WIB dan mendapat izin dari orangtua. Tapi mereka tidak memberikan hal terburuk usai menjalani operasi,” ucap Adi dengan air mata berlinang.

Usai menjalani operasi, Mutiara yang langsung ditangani oleh dr Lintong bersama tiga timnya. Mereka membawa keluar Mutiara keluar dari ruangan dengan tempat tidur yang digunakannya di ruang inap bersama dua orang suster. “Kami keluarga tidak ada dipanggil oleh suster tersebut yang sudah menunggu di depan ruang operasi. Kami lihat Mutiara tertidur dengan posisi miring, ketika ditanya, jangan diganggu kata perawat karena sedang bekerja biusnya. Kami sudah curiga karena wajahnya sudah terlihat pucat dan perutnya tidak bergerak, apalagi kita lihat Mutiara tidak diberikan oksigen di hidungnya, kemudian perawat yang dua orang itu meninggalkannya,” cetus Adi.

Menurut Adi, keluarga sudah menduga akibat dari operasi yang dilakukan pihak rumah sakit tersebut kalau Mutiara sudah meninggal. “Sebelumnya operasi perawat mengatakan kalau operasi lanjutannya ada jaringan yang dibuang dan akan dilakukan operasi berikutnya. Setelah kami menjumpai perawat dan dipasang oksigen. Tapi kami curiga perut tak bergerak dan diperiksa sudah tewas,” ucap Adi yang memegang perutnya untuk memeriksa.

Sementara, pihak keluarga sempat menyandera seluruh dokter dan perawat yang melakukan operasi pada Mutiara. “Kalian jangan ada yang keluar sebelum bisa menjelaskan kenapa anakku bisa meninggal. Kalau tidakku kampak kalian semua,” jerit Rubinsiun di ruangan tersebut.

Humas RS Asia Columbia Dewi Arlina yang dikonfirmasi enggan memberikan penjelasan ketika dihubungi melalui telepon selulernya. Sedangkan pengacara rumah sakit Asia Columbia, Julheri Sinaga yang dikonfirmasi membantah kalau penanganan yang diberikan rumah sakit tersebut tidak maksimal. “Proses terhadap penanganan secara baik. Jadi, kesalahan dalam penanganan tidak maksimal itu tidak benar dan sudah sesuai dengan prosedur tetap (Protap),” beber Julheri melalui telepon selulernya.(adl)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/