32 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Penggunaan Gadget Tidak Sehat Bisa Sebabkan Syaraf Leher Terjepit di Usia Dini

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Penggunaan Gadget yang tidak sehat bisa berbahaya bagi kesehatan. Dampak yang dirasakan, diantaranya menyebabkan terjadinya syaraf terjepit di usia dini, menurunnya daya kreativitas, dan cepat lelah.

“Penggunaan Gadget yang tidak sehat bisa berbahaya bagi kesehatan kita di waktu yang akan datang,” kata Inisiator Gerakan Gadget Sehat, Prof Ridha Dharmajaya dalam Sosialisasi Produk Hukum Daerah V TA 2023 Perda Nomor 4 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Kota Medan yang digelar Wakil Ketua Fraksi Partai Demokrat Parlindungan Sipahutar di Lapangan Futsal Sekolah Budi Mulia, Jalan Kawat 7, Lingkungan 7, Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli, Minggu (28/5/2023).

Menurut Prof Ridha Dharmajaya, Gerakan Gadget Sehat itu berhubungan dengan generasi muda saat ini dan mencakup semuanya. Di mana saat ini, Indonesia dalam kondisi bonus demografi.

Maksudnya, jelas Prof Ridha, jumlah anak muda di Indonesia lebih banyak dari pada jumlah orang tua. Sedangkan kalau di negara maju seperti Jepang, Amerika, Inggris, bahkan China, malah sebaliknya. Orang tua lebih banyak, sedangkan anak mudanya lebih sedikit.

“Sebab apa? Masyarakat di sana (negara maju) tak mau punya anak. Maka dalam 5-10 tahun ke depan, ketika orang tuanya pensiun, maka orang muda yang akan menggantikan sedikit. Kalau di Indonesia sebaliknya. Sehingga diperhitungkan Indonesia akan menjadi salah satu negara paling produktif di dunia. Didukung lagi dengan sumber daya alam yang kaya, sehingga kita berpotensi jadi negara maju. Namun banyak yang tidak suka Indonesia menjadi negara maju. Makanya generasi mudanya dibuat lemah. Diantaranya dengan narkoba, dan konten pornografi,” beber Prof Ridha.

Guru Besar USU yang juga pegiat sosial ini mengungkapkan, saat ini ada penyakit yang biasanya menyerang orang tua usia 50-60 tahun, tapi sudah menyerang generasi muda. “Apa itu? Saraf terjepit leher. Gejala awalnya tegang di leher, berat dipundak tangan kesemutan, sering pusing, mudah capek, bangun tidur juga gak segar. Ini mulai menyerang anak-anak kita dibangku SMP dan SMA,” ungkapnya.

Menurut Prof Ridha, jika generasi muda kita tidak mengubah kebiasaannya bermain gadget, maka gejala awal yang dirasakan itu akan menjadi gejala berat dan bersifat permanen. “Seperti apa? Kelumpuhan tangan dan kaki. Buang air kecil dan air besarnya lost, tidak berasa. Seksualnya, bagi yang lelaki hilang. Akibatnya, dalam 5-10 tahun ke depan kita harusnya memiliki generasi muda yang kuat, malah menjadi generasi muda yang lemah. Bukan bonus demografi, tapi bencana demografi,” tegasnya.

Prof Ridha pun menjelaskan, kalau kita bermain gatget dengan posisi leher ditekuk ke bawah, maka beban leher akan lebih berat. “Begitu leher kita tekukan 30 derajat, beban leher kita yang awalnya cuma 5 kg, menjadi 18 kg. Problemnya, anak-anak kita main getget lebih dari 3 jam. Apa yang terjadi? Akan terjadi kerusakan tulang belakang, syarat leher terjepit, dan bisa berdampak pada kematian saraf,” ungkapnya.

Lantas, bagaimana solusinya? Menurutnya, ada beberapa hal yang bisa dilakukan. “Pertama, modifikasi cara main gadgetnya. Posisi leher harus datar, jangan sampai tulang leher menekuk. Posisi layar gadget sejajar dengan mata kita. Kedua, kurangi durasi main gadget. Buat kegiatan atau biarkan anak kita bermain dengan teman-temannya,” bebernya.

Dia juga merasa miris melihat anak-anak balita sudah dibiarkan main HP oleh orang tuanya. “Sudah banyak anak yang jadi korban. Solusinya, ambil HP-nya, biarkan anak kita menangis. Sekarang anaknya menangis, tapi kalau bapak ibu biarkan terus anak itu bermain HP, suatu ketika bapak ibu yang akan menangis. Untuk itu, luangkan waktu kita untuk bermain dengan anak-anak,” imbaunya.

Dia pun berharap, dengan semakin tingginya kemajuan teknologi, maka orang tua harus lebih memperbanyak waktu untuk bermain dengan anak. “Mau tidak mau, mereka adalah pewaris negeri ini. Jangan patah semangat terhadap anak-anak kita. Apa yg kita lakukan hari ini akan berdampak pada masa depan mereka,” pungkasnya.

Menyikapi hal ini, Wakil Ketua Fraksi Partai Demokrat DPRD Kota Medan Parlindungan Sipahutar mengimbau masyarakat untuk mengontrol dan membatasi anak-anaknya bermain gadget. “Seperti yang disampaikan Prof Ridha Dharmajaya tadi, orang tua zaman sekarang gak mau ribet. Kalau anaknya nangis, langsung beri HP untuk menenangkannya. Ini harus dibatasi, karena tidak baik untuk kesehatan anak-anak,” ujar politisi Partai Demokrat ini.

Dia pun menegaskan, tekhnologi yang terus berkembang, harusnya membawa dampak positif buat kita. “Tapi kalau penggunaannya berlebihan, malah jadi membawa penyakit,” pungkasnya.

Hadir pada sosialisasi itu, Mantan Wali Kota Medan Akhyar Nasution, Guru Besar USU yang juga inisiator Gerakan Gadget Sehat Prof Dr dr Ridha Dharmajaya, Sp.BS(K), kader Partai Demokrat Fajri Akbar, Kepala Puskesmas Medan Deli dr Nur Lelin mewakili Dinas Kesehatan Kota Medan, Fajar Hamdi mewakili Camat Medan Deli, dan Lurah Tanjung Mulia Hilir Maklum Situmeang. (adz)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Penggunaan Gadget yang tidak sehat bisa berbahaya bagi kesehatan. Dampak yang dirasakan, diantaranya menyebabkan terjadinya syaraf terjepit di usia dini, menurunnya daya kreativitas, dan cepat lelah.

“Penggunaan Gadget yang tidak sehat bisa berbahaya bagi kesehatan kita di waktu yang akan datang,” kata Inisiator Gerakan Gadget Sehat, Prof Ridha Dharmajaya dalam Sosialisasi Produk Hukum Daerah V TA 2023 Perda Nomor 4 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Kota Medan yang digelar Wakil Ketua Fraksi Partai Demokrat Parlindungan Sipahutar di Lapangan Futsal Sekolah Budi Mulia, Jalan Kawat 7, Lingkungan 7, Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli, Minggu (28/5/2023).

Menurut Prof Ridha Dharmajaya, Gerakan Gadget Sehat itu berhubungan dengan generasi muda saat ini dan mencakup semuanya. Di mana saat ini, Indonesia dalam kondisi bonus demografi.

Maksudnya, jelas Prof Ridha, jumlah anak muda di Indonesia lebih banyak dari pada jumlah orang tua. Sedangkan kalau di negara maju seperti Jepang, Amerika, Inggris, bahkan China, malah sebaliknya. Orang tua lebih banyak, sedangkan anak mudanya lebih sedikit.

“Sebab apa? Masyarakat di sana (negara maju) tak mau punya anak. Maka dalam 5-10 tahun ke depan, ketika orang tuanya pensiun, maka orang muda yang akan menggantikan sedikit. Kalau di Indonesia sebaliknya. Sehingga diperhitungkan Indonesia akan menjadi salah satu negara paling produktif di dunia. Didukung lagi dengan sumber daya alam yang kaya, sehingga kita berpotensi jadi negara maju. Namun banyak yang tidak suka Indonesia menjadi negara maju. Makanya generasi mudanya dibuat lemah. Diantaranya dengan narkoba, dan konten pornografi,” beber Prof Ridha.

Guru Besar USU yang juga pegiat sosial ini mengungkapkan, saat ini ada penyakit yang biasanya menyerang orang tua usia 50-60 tahun, tapi sudah menyerang generasi muda. “Apa itu? Saraf terjepit leher. Gejala awalnya tegang di leher, berat dipundak tangan kesemutan, sering pusing, mudah capek, bangun tidur juga gak segar. Ini mulai menyerang anak-anak kita dibangku SMP dan SMA,” ungkapnya.

Menurut Prof Ridha, jika generasi muda kita tidak mengubah kebiasaannya bermain gadget, maka gejala awal yang dirasakan itu akan menjadi gejala berat dan bersifat permanen. “Seperti apa? Kelumpuhan tangan dan kaki. Buang air kecil dan air besarnya lost, tidak berasa. Seksualnya, bagi yang lelaki hilang. Akibatnya, dalam 5-10 tahun ke depan kita harusnya memiliki generasi muda yang kuat, malah menjadi generasi muda yang lemah. Bukan bonus demografi, tapi bencana demografi,” tegasnya.

Prof Ridha pun menjelaskan, kalau kita bermain gatget dengan posisi leher ditekuk ke bawah, maka beban leher akan lebih berat. “Begitu leher kita tekukan 30 derajat, beban leher kita yang awalnya cuma 5 kg, menjadi 18 kg. Problemnya, anak-anak kita main getget lebih dari 3 jam. Apa yang terjadi? Akan terjadi kerusakan tulang belakang, syarat leher terjepit, dan bisa berdampak pada kematian saraf,” ungkapnya.

Lantas, bagaimana solusinya? Menurutnya, ada beberapa hal yang bisa dilakukan. “Pertama, modifikasi cara main gadgetnya. Posisi leher harus datar, jangan sampai tulang leher menekuk. Posisi layar gadget sejajar dengan mata kita. Kedua, kurangi durasi main gadget. Buat kegiatan atau biarkan anak kita bermain dengan teman-temannya,” bebernya.

Dia juga merasa miris melihat anak-anak balita sudah dibiarkan main HP oleh orang tuanya. “Sudah banyak anak yang jadi korban. Solusinya, ambil HP-nya, biarkan anak kita menangis. Sekarang anaknya menangis, tapi kalau bapak ibu biarkan terus anak itu bermain HP, suatu ketika bapak ibu yang akan menangis. Untuk itu, luangkan waktu kita untuk bermain dengan anak-anak,” imbaunya.

Dia pun berharap, dengan semakin tingginya kemajuan teknologi, maka orang tua harus lebih memperbanyak waktu untuk bermain dengan anak. “Mau tidak mau, mereka adalah pewaris negeri ini. Jangan patah semangat terhadap anak-anak kita. Apa yg kita lakukan hari ini akan berdampak pada masa depan mereka,” pungkasnya.

Menyikapi hal ini, Wakil Ketua Fraksi Partai Demokrat DPRD Kota Medan Parlindungan Sipahutar mengimbau masyarakat untuk mengontrol dan membatasi anak-anaknya bermain gadget. “Seperti yang disampaikan Prof Ridha Dharmajaya tadi, orang tua zaman sekarang gak mau ribet. Kalau anaknya nangis, langsung beri HP untuk menenangkannya. Ini harus dibatasi, karena tidak baik untuk kesehatan anak-anak,” ujar politisi Partai Demokrat ini.

Dia pun menegaskan, tekhnologi yang terus berkembang, harusnya membawa dampak positif buat kita. “Tapi kalau penggunaannya berlebihan, malah jadi membawa penyakit,” pungkasnya.

Hadir pada sosialisasi itu, Mantan Wali Kota Medan Akhyar Nasution, Guru Besar USU yang juga inisiator Gerakan Gadget Sehat Prof Dr dr Ridha Dharmajaya, Sp.BS(K), kader Partai Demokrat Fajri Akbar, Kepala Puskesmas Medan Deli dr Nur Lelin mewakili Dinas Kesehatan Kota Medan, Fajar Hamdi mewakili Camat Medan Deli, dan Lurah Tanjung Mulia Hilir Maklum Situmeang. (adz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/