25 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Dibangun Tahun 1881, Pernah Diresmikan Gubsu Raja Inal

Kuil Shri Mariamman

Siapapun sepakat Medan adalah kota bersejarah. Situs yang membuktikannya terbentang dari masa prakemerdekaan hingga tempat peribadahan. Salah satu situs itu ada di Jalan Teuku Umar No 18, Kelurahan Madras Hulu, Medan Polonia. Bila Anda penyuka sejarah berkunjunglah ke Kuil Shri Mariamman.

M Sahbainy Nasution, Medan

KUIL: Bangunan Kuil Shri Mariamman difoto dari tampak depan. Kuil ini adalah salah satu situs sejarah  Kota Medan. //internet
KUIL: Bangunan Kuil Shri Mariamman difoto dari tampak depan. Kuil ini adalah salah satu situs sejarah di Kota Medan. //internet
KUIL Shri Mariamman adalah kuil Hindu tertua di Kota Medan. Kuil ini dibangun antara tahun 1881 untuk memuja Dewi Kali. Kuil ini terletak di kawasan Kampung Keling. Kuil ini adalah tempat pemujaan terhadap lima dewa yakni Dewa Siwa, Wisnu, Ganesha, Dewi Durga (Kali), dan Dewi Aman.

Sejarah menyebutkan kuil ini dibangun oleh komunitas suku Madras yang berasal dari India Selatan, saat pertama kali menginjak kota Medan.

Orang-orang Tamil itu mulai menetap di wilayah ini sekitar abad ke-19 pada masa Kesultanan Deli mencapai masa-masa puncak dalam bidang ekonomi. Kemakmuran ekonomi ini dicapai setelah komoditi Tembakau Deli laku keras di pasaran dunia. Bak kata pepatah, ada gula ada semut. Kemajuan ekonomi ini menarik minat orang-orang Tamil merantau ke wilayah kekuasaan Sultan Deli.

Begitulah, roda waktu terus berputar. Saat ini bagian terbesar dari wilayah kekuasaan Sultan Deli yang kini menjadi kota Medan terus dipenuhi oleh para pendatang dari Aceh, Jawa, dan Tanah Batak. Etnis Tionghoa dan Tamil yang dulunya dominan memutar perekonomian, belakangan tak sendirian lagi. Pasar yang terbuka membuat mereka berhadapan dengan para perantau dari wilayah lain yang berkeinginan mencicipi kemajuan ekonomi di Kesultanan Deli, wilayah yang kini disebut di Medan. Hingga sekarang.

Seperti etnis pendatang lainnya, komunitas etnis Tamil tentunya datang untuk praktik ekonomi, tapi juga berusaha memenuhi kebutuhan sosial di tempat tinggal yang baru. Maka, dibangunlah sebuah kuil sebagai tempat peribadahan. Rumah suci tempat memuja Dewa-Dewi sesuai kepercayaan mereka. Kuil Shri Mariamman lahir dari kebutuhan itu.

Bangunan kuil tak banyak berubah sejak dibangun pertama kali. Di bagian depan kuil dihiasi menara bertingkat yang sering ditemui pada arsitektur kuil-kuil lain. Hingga kini kuil Shri Mariamman ramai sebagai tempat bersembahyang.
Selain sebagai lokasi ibadah, kuil Shri Mariamman juga digunakan sebagai objek wisata sejarah di Medan. Ada ratusan patung yang tersimpan dalam kuil ini. Meskipun kuil ini tak terlalu luas, hiasan, dan bentuknya mampu menarik wisatawan asing melihat uniknya kuil ini. Di dalam kuil terdapat patung-patung dewa, Dewa Wisnu, Dewa Syiwa, dan Dewa Brahma.

Di bagian dalam kuil terdapat satu ruangan yang cukup luas untuk tempat berdoa kepada Dewa-Dewi. Di bagian dinding berhiaskan ukiran khas dari India. Suasananya tenang dengan karpet yang menghiasi lantainya. Cahaya lampu yang temaram menjadi sinar yang memantulkan suasana hikmad untuk bersembayang.

Sejumlah patung menghiasi atap-atap kuil. Bagian tengahnya di tempat ruangan bersembahyang, di sini lah patung Dewi Shri Mariamman diletakkan. Mariamman adalah Dewi Penyakit dan Dewi Hujan bagi masyarakat Hindu. Dewi Shri Mariamman banyak dipuja oleh masyarakat Tamil Nadu, dan Pradesh, India.

Tak hanya patung Dewi Shri Mariamman dibangun di kuil ini, melainkan patung Dewa Ganesha dan Dewa-Dewi dalam kisah Ramayana juga ada di sini. Letak patung Ganesha dan Dewa-Dewi lain juga tak jauh dari altar Dewi Shri Mariamman.
Di kuil ini sudah berlangsung pergantian pengurus sampai sekarang, seperti kedua ialah Renge Sami Nai Ker. Dia meninggal pada 1906, dilanjutkan Kappela dari 1906-1930, kemudian O Subramanian, setelah itu berturut-turut ada D Kumar Sami, D Krisna, Union Kanatina, Gowide Raju, Maslamani, Ayau Rama Sami, Pindata Agung S Marimithu, Nagalinggam, Arumugan, dan S. Rajaj. “Kecuali Arumugan dan S Rajaj, mereka belum meninggal. Sekarang kepengurusan dipercayakan pada Raju Chandra Bose,” ungkap Pinandita R Weyutham.

Dikatakan dia, kuil itu sudah mengalami pemugaran, termasuk perbaikan di sana-sini. Arsitektur awal tetap dipertahankan. Pemugaran terakhir dilakukan tahun 1987 pada masa kepengurusan Pinandita Agung S Marimutu dan selesai tahun 1991. Setelah selesai dipugar, lantas kuil ini diresmikan oleh Gubsu masa itu, Raja Inal Siregar.

Jika dilihat cukup banyak warna menempel di dinding kuil. Sebut saja kuning, merah, hijau, atau kombinasi biru. “Warna kuning berarti esucian, merah artinya berani, hijau artinya lemah-lembut, dan biru dimaknai sebagai keindahan,” katanya.
Kuil ini akan dipadati umat Hindu saban Jumat. Setiap pekan sedikitnya 400 umat bersembahyang di sana. Di sekitar kuil memang bermukim mayoritas etnis Tamil. Jumlahnya mencapai  4.270 jiwa dengan aneka ragam pekerjaan di bidang jasa, mulai dari pedagang kain, penjual rempah-rempah, dan lainnya. (*)

Kuil Shri Mariamman

Siapapun sepakat Medan adalah kota bersejarah. Situs yang membuktikannya terbentang dari masa prakemerdekaan hingga tempat peribadahan. Salah satu situs itu ada di Jalan Teuku Umar No 18, Kelurahan Madras Hulu, Medan Polonia. Bila Anda penyuka sejarah berkunjunglah ke Kuil Shri Mariamman.

M Sahbainy Nasution, Medan

KUIL: Bangunan Kuil Shri Mariamman difoto dari tampak depan. Kuil ini adalah salah satu situs sejarah  Kota Medan. //internet
KUIL: Bangunan Kuil Shri Mariamman difoto dari tampak depan. Kuil ini adalah salah satu situs sejarah di Kota Medan. //internet
KUIL Shri Mariamman adalah kuil Hindu tertua di Kota Medan. Kuil ini dibangun antara tahun 1881 untuk memuja Dewi Kali. Kuil ini terletak di kawasan Kampung Keling. Kuil ini adalah tempat pemujaan terhadap lima dewa yakni Dewa Siwa, Wisnu, Ganesha, Dewi Durga (Kali), dan Dewi Aman.

Sejarah menyebutkan kuil ini dibangun oleh komunitas suku Madras yang berasal dari India Selatan, saat pertama kali menginjak kota Medan.

Orang-orang Tamil itu mulai menetap di wilayah ini sekitar abad ke-19 pada masa Kesultanan Deli mencapai masa-masa puncak dalam bidang ekonomi. Kemakmuran ekonomi ini dicapai setelah komoditi Tembakau Deli laku keras di pasaran dunia. Bak kata pepatah, ada gula ada semut. Kemajuan ekonomi ini menarik minat orang-orang Tamil merantau ke wilayah kekuasaan Sultan Deli.

Begitulah, roda waktu terus berputar. Saat ini bagian terbesar dari wilayah kekuasaan Sultan Deli yang kini menjadi kota Medan terus dipenuhi oleh para pendatang dari Aceh, Jawa, dan Tanah Batak. Etnis Tionghoa dan Tamil yang dulunya dominan memutar perekonomian, belakangan tak sendirian lagi. Pasar yang terbuka membuat mereka berhadapan dengan para perantau dari wilayah lain yang berkeinginan mencicipi kemajuan ekonomi di Kesultanan Deli, wilayah yang kini disebut di Medan. Hingga sekarang.

Seperti etnis pendatang lainnya, komunitas etnis Tamil tentunya datang untuk praktik ekonomi, tapi juga berusaha memenuhi kebutuhan sosial di tempat tinggal yang baru. Maka, dibangunlah sebuah kuil sebagai tempat peribadahan. Rumah suci tempat memuja Dewa-Dewi sesuai kepercayaan mereka. Kuil Shri Mariamman lahir dari kebutuhan itu.

Bangunan kuil tak banyak berubah sejak dibangun pertama kali. Di bagian depan kuil dihiasi menara bertingkat yang sering ditemui pada arsitektur kuil-kuil lain. Hingga kini kuil Shri Mariamman ramai sebagai tempat bersembahyang.
Selain sebagai lokasi ibadah, kuil Shri Mariamman juga digunakan sebagai objek wisata sejarah di Medan. Ada ratusan patung yang tersimpan dalam kuil ini. Meskipun kuil ini tak terlalu luas, hiasan, dan bentuknya mampu menarik wisatawan asing melihat uniknya kuil ini. Di dalam kuil terdapat patung-patung dewa, Dewa Wisnu, Dewa Syiwa, dan Dewa Brahma.

Di bagian dalam kuil terdapat satu ruangan yang cukup luas untuk tempat berdoa kepada Dewa-Dewi. Di bagian dinding berhiaskan ukiran khas dari India. Suasananya tenang dengan karpet yang menghiasi lantainya. Cahaya lampu yang temaram menjadi sinar yang memantulkan suasana hikmad untuk bersembayang.

Sejumlah patung menghiasi atap-atap kuil. Bagian tengahnya di tempat ruangan bersembahyang, di sini lah patung Dewi Shri Mariamman diletakkan. Mariamman adalah Dewi Penyakit dan Dewi Hujan bagi masyarakat Hindu. Dewi Shri Mariamman banyak dipuja oleh masyarakat Tamil Nadu, dan Pradesh, India.

Tak hanya patung Dewi Shri Mariamman dibangun di kuil ini, melainkan patung Dewa Ganesha dan Dewa-Dewi dalam kisah Ramayana juga ada di sini. Letak patung Ganesha dan Dewa-Dewi lain juga tak jauh dari altar Dewi Shri Mariamman.
Di kuil ini sudah berlangsung pergantian pengurus sampai sekarang, seperti kedua ialah Renge Sami Nai Ker. Dia meninggal pada 1906, dilanjutkan Kappela dari 1906-1930, kemudian O Subramanian, setelah itu berturut-turut ada D Kumar Sami, D Krisna, Union Kanatina, Gowide Raju, Maslamani, Ayau Rama Sami, Pindata Agung S Marimithu, Nagalinggam, Arumugan, dan S. Rajaj. “Kecuali Arumugan dan S Rajaj, mereka belum meninggal. Sekarang kepengurusan dipercayakan pada Raju Chandra Bose,” ungkap Pinandita R Weyutham.

Dikatakan dia, kuil itu sudah mengalami pemugaran, termasuk perbaikan di sana-sini. Arsitektur awal tetap dipertahankan. Pemugaran terakhir dilakukan tahun 1987 pada masa kepengurusan Pinandita Agung S Marimutu dan selesai tahun 1991. Setelah selesai dipugar, lantas kuil ini diresmikan oleh Gubsu masa itu, Raja Inal Siregar.

Jika dilihat cukup banyak warna menempel di dinding kuil. Sebut saja kuning, merah, hijau, atau kombinasi biru. “Warna kuning berarti esucian, merah artinya berani, hijau artinya lemah-lembut, dan biru dimaknai sebagai keindahan,” katanya.
Kuil ini akan dipadati umat Hindu saban Jumat. Setiap pekan sedikitnya 400 umat bersembahyang di sana. Di sekitar kuil memang bermukim mayoritas etnis Tamil. Jumlahnya mencapai  4.270 jiwa dengan aneka ragam pekerjaan di bidang jasa, mulai dari pedagang kain, penjual rempah-rempah, dan lainnya. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/