Komunitas Klastic Medan
Kamera merupakan fasilitas untuk mengabadikan momen yang berharga untuk mengenang masa lampau. Saat ini kamera yang sering digandrungi yaitu Digital Single Lens Refleks (DSLR) karena dianggap lebih canggih dan bergaya modern.
Saat ini anggota komintas ini ada 25 orang. Lain halnya dengan Kaskus Plastic and Toycam Community (Kastic). Mereka konsisten mencintai kamera manual atau kamera plastik yang masih memakai rol film saat hunting foto.
“Walaupun banyak yang bilang zaman dahulu (zadul) atau kurang tren, kami konsisten mencintai dan mempergunakan kamera seperti ini,” kata Ketua Komunitas Klastic Medan, Furqon Ahmadi.
Di Medan, komunitas ini didirikan pada tanggal 17 Januari 2010. Komunitas yang masih menggunakan rol film ini juga telah berdiri di beberapa kota besar seperti, Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Surabaya, Pekanbaru, Balikpapan, Tasikmalaya, Bogor, Malang, Palembang dan Batam.
Kegiatan mereka biasanya diisi dengan hunting bersama, diskusi fotografi, hingga membuat pameran fotografi, workshop dan kopi darat. Komunitas ini mengusung one man one shot atau sekali jepretan tidak bisa dihapus karena menggunakan film, serta komunitas ini menjadikan tempat bermain dan belajar tentang toy camera dan anggotanya pada saat ini 25 orang di Medan dan Aceh.
Secara harfiah toy camera (kamera mainan), toy artinya mainan dan camera. Toy camera atau disebut toy cam memang kamera mainan, yang berbentuk unik. Toy cam menggunakan rol film sebagai memorinya.
“Kamera ini berwarna-warni rupanya dan hasilnya bisa di luar dugaan dan perbedaan lainnya menunggu hasil gambar karena dicuci terlebih dahulu,”ujarnya.
Toy cam termasuk jenis kamera lomo. Lomo nama mereknya atau lomography, jadi kamera lomo adalah toy cam. Toy cam memilik banyak jenis, berdasarkan lensa yaitu mata ikan cembung, aqupix, underwater, bervignette, vintage, disderi, jelly lens dan masih banyak lagi jenisnya. Tidak salah jika toy cam dikatakan unik, karena di dalamnya satu kamera ada dua hingga sembilan lensa.
Menurutnya, kamera-kamera seperti ini agak susah didapatkan dipasaran, pasalnya tidak dijual sembarang tempat.
“Kamera ini barangnya dari luar negeri, biasanya dari Hongkong dan China. Harganya ada yang Rp50 ribu sampai yang paling mahal Rp7 jutaan,” ucapnya.
Walaupun tidak banyak orang yang memakai kamera yang terbuat dari plastik ini, Furqon mengatakan, kamera mereka sangatlah unik, hasil gambar berbeda denga DSLR, dan pastinya sangat bagus untuk orang yang baru belajar kamera.
“Apalagi saat kita sedang hunting foto pasti berbeda dengan yang lain dan pastinya orang akan melihat,”ucapnya.
Pada awalnya Klastic merupakan komunitas pengguna kamera plastik dan kamera mainan. Secara historis berdirinya komunitas ini berawal dari milis yang mereka bentuk tahun 2008. Kemudian komunitas yang pertama kali berdiri di Jakarta ini memiliki beberapa cabang di Indonesia termasuk Medan.
Dari setiap cabang tersebut memiliki ratusan anggota. Bagi anggota Klastic, ada suatu kebanggaan tersendiri jika bisa menciptakan gambar yang unik dengan kamera seadanya. Makanya mereka berusaha membuat hasil jepretannya semenarik mungkin. Dan, hasilnya memang tak kalah dengan kamera digital canggih.
Bagi anggota Klastic tidak ada rasa malu atau minder menggunakan kamera-kamera film karena menurut mereka keadaan fisik tidaklah soal yang penting hasilnya. Karena itulah dengan kamera plastik dan mainan mereka bisa bereksperimen untuk mendapatkan warna-warni yang unik.
“Dalam kamera terebut kita bisa berkreasi. Kita bisa menambahkan efek-efek seperti kejadiaan pada penumpukan fill dan menambahkan zat kimia, katanya.
Menurutnya, menggunakan kamera plastik lebih sederhana di bandingkan kamera DSLR karena tidak perlu mengatur diagfragma, speed maupun lensa. Cukup menekan tombol shutter dan bermain angle saja, akan tetapi kamera ini boros pada rol film. Kamera ini jgua bisa berfungsi untuk fotografi panorama, model, refleksi, dan kejadian lainnya. (*)