25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Tujuh Orang Dibakar Hidup-hidup

Aksi Anarkis di Kutalimbaru Sudah Berulang Kali

MEDAN-Peristiwa tragis yang menimpa Ricardo Sitorus dan Marco Siregar ternyata bukan pertama kali terjadi di Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deliserdang. Sedikitnya sudah empat kali kejadian di kecamatan itu dalam lima tahun ke belakang. Dan, tujuh orang telah dibakar hidup-hidup. Dari tujuh korban, empat tewas mengenaskan.

Motif yang melatarbelakangi tindak anarkis warga pun sama, yakni menuduh sebagai maling ternak. Hal ini diungkapkan Camat Kutalimbaru IB Ginting kepada Sumut Pos.

“Seingat saya, ini kejadian keempat kalinya warga setempat bakar manusia hidup-hidup karena dituduh maling ternak,” ujarnya, Selasa (28/2).
Ia menguraikan, peristiwa pertama terjadi di Desa Suka Makmur. Dalam peristiwa ini, mobil dan sopirnya tewas dibakar. Lalu, peristiwa kedua terjadi di Desa Berdikari, dalam peristiwa ini, mobil dan pelakunya juga dibakar. Sedangkan aksi yang ketiga baru-baru ini atau pada 2011 di Suka Rende, yaitu warga menangkap tiga orang pria dan mobilnya dan sempat dibakar juga. Beruntung, tiga korban hanya mengalami luka bakar cukup parah tapi bisa diselamatkan polisi. “Terakhir ya peristiwa ini yang keempat,” ujarnya yang merinci peristiwa itu terjadi dalam kurun waktu sekitar 5 tahunan.

Tindak anarkis ini, menurut sang camat, cukup disayangkan. Namun, pencurian herwan ternak memang marak di kawasan tersebut. Hingga, warga cepat tersulut emosinya. Soal ini, Kepala Desa Suka Rende, Manggil, pun membenarkan. “Di desa kita ini aja sudah lebih 8 kali, kalau tahun 2011 ada dua kali lah. Yang pertama lembu dan mereka mengulitinya di lokasi, yang kedua kerbau tiga ekor. Mereka membawanya tanpa meninggalkan jejak,” ujar Manggil.

Meski begitu, Manggil kurang setuju dengan tindak main hakim sendiri. “Kita juga sudah memberikan arahan kepada warga agar lebih sabar menghadapi masalah seperti ini,” imbaunya.

Pantauan Sumut Pos, aktivitas warga sekitar lokasi kejadian berjalan normal seperti biasanya. Bahkan, terkesan seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Warga terkesan acuh tak acuh dan seolah perbuatan main hakim itu dianggap wajar.

Seorang saksi mata yang berhasil ditemui, berinisial RS, mengaku ikut terlibat kejadian itu karena mendengar teriakan. Warga Sukaraya Kecamatan Pancur Batu itu pun langsung ikut mengejar. “Aku mendengar teriakan ‘maling…maling’. Kebetulan malam itu aku duduk-duduk di depan teras rumah. Akupun langsung bergegas. Begitu sampai aku lihat mereka sudah mengejar mobil Innova. Aku juga ikut mengejarnya,” akunya.

Namun, RS tidak ikut mengeroyok dan membakar Ricardo Sitorus dan Marco Siregar. “Karena orang itu udah jauh, aku pun balik ke rumah. Memang di sini di tahun ini belum ada kasus pencurian ternak, tapi kalau tahun sebelumnya ada juga warga sekitar sini kehilangan lembu. Itu makanya warga geram dengan aksi pencurian itu. Begitu mendengar ada maling warga pun langsung mengejarnya. Tapi aku enggak tau lagi setelah itu,” sebutnya RS sembari berkata tidak lama berselang dirinya mengetahui bahwa korban sudah dibakar warga.

Kelana Berhasil Ditangkap

Kabid Humas Polda Sumut Kombes Raden Heru Prakoso menyebutkan, dua orang yang diduga sebagai provokator pengeroyokan dan pembakaran yang mengakibatkan Ricardo Sitorus dan Marco Siregar tewas ditempat, sudah diamankan.

Namun Heru belum mau membeberkan identitas dua orang dianggap provokator tersebut. “Dua orang sudah diamankan kini sedang dimintai keterangan,” ujar Heru menegaskan belum ada tersangka dalam kasus tersebut.

Heru juga mengaku, hingga kini penyidik sudah memeriksa delapan saksi atas kasus tersebut. “Penyidik juga sedang memburu bandar judi togel inisial K (Kelana, Red) yang meneriaki korban sebagai maling. “Sudah delapan saksi diperiksa, ini saya masih mencari identitasnya,” kata Heru, Selasa (28/2).
Keterangan ini Heru berbeda dengan sumber terpercaya dari petinggi polisi di Poldasu yang ditemui Sumut Pos di depan Gedung Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Sumut. “Kelana yang teriak maling sudah diamankan bersama temannya si Erwin,” ujar sumber.

Adapun dua orang diamankan tersebut, dikatakan sumber diduga sebagai provokator atas peristiwa yang mengakibatkan tewasnya dua orang dengan sangat mengenaskan. Lebih lanjut sumber mengatakan, keterlibatan Erwin terbukti dari hasil rekaman kamera terlihat sedang menyeret korban Ricardo Sitorus yang tewas.

Soal Erwin dibenarkan Kapolsek Kutalimbaru AKP Robinson Surbakti. “Itu polres yang nangani, emang ada tadi satu ditangkap, tadi sudah dibawa ke Polres,” ucapnya.

Dirinya juga mengatakan, kalau tidak salah yang diamankan pelakunya bernama Erwin. “Tapi langsung sajalah tanya ke Polres karena penanganan mereka yang lakukan. Tanya informasi ke Polres,” sebutnya.

Sayang, Kapolresta Medan Monang Situmorang, mengaku belum mengetahui. “Saya belum dapat laporan dari anggota di lapangan. Kalau tertangkap akan kita lakukan rilis beritanya kepada rekan-rekan wartawan lah semuanya,” ungkap Monang di Mapolresta Medan.

Dari Jakarta, Mabes Polri memberikan klarifikasi mengenai kabar pembakaran anggota polisi dan informan Polri  di Medan, Sumatera Utara, Minggu (26/2) lalu.

Kadiv Humas Polri Irjen (pol), Saud Usman Nasution menyebut bahwa dua orang korban tewas yakni Ricardo Sitorus dan Marco Siregar adalah informan polisi bukan anggota Polri.  ‘’Kami menyampaikan rasa belasugkawa yang terdalam kepada keluarga korban yaitu Ricardo Sitorus dan Siregar atas musibah ini, semoga kedua teman ini diampuni di dalam kubur dan diberikan ketabahan bagi keluarganya,’’ ujar Saud di Mabes Polri Jakarta, Selasa (28/2).

Saud merinci, kasus ini bermula dari upaya penyelidikan mengenai kabar operasional judi Toto Gelap (Togel) di Medan Minggu malam sekitar pukul 20.00 WIB. Ini atas informasi dari Ricardo Sitorus kepada polisi pada Minggu sore. Brigadir Albertus Zebua kemudian turun ke lokasi beserta empat orang informan, yakni Ricardo Siregar dan dua informan lainnya berinisial MMP dan BI.

‘’(Informan) ketiga saya sebut inisialnya karena ini namanya informan sangat resisten terhadap para pelaku khususnya,’’ imbuhnya.
Pada kejadian itu, Brigadir Abertus Zebua menyebut dirinya polisi namun massa tak percaya. Dalam kepungan itu mereka turun dan menjadi bulan-bulanan massa yang marah. Berusaha mempertahankan diri Zebua, MMP dan BI berhasil kabur. Bahkan upaya anggota Intelkam Polri dari Kutalimbaru tak mampu menghentikan aksi beringas warga. ‘’Keduanya diseret dan masuk ke dalam mobil, kemudian dibakar berakibat mobil terbakar dan kedua orang informan ini yakni Ricardo Sitorus dan Marco Siregar ini terbakar,’’ sambung Saud.

Brigadir Albertus Zebua Melapor ke Poldasu

Sementara itu, Brigadir Albertus Zebua dengan ditemani orangtuanya, AR Zebua (66) sekira pukul 11.00 WIB kemarin mendatangi Mapoldasu. Anak bungsu dari 5 bersaudara ini, sebelum membuat laporan resmi di Direktorat Reserse Krimnal Khusus Polda Sumut, ia sempat diperiksa di Bid Propam Polda Sumut.

Lalu, tadi malam sekira pukul 20.00 WIB Brigadir Albertus Zebua keluar dari ruang pemeriksaan menemui ayahnya sebentar. Dia mengenakan stelan kemeja merah jambu lengan panjang dipadu celana keper warna hitam. Albertus Zebua langsung kembali ke ruangan Remaja, Anak dan Wanita (Reknakta). Tempat Albertus dimintai keterangan. Saat mau jalan, Sumut Pos mewawancarainya. Dengan bibir nampak hitam bekas luka, Albertus Zebua mengatakan ia bukan diperiksa. Melainkan membuat laporan atas kejadian yang menimpanya. “Saya buat laporan. Atas kejadian ini,” kata Albertus.
Menurut, Zebua ia bisa selamat setelah ditolong orang yang menyaksikan ia dipukuli massa. “Aku minta tolong sama orang tua. Kalau gak ditolong orang tua itu, mungkin nasibku sudah sama dengan yang dua orang temanku. Saat itu aku pun dah mengaku polisi dengan menunjuk KTA-ku, tapi makin brutal kami dipukuli,” akunya.

Saat disinggung maksud ia dan keempat temannya pergi ke lokasi kejadian. Albertus mengatakan. Sedang melakukan penyelidikan togel. “Saya dapat informasi ada judi togel. Jadi ke sana mau cari informasi,” kata Albertus Zebua sambil berlalu pergi. (gus/mag-5/ari/zul/jpnn)

Empat Amuk Warga

  1. Desa Suka Makmur
    – Sebuah mobil dan sopirnya dibakar Korban Tewas.
  2. Desa Berdikari
    – Sebuah mobil dan sopirnya dibakar. Korban Tewas.
  3. Desa Suka Rende
    – Sebuah mobil dan tiga orang dibakar. Tiga korban luka bakar parah.
  4. Desa Laubekeri
    – Sebuah Mobil dan dua orang dibakar. Dua korban tewas.

Catatan: Semua korban dituduh warga setempat sebagai maling ternak
Sumber: Camat Kutalimbaru IB Ginting

Aksi Anarkis di Kutalimbaru Sudah Berulang Kali

MEDAN-Peristiwa tragis yang menimpa Ricardo Sitorus dan Marco Siregar ternyata bukan pertama kali terjadi di Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deliserdang. Sedikitnya sudah empat kali kejadian di kecamatan itu dalam lima tahun ke belakang. Dan, tujuh orang telah dibakar hidup-hidup. Dari tujuh korban, empat tewas mengenaskan.

Motif yang melatarbelakangi tindak anarkis warga pun sama, yakni menuduh sebagai maling ternak. Hal ini diungkapkan Camat Kutalimbaru IB Ginting kepada Sumut Pos.

“Seingat saya, ini kejadian keempat kalinya warga setempat bakar manusia hidup-hidup karena dituduh maling ternak,” ujarnya, Selasa (28/2).
Ia menguraikan, peristiwa pertama terjadi di Desa Suka Makmur. Dalam peristiwa ini, mobil dan sopirnya tewas dibakar. Lalu, peristiwa kedua terjadi di Desa Berdikari, dalam peristiwa ini, mobil dan pelakunya juga dibakar. Sedangkan aksi yang ketiga baru-baru ini atau pada 2011 di Suka Rende, yaitu warga menangkap tiga orang pria dan mobilnya dan sempat dibakar juga. Beruntung, tiga korban hanya mengalami luka bakar cukup parah tapi bisa diselamatkan polisi. “Terakhir ya peristiwa ini yang keempat,” ujarnya yang merinci peristiwa itu terjadi dalam kurun waktu sekitar 5 tahunan.

Tindak anarkis ini, menurut sang camat, cukup disayangkan. Namun, pencurian herwan ternak memang marak di kawasan tersebut. Hingga, warga cepat tersulut emosinya. Soal ini, Kepala Desa Suka Rende, Manggil, pun membenarkan. “Di desa kita ini aja sudah lebih 8 kali, kalau tahun 2011 ada dua kali lah. Yang pertama lembu dan mereka mengulitinya di lokasi, yang kedua kerbau tiga ekor. Mereka membawanya tanpa meninggalkan jejak,” ujar Manggil.

Meski begitu, Manggil kurang setuju dengan tindak main hakim sendiri. “Kita juga sudah memberikan arahan kepada warga agar lebih sabar menghadapi masalah seperti ini,” imbaunya.

Pantauan Sumut Pos, aktivitas warga sekitar lokasi kejadian berjalan normal seperti biasanya. Bahkan, terkesan seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Warga terkesan acuh tak acuh dan seolah perbuatan main hakim itu dianggap wajar.

Seorang saksi mata yang berhasil ditemui, berinisial RS, mengaku ikut terlibat kejadian itu karena mendengar teriakan. Warga Sukaraya Kecamatan Pancur Batu itu pun langsung ikut mengejar. “Aku mendengar teriakan ‘maling…maling’. Kebetulan malam itu aku duduk-duduk di depan teras rumah. Akupun langsung bergegas. Begitu sampai aku lihat mereka sudah mengejar mobil Innova. Aku juga ikut mengejarnya,” akunya.

Namun, RS tidak ikut mengeroyok dan membakar Ricardo Sitorus dan Marco Siregar. “Karena orang itu udah jauh, aku pun balik ke rumah. Memang di sini di tahun ini belum ada kasus pencurian ternak, tapi kalau tahun sebelumnya ada juga warga sekitar sini kehilangan lembu. Itu makanya warga geram dengan aksi pencurian itu. Begitu mendengar ada maling warga pun langsung mengejarnya. Tapi aku enggak tau lagi setelah itu,” sebutnya RS sembari berkata tidak lama berselang dirinya mengetahui bahwa korban sudah dibakar warga.

Kelana Berhasil Ditangkap

Kabid Humas Polda Sumut Kombes Raden Heru Prakoso menyebutkan, dua orang yang diduga sebagai provokator pengeroyokan dan pembakaran yang mengakibatkan Ricardo Sitorus dan Marco Siregar tewas ditempat, sudah diamankan.

Namun Heru belum mau membeberkan identitas dua orang dianggap provokator tersebut. “Dua orang sudah diamankan kini sedang dimintai keterangan,” ujar Heru menegaskan belum ada tersangka dalam kasus tersebut.

Heru juga mengaku, hingga kini penyidik sudah memeriksa delapan saksi atas kasus tersebut. “Penyidik juga sedang memburu bandar judi togel inisial K (Kelana, Red) yang meneriaki korban sebagai maling. “Sudah delapan saksi diperiksa, ini saya masih mencari identitasnya,” kata Heru, Selasa (28/2).
Keterangan ini Heru berbeda dengan sumber terpercaya dari petinggi polisi di Poldasu yang ditemui Sumut Pos di depan Gedung Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Sumut. “Kelana yang teriak maling sudah diamankan bersama temannya si Erwin,” ujar sumber.

Adapun dua orang diamankan tersebut, dikatakan sumber diduga sebagai provokator atas peristiwa yang mengakibatkan tewasnya dua orang dengan sangat mengenaskan. Lebih lanjut sumber mengatakan, keterlibatan Erwin terbukti dari hasil rekaman kamera terlihat sedang menyeret korban Ricardo Sitorus yang tewas.

Soal Erwin dibenarkan Kapolsek Kutalimbaru AKP Robinson Surbakti. “Itu polres yang nangani, emang ada tadi satu ditangkap, tadi sudah dibawa ke Polres,” ucapnya.

Dirinya juga mengatakan, kalau tidak salah yang diamankan pelakunya bernama Erwin. “Tapi langsung sajalah tanya ke Polres karena penanganan mereka yang lakukan. Tanya informasi ke Polres,” sebutnya.

Sayang, Kapolresta Medan Monang Situmorang, mengaku belum mengetahui. “Saya belum dapat laporan dari anggota di lapangan. Kalau tertangkap akan kita lakukan rilis beritanya kepada rekan-rekan wartawan lah semuanya,” ungkap Monang di Mapolresta Medan.

Dari Jakarta, Mabes Polri memberikan klarifikasi mengenai kabar pembakaran anggota polisi dan informan Polri  di Medan, Sumatera Utara, Minggu (26/2) lalu.

Kadiv Humas Polri Irjen (pol), Saud Usman Nasution menyebut bahwa dua orang korban tewas yakni Ricardo Sitorus dan Marco Siregar adalah informan polisi bukan anggota Polri.  ‘’Kami menyampaikan rasa belasugkawa yang terdalam kepada keluarga korban yaitu Ricardo Sitorus dan Siregar atas musibah ini, semoga kedua teman ini diampuni di dalam kubur dan diberikan ketabahan bagi keluarganya,’’ ujar Saud di Mabes Polri Jakarta, Selasa (28/2).

Saud merinci, kasus ini bermula dari upaya penyelidikan mengenai kabar operasional judi Toto Gelap (Togel) di Medan Minggu malam sekitar pukul 20.00 WIB. Ini atas informasi dari Ricardo Sitorus kepada polisi pada Minggu sore. Brigadir Albertus Zebua kemudian turun ke lokasi beserta empat orang informan, yakni Ricardo Siregar dan dua informan lainnya berinisial MMP dan BI.

‘’(Informan) ketiga saya sebut inisialnya karena ini namanya informan sangat resisten terhadap para pelaku khususnya,’’ imbuhnya.
Pada kejadian itu, Brigadir Abertus Zebua menyebut dirinya polisi namun massa tak percaya. Dalam kepungan itu mereka turun dan menjadi bulan-bulanan massa yang marah. Berusaha mempertahankan diri Zebua, MMP dan BI berhasil kabur. Bahkan upaya anggota Intelkam Polri dari Kutalimbaru tak mampu menghentikan aksi beringas warga. ‘’Keduanya diseret dan masuk ke dalam mobil, kemudian dibakar berakibat mobil terbakar dan kedua orang informan ini yakni Ricardo Sitorus dan Marco Siregar ini terbakar,’’ sambung Saud.

Brigadir Albertus Zebua Melapor ke Poldasu

Sementara itu, Brigadir Albertus Zebua dengan ditemani orangtuanya, AR Zebua (66) sekira pukul 11.00 WIB kemarin mendatangi Mapoldasu. Anak bungsu dari 5 bersaudara ini, sebelum membuat laporan resmi di Direktorat Reserse Krimnal Khusus Polda Sumut, ia sempat diperiksa di Bid Propam Polda Sumut.

Lalu, tadi malam sekira pukul 20.00 WIB Brigadir Albertus Zebua keluar dari ruang pemeriksaan menemui ayahnya sebentar. Dia mengenakan stelan kemeja merah jambu lengan panjang dipadu celana keper warna hitam. Albertus Zebua langsung kembali ke ruangan Remaja, Anak dan Wanita (Reknakta). Tempat Albertus dimintai keterangan. Saat mau jalan, Sumut Pos mewawancarainya. Dengan bibir nampak hitam bekas luka, Albertus Zebua mengatakan ia bukan diperiksa. Melainkan membuat laporan atas kejadian yang menimpanya. “Saya buat laporan. Atas kejadian ini,” kata Albertus.
Menurut, Zebua ia bisa selamat setelah ditolong orang yang menyaksikan ia dipukuli massa. “Aku minta tolong sama orang tua. Kalau gak ditolong orang tua itu, mungkin nasibku sudah sama dengan yang dua orang temanku. Saat itu aku pun dah mengaku polisi dengan menunjuk KTA-ku, tapi makin brutal kami dipukuli,” akunya.

Saat disinggung maksud ia dan keempat temannya pergi ke lokasi kejadian. Albertus mengatakan. Sedang melakukan penyelidikan togel. “Saya dapat informasi ada judi togel. Jadi ke sana mau cari informasi,” kata Albertus Zebua sambil berlalu pergi. (gus/mag-5/ari/zul/jpnn)

Empat Amuk Warga

  1. Desa Suka Makmur
    – Sebuah mobil dan sopirnya dibakar Korban Tewas.
  2. Desa Berdikari
    – Sebuah mobil dan sopirnya dibakar. Korban Tewas.
  3. Desa Suka Rende
    – Sebuah mobil dan tiga orang dibakar. Tiga korban luka bakar parah.
  4. Desa Laubekeri
    – Sebuah Mobil dan dua orang dibakar. Dua korban tewas.

Catatan: Semua korban dituduh warga setempat sebagai maling ternak
Sumber: Camat Kutalimbaru IB Ginting

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/