30 C
Medan
Monday, June 24, 2024

Angin Topan 1 Km di Atas Sumut

MEDAN-Ancaman angin topan yang akan melanda Sumatera Utara (Sumut) dikatakan  Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Wilayah Sumut/NAD tidak begitu berpengaruh. Pasalnya, angin tersebut berada di ketinggian 3.000 kaki atau sekitar 1 kilometer.

TOPAN: Penjaga pantai Korea Selatan menyelamatkan awak kapal nelayan China  terdampar akibat Topan Bolaven  sebelah selatan Pulau Jeju, kemarin. Angin topan  mengancam Sumut dikabarkan tidak begitu berpengaruh karena berada  ketinggian 3.000 kaki.// AFP PHOTO/DONG-A ILBO
TOPAN: Penjaga pantai Korea Selatan menyelamatkan awak kapal nelayan China yang terdampar akibat Topan Bolaven di sebelah selatan Pulau Jeju, kemarin. Angin topan yang mengancam Sumut dikabarkan tidak begitu berpengaruh karena berada di ketinggian 3.000 kaki.// AFP PHOTO/DONG-A ILBO

“Angin lebih tepat dengan ketinggian 3000 kaki lebih cepat. Jadi ini bukan angin permukaan. Ini ‘kan angin biasa dan tidak terlalu berpengaruh di Sumut. Namun yang signifikan di tempat kita seperti pilotan udara di barat Sumut beberapa waktu lalu,” ungkap Kabid Data dan Informasi BMKG Wilayah Sumut/NAD, Hendra Swarta, kemarin.

Hendra kembali menerangkan dua siklon trofis di antaranya siklon trofis tembin dan siklon trofis bolaven mulai menjauh dari Indonesia. “Posisinya lebih ke arah utara lagi dan menjauh dari Indonesia. Dari pantauan kita posisi siklon trofis tersebut berada di kawasan pasifik.

Untuk pengaruhnya dari kemarin sudah tidak begitu signifikan terutama di Sumatera Utara. Memang pengaruhnya ada, tapi kecillah,” jelasnya.
Dia juga mengatakan tidak ada potensi terbentuknya siklon baru di Indonesia khususnya di Sumatera Utara. “Jadi pengaruhnya lebih ke arah pasifik sana,” ungkapnya.

Hendra memastikan banjir yang terjadi belakangan ini di beberapa kawasan di Kota Medan tidak ada hubungannya dengan siklon tropis tersebut. Namun BMKG Sumut/NAD akan terus memantau perubahannya. “Malah memang tidak ada pengaruhnya. Jadi boleh saya katakan sama sekali tidak ada pengaruhnya pada banjir yang terjadi di Medan belakangan ini,” urainya.

Ombak Mencapai 3,5 Meter

Namun pihaknya tetap mengimbau masyarakat agar tetap mewaspadai terjadinya banjir terutama di Kota Medan, Langkat, Tapanuli Tengah, Sibolga. Bahkan ancaman longsor juga tetap harus diwaspadai terutama yang berada daerah perbukitan seperti Sibolangit, Deliserdang, Karo, Dairi, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara. “Angin kencang bisa mencapai 30 knot. Terutama tinggi ombak mencapai 3,5 meter di bagian barat Sumatera Utara,” ucapnya.

Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Polonia, Mega Sirait, saat dikonfirmasi Selasa (28/8) menyatakan hujan di Sumut tetap tinggi. “Setelah kita deteksi, curah hujan di wilayah Sumut semakin meningkat dengan intensitas hujan yang sedang, hingga deras. Ini diperkirakan akan terjadi hingga Oktober mendatang dan hampir merata ke seluruh wilayah di Sumut,” terang Mega.

Potensi dan peluang hujan deras ini, bilang Mega, terjadi akibat wilayah Sumut sudah memasuki musim penghujan yang dimulai pada akhir Agustus ini sampai bulan September. Selain itu, di wilayah Sumut masih terbentuk daerah arus udara masuk atau konvergen sehingga kandungan uap air di udara sangat tinggi.

“Tidak hanya memasuki musim penghujan. Di wilayah Sumut juga masih ditemukan pembentukan konvergen di udara sehingga udara menjadi labil dan pembentukan awan sangat kuat. Awan yang mulai terbentuk ini sangat tebal dan puncaknya sangat tinggi sehingga durasi terjadinya hujan atau volume hujan cukup lama dan deras,”sebutnya lagi.

Masih menurut Mega, hujan terjadi sore jelang malam hari bahkan hingga pagi hari.

Selain itu jelasnya, di sisi wilayah dataran tinggi hujan yang terjadi cukup merata ini sangat lebat di pegunungan (hulu). Sehingga, peluang terjadinya banjir seperti beberapa hari ini khususnya pemukiman di kawasan DAS masih sangat besar terjadi.

Terpisah, hujan deras yang melanda Kota Medan, Senin (27/8) malam mengakibatkan terjadinya banjir di beberapa ruas jalan seperti Brigjen Katamso yakni Gang Merdeka, Gang Aljabar, Gang Pelita dan Gang Kenanga Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Maimun. Banjir yang memasuki perumahan warga mencapai ketinggian hingga 1,5 meter. Beberapa warga terpaksa mengungsi dan membawa perlengkapan seadanya.

Berdasarkan pantauan, pagi harinya, warga mulai membersihkan lumpur serta genangan air dirumah mereka. Namun beberapa warga masih memilih untuk menetap sementara di rumah kerabat mereka yang tidak terkena banjir. Warga juga bergotong royong membersihkan sampah-sampah terbawa banjir yang memasuki tempat tinggal mereka. Bahkan terlihat beberapa diantaranya menjemur barang-barang mereka yang terkena banjir.

Salah saeorang warga Gang Merdeka, Madik (40) mengatakan hujan deras yang terjadi Senin (27/8) malam mengakibatkan air di Sungai Deli meluap sehingga mengakibatkan banjir hingga ketinggian 1,5 meter di sepanjang kelurahan Sei Mati yang berdekatan dengan Sungai Deli. “Tadi malam air mulai naik jam 11 malam, hingga 1,5 meter tingginya. Kita semua udah tahu pasti banjir, karena hujan deras dan udara tadi malam dingin, jadi sebelumnya warga sudah angkut barang ke atas,” katanya.

Selain itu, Kepling di Lingkungan VIII gang Merdeka, Hendrik menyebutkan sedikitnya ada 360 KK (Kepala Keluarga) dikawasan tersebut dan hampir seluruhnya terkena banjir. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu, namun masyarakat tetap berjaga-jaga dengan kemungkinan akan terjadinya banjir susulan. Banjir mulai menggenangi perumahan warga sekitar pukul 01.00 WIB dini hari. Banjir dipicu hujan deras yang mengguyur Medan sejak Senin malam, dan menyebabkan air Sungai Deli meluap.

“Hujan yang turun terus menerus menyebabkan terjadinya banjir. Begitupun warga disini memang sudah menduga akan terjadinya banjir. Kita tetap berjaga-jaga malam itu. Saat banjir mulai memasuki perumahan, warga mulai mengungsi dan membawa barang-barang mereka ketempat yang lebih aman. Tapi di kawasan ini memang langganan banjir. Sudah lama begini,” jelasnya. (far/uma)

MEDAN-Ancaman angin topan yang akan melanda Sumatera Utara (Sumut) dikatakan  Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Wilayah Sumut/NAD tidak begitu berpengaruh. Pasalnya, angin tersebut berada di ketinggian 3.000 kaki atau sekitar 1 kilometer.

TOPAN: Penjaga pantai Korea Selatan menyelamatkan awak kapal nelayan China  terdampar akibat Topan Bolaven  sebelah selatan Pulau Jeju, kemarin. Angin topan  mengancam Sumut dikabarkan tidak begitu berpengaruh karena berada  ketinggian 3.000 kaki.// AFP PHOTO/DONG-A ILBO
TOPAN: Penjaga pantai Korea Selatan menyelamatkan awak kapal nelayan China yang terdampar akibat Topan Bolaven di sebelah selatan Pulau Jeju, kemarin. Angin topan yang mengancam Sumut dikabarkan tidak begitu berpengaruh karena berada di ketinggian 3.000 kaki.// AFP PHOTO/DONG-A ILBO

“Angin lebih tepat dengan ketinggian 3000 kaki lebih cepat. Jadi ini bukan angin permukaan. Ini ‘kan angin biasa dan tidak terlalu berpengaruh di Sumut. Namun yang signifikan di tempat kita seperti pilotan udara di barat Sumut beberapa waktu lalu,” ungkap Kabid Data dan Informasi BMKG Wilayah Sumut/NAD, Hendra Swarta, kemarin.

Hendra kembali menerangkan dua siklon trofis di antaranya siklon trofis tembin dan siklon trofis bolaven mulai menjauh dari Indonesia. “Posisinya lebih ke arah utara lagi dan menjauh dari Indonesia. Dari pantauan kita posisi siklon trofis tersebut berada di kawasan pasifik.

Untuk pengaruhnya dari kemarin sudah tidak begitu signifikan terutama di Sumatera Utara. Memang pengaruhnya ada, tapi kecillah,” jelasnya.
Dia juga mengatakan tidak ada potensi terbentuknya siklon baru di Indonesia khususnya di Sumatera Utara. “Jadi pengaruhnya lebih ke arah pasifik sana,” ungkapnya.

Hendra memastikan banjir yang terjadi belakangan ini di beberapa kawasan di Kota Medan tidak ada hubungannya dengan siklon tropis tersebut. Namun BMKG Sumut/NAD akan terus memantau perubahannya. “Malah memang tidak ada pengaruhnya. Jadi boleh saya katakan sama sekali tidak ada pengaruhnya pada banjir yang terjadi di Medan belakangan ini,” urainya.

Ombak Mencapai 3,5 Meter

Namun pihaknya tetap mengimbau masyarakat agar tetap mewaspadai terjadinya banjir terutama di Kota Medan, Langkat, Tapanuli Tengah, Sibolga. Bahkan ancaman longsor juga tetap harus diwaspadai terutama yang berada daerah perbukitan seperti Sibolangit, Deliserdang, Karo, Dairi, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara. “Angin kencang bisa mencapai 30 knot. Terutama tinggi ombak mencapai 3,5 meter di bagian barat Sumatera Utara,” ucapnya.

Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Polonia, Mega Sirait, saat dikonfirmasi Selasa (28/8) menyatakan hujan di Sumut tetap tinggi. “Setelah kita deteksi, curah hujan di wilayah Sumut semakin meningkat dengan intensitas hujan yang sedang, hingga deras. Ini diperkirakan akan terjadi hingga Oktober mendatang dan hampir merata ke seluruh wilayah di Sumut,” terang Mega.

Potensi dan peluang hujan deras ini, bilang Mega, terjadi akibat wilayah Sumut sudah memasuki musim penghujan yang dimulai pada akhir Agustus ini sampai bulan September. Selain itu, di wilayah Sumut masih terbentuk daerah arus udara masuk atau konvergen sehingga kandungan uap air di udara sangat tinggi.

“Tidak hanya memasuki musim penghujan. Di wilayah Sumut juga masih ditemukan pembentukan konvergen di udara sehingga udara menjadi labil dan pembentukan awan sangat kuat. Awan yang mulai terbentuk ini sangat tebal dan puncaknya sangat tinggi sehingga durasi terjadinya hujan atau volume hujan cukup lama dan deras,”sebutnya lagi.

Masih menurut Mega, hujan terjadi sore jelang malam hari bahkan hingga pagi hari.

Selain itu jelasnya, di sisi wilayah dataran tinggi hujan yang terjadi cukup merata ini sangat lebat di pegunungan (hulu). Sehingga, peluang terjadinya banjir seperti beberapa hari ini khususnya pemukiman di kawasan DAS masih sangat besar terjadi.

Terpisah, hujan deras yang melanda Kota Medan, Senin (27/8) malam mengakibatkan terjadinya banjir di beberapa ruas jalan seperti Brigjen Katamso yakni Gang Merdeka, Gang Aljabar, Gang Pelita dan Gang Kenanga Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Maimun. Banjir yang memasuki perumahan warga mencapai ketinggian hingga 1,5 meter. Beberapa warga terpaksa mengungsi dan membawa perlengkapan seadanya.

Berdasarkan pantauan, pagi harinya, warga mulai membersihkan lumpur serta genangan air dirumah mereka. Namun beberapa warga masih memilih untuk menetap sementara di rumah kerabat mereka yang tidak terkena banjir. Warga juga bergotong royong membersihkan sampah-sampah terbawa banjir yang memasuki tempat tinggal mereka. Bahkan terlihat beberapa diantaranya menjemur barang-barang mereka yang terkena banjir.

Salah saeorang warga Gang Merdeka, Madik (40) mengatakan hujan deras yang terjadi Senin (27/8) malam mengakibatkan air di Sungai Deli meluap sehingga mengakibatkan banjir hingga ketinggian 1,5 meter di sepanjang kelurahan Sei Mati yang berdekatan dengan Sungai Deli. “Tadi malam air mulai naik jam 11 malam, hingga 1,5 meter tingginya. Kita semua udah tahu pasti banjir, karena hujan deras dan udara tadi malam dingin, jadi sebelumnya warga sudah angkut barang ke atas,” katanya.

Selain itu, Kepling di Lingkungan VIII gang Merdeka, Hendrik menyebutkan sedikitnya ada 360 KK (Kepala Keluarga) dikawasan tersebut dan hampir seluruhnya terkena banjir. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu, namun masyarakat tetap berjaga-jaga dengan kemungkinan akan terjadinya banjir susulan. Banjir mulai menggenangi perumahan warga sekitar pukul 01.00 WIB dini hari. Banjir dipicu hujan deras yang mengguyur Medan sejak Senin malam, dan menyebabkan air Sungai Deli meluap.

“Hujan yang turun terus menerus menyebabkan terjadinya banjir. Begitupun warga disini memang sudah menduga akan terjadinya banjir. Kita tetap berjaga-jaga malam itu. Saat banjir mulai memasuki perumahan, warga mulai mengungsi dan membawa barang-barang mereka ketempat yang lebih aman. Tapi di kawasan ini memang langganan banjir. Sudah lama begini,” jelasnya. (far/uma)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/