25 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

Banjir Besar Incar Medan

MEDAN- Warga Kota Medan patut mewaspadai datangnya banjir besar di musim penghujan ini. Buruknya drainase di Kota Medan serta minimnya resapan air dituding menjadi penyebab banjir. “Salah satu persoalan yang sering memicu terjadinya banjir adalah pembangunan. Pembetonan yang dilakukan membuat resapan air menjadi berkurang. Akibatnya, Medan sering banjir,” kata Kepala Dinas Bina Marga Medan, Khairul Syahnan kepada Sumut Pos, kBanjir di Medanemarin.

Menurut Khairul, hampir setiap bangunan selalu melakukan penyemenan di sekitarnya. Kondisi ini membuat air hujan tidak bisa meresap ke tanah. Air tersebut pun terpaksa mengalir ke drainase. “Masalahnya, kemudian adalah drainase tidak sanggup menampung debit air itu, sehingga terjadi genangan dan mengakibatkan banjir,” jelasnya.

Dipapar Khairul, sebenarnya kondisi drainase di Kota Medan sudah hampir semua lancar. Tidak ada lagi sumbat atau sebagainya. Hanya saja, memang kondisinya sempat dan tidak dalam, sehingga tidak mampu menampung debit air hujan.

Untuk itu, langkah Dinas Bina Marga mengantisipasi bajir dengan siaga bila ada drainase tersumbat. Selain itu, pihaknya juga melakukan survei dimana-dimana saja drainase yang sempit dan akan dibandingkan dengan curah hujan. “Kita akan data dimana-mana saja drainase sempit itu, setelah itu bakal kita ajukan perbaikan,” tuturnya.

Ditambahkan, untuk tahun ini, pelebaran dan penggalian drainase tersebut tidak mungkin dilakukan, karena anggarannya tidak ada. Namun, pihaknya akan mengajukan agar ditampung dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2014 mendatang. “Kalau sudah didapat datanya, maka akan kita anggarkan pada tahun 2014 mendatang,” ucapnya.

Sebelumnya, Kepala Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan (TRTB) Medan, Sampurno Pohan membantah pembangunan menjadi salah satu penyebab banjir di Medan. Dia mengaku tidak ada pembangunan di Medan yang menutupi daerah resapan air. “Tidak ada kita menutupi resapan air. Banjir itu terjadi memang akibat drainsenya tidak berfungsi baik,” katanya.

Sementara itu, Kepala Bidang Pelayanan Data dan Informasi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Sumut, Hendra Swarta mengatakan, saat ini curah hujan di Sumut tinggi. Kondisi awan di Sumut termasuk tebal, karena itu curah hujan juga semakin tinggi. Potensi hujan yang tinggi ini akan terus berlangsung hingga November mendatang. Namun puncak dari musim penghujan kali ini terjadi di Oktober dan November.

Dikatakan Hendra, curah hujan yang tinggi tersebut, karena memang saat ini merupakan masa musim penghujan yang memang sudah tiba saatnya. Tetapi faktor dari pemanasan global yang sudah dirasakan juga ikut berpengaruh. “Memang saat ini sudah masuk musim penghujan untuk wilayah Sumut, tetapi efek dari pemanasan global yang terjadi juga sudah kita rasakan, sehingga hujan merata hampir setiap hari terjadi,” katanya.

Potensi hujan tinggi ini akan diikuti bersama dengan petir dan angin kencang. “Beberapa hari belakangan ini, curah hujan yang terjadi di Sumut meningkat, khususnya di Kota Medan. Bahkan, dengan tingginya curah hujan tersebut, angin puting beliung akan berpotensi besar bakal terjadi,” ujarnya.

Hendra mengatakan, untuk di Sumut kecepatan angin puting beliung yang berpotensi terjadi itu diprediksi hanya akan mencapai kecepatan maksimal sebanyak 60Km per jamnya. “Kota Medan merupakan kawasan yang juga rawan akan terkena angin puting beliung tersebut bersama dengan daerah-daerah lain, tetapi hanya Medan bagian selatan saja. Sementara itu untuk daerah lain di Sumut rata-rata memang berpotensi,” katanya. (dek/put/ram)

MEDAN- Warga Kota Medan patut mewaspadai datangnya banjir besar di musim penghujan ini. Buruknya drainase di Kota Medan serta minimnya resapan air dituding menjadi penyebab banjir. “Salah satu persoalan yang sering memicu terjadinya banjir adalah pembangunan. Pembetonan yang dilakukan membuat resapan air menjadi berkurang. Akibatnya, Medan sering banjir,” kata Kepala Dinas Bina Marga Medan, Khairul Syahnan kepada Sumut Pos, kBanjir di Medanemarin.

Menurut Khairul, hampir setiap bangunan selalu melakukan penyemenan di sekitarnya. Kondisi ini membuat air hujan tidak bisa meresap ke tanah. Air tersebut pun terpaksa mengalir ke drainase. “Masalahnya, kemudian adalah drainase tidak sanggup menampung debit air itu, sehingga terjadi genangan dan mengakibatkan banjir,” jelasnya.

Dipapar Khairul, sebenarnya kondisi drainase di Kota Medan sudah hampir semua lancar. Tidak ada lagi sumbat atau sebagainya. Hanya saja, memang kondisinya sempat dan tidak dalam, sehingga tidak mampu menampung debit air hujan.

Untuk itu, langkah Dinas Bina Marga mengantisipasi bajir dengan siaga bila ada drainase tersumbat. Selain itu, pihaknya juga melakukan survei dimana-dimana saja drainase yang sempit dan akan dibandingkan dengan curah hujan. “Kita akan data dimana-mana saja drainase sempit itu, setelah itu bakal kita ajukan perbaikan,” tuturnya.

Ditambahkan, untuk tahun ini, pelebaran dan penggalian drainase tersebut tidak mungkin dilakukan, karena anggarannya tidak ada. Namun, pihaknya akan mengajukan agar ditampung dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2014 mendatang. “Kalau sudah didapat datanya, maka akan kita anggarkan pada tahun 2014 mendatang,” ucapnya.

Sebelumnya, Kepala Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan (TRTB) Medan, Sampurno Pohan membantah pembangunan menjadi salah satu penyebab banjir di Medan. Dia mengaku tidak ada pembangunan di Medan yang menutupi daerah resapan air. “Tidak ada kita menutupi resapan air. Banjir itu terjadi memang akibat drainsenya tidak berfungsi baik,” katanya.

Sementara itu, Kepala Bidang Pelayanan Data dan Informasi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Sumut, Hendra Swarta mengatakan, saat ini curah hujan di Sumut tinggi. Kondisi awan di Sumut termasuk tebal, karena itu curah hujan juga semakin tinggi. Potensi hujan yang tinggi ini akan terus berlangsung hingga November mendatang. Namun puncak dari musim penghujan kali ini terjadi di Oktober dan November.

Dikatakan Hendra, curah hujan yang tinggi tersebut, karena memang saat ini merupakan masa musim penghujan yang memang sudah tiba saatnya. Tetapi faktor dari pemanasan global yang sudah dirasakan juga ikut berpengaruh. “Memang saat ini sudah masuk musim penghujan untuk wilayah Sumut, tetapi efek dari pemanasan global yang terjadi juga sudah kita rasakan, sehingga hujan merata hampir setiap hari terjadi,” katanya.

Potensi hujan tinggi ini akan diikuti bersama dengan petir dan angin kencang. “Beberapa hari belakangan ini, curah hujan yang terjadi di Sumut meningkat, khususnya di Kota Medan. Bahkan, dengan tingginya curah hujan tersebut, angin puting beliung akan berpotensi besar bakal terjadi,” ujarnya.

Hendra mengatakan, untuk di Sumut kecepatan angin puting beliung yang berpotensi terjadi itu diprediksi hanya akan mencapai kecepatan maksimal sebanyak 60Km per jamnya. “Kota Medan merupakan kawasan yang juga rawan akan terkena angin puting beliung tersebut bersama dengan daerah-daerah lain, tetapi hanya Medan bagian selatan saja. Sementara itu untuk daerah lain di Sumut rata-rata memang berpotensi,” katanya. (dek/put/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/