25 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Peringati Hari Sumpah Pemuda, Pemuda Songsong Masa Depan

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Kapolda Sumut), Irjen Pol RZ Panca Putra Simanjuntak berharap, agar para pemuda memacu semangat demi menyongsong masa depan bangsa Indonesia yang lebih baik. Hal itu disampaikannya dalam memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-93, Kamis (28/10).

Pengamat Pendidikan Kota Medan, Salman SPd MPd. istimewa/Sumut Pos.

Menurutnya, pemuda Indonesia maju, adalah pemuda yang memiliki karakter, kapasitas, kemampuan inovasi, kreativitas yang tinggi, mandiri, inspiratif serta mampu bertahan dan unggul dalam menghadapi persaingan dunia. “Rasa semangat itu sendiri akan menjadi pemacu untuk melakukan yang terbaik bagi Bangsa dan Negara ini,” ujarnya.

Dia juga berharap agar pemuda tetap menjaga harkat dan martabat bangsa, serta menjauhkan dogma atau cara pandang yang keliru, dalam memperingati Hari Sumpah Pemuda. “Harapan saya kepada pemuda untuk menjauhkan diri dari segala cobaan dan godaan yang menyimpang. Tetap jaga harga diri bangsa. Kita ini beda, tapi harus tetap bersatu,” katanya.

Tak lupa, dia mengajak kepada para pemuda untuk bersama-sama berjuang memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Sehingga kehidupan dan aktivitas kembali normal. “Selamat Hari Sumpah Pemuda ke-93, Pemuda Indonesia Bersatu, Bangkit dan Tumbuh,” pungkasnya.

Terpisah, Pengamat Pendidikan Kota Medan, Salman SPd MPd mengatakan, sejak pertama kali dicetuskan pada 28 Oktober 1928 silam, atau sekitar 93 tahun yang lalu, Sumpah Pemuda telah menjadi ruh perjuangan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan 1945.  Api semangat untuk hidup mandiri sebagai bangsa bebas yang telah dinyalakan sejak era Budi Utomo 1908, menyulut semangat para pemuda untuk mewujudkan langkah konkret dalam perjuangan. Di saat itu pula tumbuh kesadaran bahwa perjuangan tidak akan berhasil jika hanya dilakukan secara sporadis dan tercerai berai. 

“Hal inilah yang menjadi dasar bahwa untuk mewujudkan cita-cita sebagai bangsa yang mandiri maka diperlukan sebuah persatuan dan kesatuan. Satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa yang terangkai erat dalam satu negara yaitu Indonesia,” ujar kepada Sumut Pos, Rabu (27/10).

Dia menyebutkan, pada era milenial dan revolusi industri 4.0 saat ini, perlu mengkaji lebih dalam mengenai eksistensi nilai dan semangat Sumpah Pemuda pada generasi muda Indonesia. 

Pihaknya menilai, setidaknya terdapat tiga fakta miris yang menjadi permasalahan pemuda Indonesia saat ini yang masih jauh dari harapan, yakni rendahnya tingkat literasi. “Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Program for International Student Assessment (PISA) terhadap 70 negara dan menempatkan Indonesia diurutan ke 62. Dengan hanya berada diurutan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Indonesia termasuk negara yang memiliki literasi yang rendah atau dengan kata lain budaya membaca masyarakat Indonesia masih rendah,” kata guru di salah satu SMA Negeri di Medan ini.

Padahal, menurutnya, berdasarkan hasil sensus penduduk 2020, jumlah penduduk yang paling dominan dari populasi penduduk di Indonesia merupakan pemuda. Setidaknya terdapat 75,49 juta jiwa atau 27,94 persen merupakan generasi Z yaitu mereka yang lahir antara periode tahun 1997-2012. Selanjutnya 69,38 juta jiwa atau 25,87 persen merupakan generasi milenial yaitu mereka yang lahir pada kurun waktu 1981-1996.  “Dengan jumlah pemuda yang cukup besar tersebut dan dilihat dari survei PISA maka generasi Z dan generasi milienial Indonesia masih sangat minim dalam minat membaca,” bebernya.

Kemudian, tambahnya, tingginya penyebaran narkotika. Hal ini menjadi permasalahan selanjutnya yang menggeluti pemuda Indonesia saat ini, yaitu maraknya peredaran narkotika dan banyaknya pemuda Indonesia yang terlibat baik sebagai pengedar maupun sebagai pengguna. 

“Sebuah data yang mengejutkan dari The United Nations on Drugs and Crime (UNODC) mengungkapkan bahwa 5,6 persen penduduk dunia atau 275 juta orang dalam rentang usia 15-64 tahun pernah mengonsumsi narkoba. Dan untuk penduduk Indonesia sendiri, berdasarkan survei dari Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menemukan 2,3 juta pelajar atau mahasiswa di Indonesia pernah mengonsumsi narkotika,” paparnya.

Data yang tersaji itu, sambungnya, merupakan fakta yang sangat menyedihkan sekaligus pukulan bagi bangsa Indonesia dalam mempersiapkan generasi mudanya. “Bagaimana mungkin cita-cita bangsa akan tercapai jika para pemuda telah terjangkit dan kecanduan narkotika,” ucapnya.

Selanjutnya, pemuda apatis. Hal yang tidak kalah pentingnya untuk dikaji ialah, munculnya pemuda yang apatis terhadap kondisi yang sedang terjadi. Sikap ini bukan hanya pada kondisi diri pribadi, namun juga kecenderungan tidak mau mengambil pusing atau peranan terhadap kondisi lingkungan sekitar bahkan bangsa dan negara dalam cakupan yang lebih luas. ”Tindakan seperti ini dipengaruhi oleh arus materialisme dan hedonisme yang mengakibatkan melemahnya rasa nasionalisme dan memunculkan sikap individualisme,” pungkasnya. (dwi/ila)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Kapolda Sumut), Irjen Pol RZ Panca Putra Simanjuntak berharap, agar para pemuda memacu semangat demi menyongsong masa depan bangsa Indonesia yang lebih baik. Hal itu disampaikannya dalam memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-93, Kamis (28/10).

Pengamat Pendidikan Kota Medan, Salman SPd MPd. istimewa/Sumut Pos.

Menurutnya, pemuda Indonesia maju, adalah pemuda yang memiliki karakter, kapasitas, kemampuan inovasi, kreativitas yang tinggi, mandiri, inspiratif serta mampu bertahan dan unggul dalam menghadapi persaingan dunia. “Rasa semangat itu sendiri akan menjadi pemacu untuk melakukan yang terbaik bagi Bangsa dan Negara ini,” ujarnya.

Dia juga berharap agar pemuda tetap menjaga harkat dan martabat bangsa, serta menjauhkan dogma atau cara pandang yang keliru, dalam memperingati Hari Sumpah Pemuda. “Harapan saya kepada pemuda untuk menjauhkan diri dari segala cobaan dan godaan yang menyimpang. Tetap jaga harga diri bangsa. Kita ini beda, tapi harus tetap bersatu,” katanya.

Tak lupa, dia mengajak kepada para pemuda untuk bersama-sama berjuang memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Sehingga kehidupan dan aktivitas kembali normal. “Selamat Hari Sumpah Pemuda ke-93, Pemuda Indonesia Bersatu, Bangkit dan Tumbuh,” pungkasnya.

Terpisah, Pengamat Pendidikan Kota Medan, Salman SPd MPd mengatakan, sejak pertama kali dicetuskan pada 28 Oktober 1928 silam, atau sekitar 93 tahun yang lalu, Sumpah Pemuda telah menjadi ruh perjuangan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan 1945.  Api semangat untuk hidup mandiri sebagai bangsa bebas yang telah dinyalakan sejak era Budi Utomo 1908, menyulut semangat para pemuda untuk mewujudkan langkah konkret dalam perjuangan. Di saat itu pula tumbuh kesadaran bahwa perjuangan tidak akan berhasil jika hanya dilakukan secara sporadis dan tercerai berai. 

“Hal inilah yang menjadi dasar bahwa untuk mewujudkan cita-cita sebagai bangsa yang mandiri maka diperlukan sebuah persatuan dan kesatuan. Satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa yang terangkai erat dalam satu negara yaitu Indonesia,” ujar kepada Sumut Pos, Rabu (27/10).

Dia menyebutkan, pada era milenial dan revolusi industri 4.0 saat ini, perlu mengkaji lebih dalam mengenai eksistensi nilai dan semangat Sumpah Pemuda pada generasi muda Indonesia. 

Pihaknya menilai, setidaknya terdapat tiga fakta miris yang menjadi permasalahan pemuda Indonesia saat ini yang masih jauh dari harapan, yakni rendahnya tingkat literasi. “Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Program for International Student Assessment (PISA) terhadap 70 negara dan menempatkan Indonesia diurutan ke 62. Dengan hanya berada diurutan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Indonesia termasuk negara yang memiliki literasi yang rendah atau dengan kata lain budaya membaca masyarakat Indonesia masih rendah,” kata guru di salah satu SMA Negeri di Medan ini.

Padahal, menurutnya, berdasarkan hasil sensus penduduk 2020, jumlah penduduk yang paling dominan dari populasi penduduk di Indonesia merupakan pemuda. Setidaknya terdapat 75,49 juta jiwa atau 27,94 persen merupakan generasi Z yaitu mereka yang lahir antara periode tahun 1997-2012. Selanjutnya 69,38 juta jiwa atau 25,87 persen merupakan generasi milenial yaitu mereka yang lahir pada kurun waktu 1981-1996.  “Dengan jumlah pemuda yang cukup besar tersebut dan dilihat dari survei PISA maka generasi Z dan generasi milienial Indonesia masih sangat minim dalam minat membaca,” bebernya.

Kemudian, tambahnya, tingginya penyebaran narkotika. Hal ini menjadi permasalahan selanjutnya yang menggeluti pemuda Indonesia saat ini, yaitu maraknya peredaran narkotika dan banyaknya pemuda Indonesia yang terlibat baik sebagai pengedar maupun sebagai pengguna. 

“Sebuah data yang mengejutkan dari The United Nations on Drugs and Crime (UNODC) mengungkapkan bahwa 5,6 persen penduduk dunia atau 275 juta orang dalam rentang usia 15-64 tahun pernah mengonsumsi narkoba. Dan untuk penduduk Indonesia sendiri, berdasarkan survei dari Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menemukan 2,3 juta pelajar atau mahasiswa di Indonesia pernah mengonsumsi narkotika,” paparnya.

Data yang tersaji itu, sambungnya, merupakan fakta yang sangat menyedihkan sekaligus pukulan bagi bangsa Indonesia dalam mempersiapkan generasi mudanya. “Bagaimana mungkin cita-cita bangsa akan tercapai jika para pemuda telah terjangkit dan kecanduan narkotika,” ucapnya.

Selanjutnya, pemuda apatis. Hal yang tidak kalah pentingnya untuk dikaji ialah, munculnya pemuda yang apatis terhadap kondisi yang sedang terjadi. Sikap ini bukan hanya pada kondisi diri pribadi, namun juga kecenderungan tidak mau mengambil pusing atau peranan terhadap kondisi lingkungan sekitar bahkan bangsa dan negara dalam cakupan yang lebih luas. ”Tindakan seperti ini dipengaruhi oleh arus materialisme dan hedonisme yang mengakibatkan melemahnya rasa nasionalisme dan memunculkan sikap individualisme,” pungkasnya. (dwi/ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/