25 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Banjir Rendam Ribuan Rumah di Medan Utara

TINJAU: Anggota DPRD Medan Sudari bersama warga meninjau banjir di Martubung, Rabu (29/1).
Markus/sumut pos
TINJAU: Anggota DPRD Medan Sudari bersama warga meninjau banjir di Martubung, Rabu (29/1). Markus/sumut pos

MEDAN, SUMUTPOS.CO – BANJIR juga melanda Kota Medan, Rabu (29/1). Ribuan rumah di kawasan Medan Utara terendam, mengakibatkan aktivitas masyarakat tersendat.

Pantauan Sumut Pos di lapangan, banjir yang melanda sejumlah lingkungan rumah warga terjadi di Kecamatan Medan Marelan, Medan Deli, Medan Labuhan dan Medan Belawan. Ketinggian genangan air mencapai 100 cm hingga 120 cm. Sejumlah warga yang rumahnya terendam banjir, terpaksa mengungsi ke Masjid Al Mukhlisin, Kebun Lada, Medan Labuhan. Sejumlah sekolah pun terpaksa meliburkan para siswanya.

Air juga menggenangi Pasar Yuka, Martubung. Akibatnya, para pedagang tidak bisa berjualan. Dampak banjir yang belum surut hingga menjelang tengah hari, juga dikhawatirkan dapat menimbulkan wabah penyakit. Pasalnya, aliran limbah Kawasan Industri Medan (KIM) di Kelurahan Tangkahan, Kecamatan Medan Labuhan, juga ikut meluap.

“Kalau sudah hujan lebih dari satu jam, daerah kami ini pasti banjir. Ini sudah terjadi berulang kali, karena drainase dan resapan air banyak yang tertutup. Jadi, banjir ini meluap dari KIM yang terkadang berminyak dan bau karena tercemar limbah,” kata Heri, pedagang di Pasar Yuka.

Kata pria berusia 39 tahun ini, banjir yang kerap melanda wilayah mereka disebabkan buruknya penataan drainase yang tidak pernah dilakukan perbaikan oleh pemerintah. Akibatnya, air hujan tergenang tidak mampu mengalir normal di drainase yang sudah tertumpuk sampah.

“Lihatlah, drainase sudah digenangi sampah. Bagaimana air bisa mengalir normal, kami berharap ada perhatian serius untuk membenahi drainse agar banjir tidak lagi terjadi di Kelurahan Tangkahan,” harap Heri.

Camat Medan Labuhan, Rudy Asriandi mengatakan, sejak pagi pihaknya sudah melakukan pengecekan ke sejumlah kawasan yang terendam banjir. Untuk kawasan parah terjadi di Kelurahan Sei Mati dan Tangkahan, pihaknya sudah melaporan kondisi itu ke BPPBD Kota Medan. “Kelurahan dan unsur kepling sudah turun ke lapangan, ada masyarakat yang mengungsi ke mesjid sudah kita berikan pertolongan sementara. Kita terus berjaga-jaga untuk mengecek kesehatan warga, agar menghindari penyakit gatal-gatal yang mewabah,” jelasnya.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Medan, Arjuna Sembiring mengatakan, ada beberapa titik yang menjadi pusat banjir di Kota Medan yang diakibatkan derasnya hujan pada Selasa (28/1) malam. “Daerah Medan Utara yang cukup parah banjirnya, mulai dari Medan Labuhan, Medan Deli, Marelan dan Belawan juga. Ada juga beberapa daerah lain seperti Medan Timur, tapi tidak begitu parah, tadi kita pantau sudah mulai surut,” katanya.

Saat ini, kata Arjuna, pihaknya sedang mendata rumah-rumah yang tergenang air di Kawasan Medan Utara. Namun, pihaknya belum mendirikan posko bangunan di sejumlah daerah yang terkena banjir.

“Sekarang anggota sedang di lapangan, sedang mendata berapa banyak rumah yang tergenang di sana. Belum ada permintaan dari kelurahan ataupun kecamatan, bantuan juga belum ada. Makanya ini sedang kita data dulu, kalau memang nanti ada permintaan dan ada bantuan yang akan disalurkan, tentu akan kira salurkan,” tandasnya.

Anggota DPRD Medan Dapil Medan Utara, Sudari ST mengatakan, penyebab utama banjir dengan ketinggian sepinggang itu, selain curah hujan yang cukup tinggi, juga karena buruknya drainase dan tata kelola lingkungan. Dikatakannya, kondisi terparah terjadi di Blok 8, Perumahan Griya Martubung. Rumah warga kondisinya tidak layak lagi untuk ditinggali sehingga diminta untuk mengungsi ke Masjid di komplek tersebut.

Menurut Sudari, saat ia turun langsung ke lokasi banjir, terlihat warna air kehitam-hitaman. “Diduga air bercampur limbah industri, mengingat daerah tersebut sebagiannya merupakan area Industi di Kota Medan,” ujarnya.

Ia pun meminta kepada Pemko Medan agar bisa mengatasi banjir, terutama kawasan Kelurahan Tangkahan dan Kelurahan Besar yang dinilainya sangat rawan banjir. “Kita minta pemerintah cepat tanggap terhadap banjir yang sudah sering terjadi di sana,” tuturnya.

Salah satu upaya untuk mengatasinya, terang Sudari, yakni Pemko Medan harus menggandeng PT KIM (Kawasan Industri Medan) untuk sama-sama mencari jalan keluarnya, sehingga masyarakat tidak selalu terancam jiwanya setiap hujan turun. “Belasan tahun permasalahan banjir di Kelurahan Tangkahan Kecamatan Medan Labuhan tak kunjung selesai. Bahkan banjir yang selalu membawa limbah ke pemukiman warga menjadi momok yang menakutkan, ini menyangkut kesehatan masyarakat,” terangnya.

Sudari pun megimbau kepada masyarakat agar selalu membersihkan drainase di sekitar rumah dan tidak membuang sampah sembarangan ke parit. “Masyarakat juga harus punya kesadaran yang tinggi untuk menjaga kebersihan lingkungan, terutama jangan membuang sampah ke parit sembarangan,” terangnya.

Menyikapi ini, Ketua DPRD Kota Medan, Hasyim SE meminta Pemko Medan segera mengambil tindakan terarah. Tingginya debit air hujan tak sanggup ditampung oleh drainase yang sudah semakin dangkal. “Sebelumnya, BMKG telah memberikan imbauan untuk mempersiapkan diri menyambut perkiraan cuaca dengan curah hujan tinggi. Walau begitu tak ada yang bisa menahan hujan, tapi Pemko harus koordinasi dengan BWS agar melakukan pengerukan drainase yang makin dangkal,” ujar Hasyim di Kantor DPRD Medan.

Hasyim berharap, proaktif Pemko Medan mampu mengurangi titik banjir di beberapa titik. “Jika serius menanggulangi banjir, tak mustahil kita bisa menghilangkan titik banjir di Kota Medan,” tandasnya.

Selain kawasan Medan Utara, banjir juga terjadi di Kecamatan Medan Kota, tepatnya di kawasan Jalan Puri dan Jalan Amaliun. Dari data yang terhimpun, kawasan Medan Tembung juga mengalami banjir, yakni di kawasan Jalan Tangguk Bongkar dan Mandala.

Anggota Komisi II DPRD Medan, Afif Abdillah mengatakan, persoalan banjir bukan hanya masalah infrastruktur, tetapi juga sistem yang belum terbangun dengan baik oleh Pemko Medan. “Kalau infrastruktur itu soal anggaran, kita yakin DPRD siap menganggarkannya seperti tahun-tahun sebelumnya. Tetapi apakah itu saja cukup? Saya bilang tidak. Pemko Medan harus punya sistem yang tepat untuk mencegah dan menanggulangi banjir di Kota Medan,” terang Afif.

Sistem itu, katanya, dengan harus adanya upaya langsung setiap kali hujan deras turun di Kota Medan sebelum banjir terjadi. Disebutnya, harus ada pihak yang turun langsung ke lapangan untuk mengecek langsung kondisi drainase dan saluran air di saat hujan turun.

“Pemko harus menunjuk pihak yang bertanggungjawab di daerahnya, seperti melibatkan kepala lingkungan, kelurahan hingga kecamatan untuk bertanggungjawab dalam mencegah banjir di daerahnya masing-masing. Supaya setiap kali hujan turun, mereka harus langsung mengecek. Dan sebelum hujan turun, mereka sudah melakukan langkah-langkah pencegahan. Harus ada upaya yang sistematis dari Pemko,” tutupnya.

Hujan Masih Terjadi 3 Hari ke Depan

Intensitas curah hujan yang mengguyur Kota Medan dan sejumlah daerah lainnya di Sumut pada Selasa (28/1) malam lalu, memang tergolong tinggi sehingga mengakibatkan sejumlah kawasan terendam banjir. Karenanya, masyarakat diimbau tetap waspada karena hujan deras diperkirakan bakal terjadi hingga tiga hari ke depan.

“Kondisi curah hujan yang tinggi itu kita prediksi masih akan berlanjut di Kota Medan dan sekitarnya setidaknya hingga 2 atau 3 hari ke depan. Untuk lebih detailnya, kita akan terus mengupdate informasi terkait perkiraan cuaca agar dapat di akses oleh masyarakat,” kata Kepala Bidang Data dan Informasi pada Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah I Medan, Erida kepada Sumut Pos, Rabu (29/1).

BBMKG Wilayah I Medan memperkirakan, intensitas hujan disertai petir beberapa hari ke depan terjadi di kawasan pegunungan, lereng timur, dan pantai timur dan lereng barat (Sumut) yang dapat berpotensi banjir dan longsor. Salah satu prakirawan BBMKG Wilayah I Medan, Martha Rosefina Manurung kepada wartawan mengatakan, dari data BBMKG tercatat bahwa hujan deras disertai petir pada siang hari berpeluang terjadi di Stabat, Pematang Raya, Kisaran, Rantau Prapat, Panyabungan, Panguruan, Pematang Siantar, Tanjungbalai, Kota Pinang dan Aek Kanopan. “Hujan diperkirakan juga terjadi di malam hari, dengan intensitas ringan hingga sedang,” tandas Martha. (fac/map/gus)

TINJAU: Anggota DPRD Medan Sudari bersama warga meninjau banjir di Martubung, Rabu (29/1).
Markus/sumut pos
TINJAU: Anggota DPRD Medan Sudari bersama warga meninjau banjir di Martubung, Rabu (29/1). Markus/sumut pos

MEDAN, SUMUTPOS.CO – BANJIR juga melanda Kota Medan, Rabu (29/1). Ribuan rumah di kawasan Medan Utara terendam, mengakibatkan aktivitas masyarakat tersendat.

Pantauan Sumut Pos di lapangan, banjir yang melanda sejumlah lingkungan rumah warga terjadi di Kecamatan Medan Marelan, Medan Deli, Medan Labuhan dan Medan Belawan. Ketinggian genangan air mencapai 100 cm hingga 120 cm. Sejumlah warga yang rumahnya terendam banjir, terpaksa mengungsi ke Masjid Al Mukhlisin, Kebun Lada, Medan Labuhan. Sejumlah sekolah pun terpaksa meliburkan para siswanya.

Air juga menggenangi Pasar Yuka, Martubung. Akibatnya, para pedagang tidak bisa berjualan. Dampak banjir yang belum surut hingga menjelang tengah hari, juga dikhawatirkan dapat menimbulkan wabah penyakit. Pasalnya, aliran limbah Kawasan Industri Medan (KIM) di Kelurahan Tangkahan, Kecamatan Medan Labuhan, juga ikut meluap.

“Kalau sudah hujan lebih dari satu jam, daerah kami ini pasti banjir. Ini sudah terjadi berulang kali, karena drainase dan resapan air banyak yang tertutup. Jadi, banjir ini meluap dari KIM yang terkadang berminyak dan bau karena tercemar limbah,” kata Heri, pedagang di Pasar Yuka.

Kata pria berusia 39 tahun ini, banjir yang kerap melanda wilayah mereka disebabkan buruknya penataan drainase yang tidak pernah dilakukan perbaikan oleh pemerintah. Akibatnya, air hujan tergenang tidak mampu mengalir normal di drainase yang sudah tertumpuk sampah.

“Lihatlah, drainase sudah digenangi sampah. Bagaimana air bisa mengalir normal, kami berharap ada perhatian serius untuk membenahi drainse agar banjir tidak lagi terjadi di Kelurahan Tangkahan,” harap Heri.

Camat Medan Labuhan, Rudy Asriandi mengatakan, sejak pagi pihaknya sudah melakukan pengecekan ke sejumlah kawasan yang terendam banjir. Untuk kawasan parah terjadi di Kelurahan Sei Mati dan Tangkahan, pihaknya sudah melaporan kondisi itu ke BPPBD Kota Medan. “Kelurahan dan unsur kepling sudah turun ke lapangan, ada masyarakat yang mengungsi ke mesjid sudah kita berikan pertolongan sementara. Kita terus berjaga-jaga untuk mengecek kesehatan warga, agar menghindari penyakit gatal-gatal yang mewabah,” jelasnya.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Medan, Arjuna Sembiring mengatakan, ada beberapa titik yang menjadi pusat banjir di Kota Medan yang diakibatkan derasnya hujan pada Selasa (28/1) malam. “Daerah Medan Utara yang cukup parah banjirnya, mulai dari Medan Labuhan, Medan Deli, Marelan dan Belawan juga. Ada juga beberapa daerah lain seperti Medan Timur, tapi tidak begitu parah, tadi kita pantau sudah mulai surut,” katanya.

Saat ini, kata Arjuna, pihaknya sedang mendata rumah-rumah yang tergenang air di Kawasan Medan Utara. Namun, pihaknya belum mendirikan posko bangunan di sejumlah daerah yang terkena banjir.

“Sekarang anggota sedang di lapangan, sedang mendata berapa banyak rumah yang tergenang di sana. Belum ada permintaan dari kelurahan ataupun kecamatan, bantuan juga belum ada. Makanya ini sedang kita data dulu, kalau memang nanti ada permintaan dan ada bantuan yang akan disalurkan, tentu akan kira salurkan,” tandasnya.

Anggota DPRD Medan Dapil Medan Utara, Sudari ST mengatakan, penyebab utama banjir dengan ketinggian sepinggang itu, selain curah hujan yang cukup tinggi, juga karena buruknya drainase dan tata kelola lingkungan. Dikatakannya, kondisi terparah terjadi di Blok 8, Perumahan Griya Martubung. Rumah warga kondisinya tidak layak lagi untuk ditinggali sehingga diminta untuk mengungsi ke Masjid di komplek tersebut.

Menurut Sudari, saat ia turun langsung ke lokasi banjir, terlihat warna air kehitam-hitaman. “Diduga air bercampur limbah industri, mengingat daerah tersebut sebagiannya merupakan area Industi di Kota Medan,” ujarnya.

Ia pun meminta kepada Pemko Medan agar bisa mengatasi banjir, terutama kawasan Kelurahan Tangkahan dan Kelurahan Besar yang dinilainya sangat rawan banjir. “Kita minta pemerintah cepat tanggap terhadap banjir yang sudah sering terjadi di sana,” tuturnya.

Salah satu upaya untuk mengatasinya, terang Sudari, yakni Pemko Medan harus menggandeng PT KIM (Kawasan Industri Medan) untuk sama-sama mencari jalan keluarnya, sehingga masyarakat tidak selalu terancam jiwanya setiap hujan turun. “Belasan tahun permasalahan banjir di Kelurahan Tangkahan Kecamatan Medan Labuhan tak kunjung selesai. Bahkan banjir yang selalu membawa limbah ke pemukiman warga menjadi momok yang menakutkan, ini menyangkut kesehatan masyarakat,” terangnya.

Sudari pun megimbau kepada masyarakat agar selalu membersihkan drainase di sekitar rumah dan tidak membuang sampah sembarangan ke parit. “Masyarakat juga harus punya kesadaran yang tinggi untuk menjaga kebersihan lingkungan, terutama jangan membuang sampah ke parit sembarangan,” terangnya.

Menyikapi ini, Ketua DPRD Kota Medan, Hasyim SE meminta Pemko Medan segera mengambil tindakan terarah. Tingginya debit air hujan tak sanggup ditampung oleh drainase yang sudah semakin dangkal. “Sebelumnya, BMKG telah memberikan imbauan untuk mempersiapkan diri menyambut perkiraan cuaca dengan curah hujan tinggi. Walau begitu tak ada yang bisa menahan hujan, tapi Pemko harus koordinasi dengan BWS agar melakukan pengerukan drainase yang makin dangkal,” ujar Hasyim di Kantor DPRD Medan.

Hasyim berharap, proaktif Pemko Medan mampu mengurangi titik banjir di beberapa titik. “Jika serius menanggulangi banjir, tak mustahil kita bisa menghilangkan titik banjir di Kota Medan,” tandasnya.

Selain kawasan Medan Utara, banjir juga terjadi di Kecamatan Medan Kota, tepatnya di kawasan Jalan Puri dan Jalan Amaliun. Dari data yang terhimpun, kawasan Medan Tembung juga mengalami banjir, yakni di kawasan Jalan Tangguk Bongkar dan Mandala.

Anggota Komisi II DPRD Medan, Afif Abdillah mengatakan, persoalan banjir bukan hanya masalah infrastruktur, tetapi juga sistem yang belum terbangun dengan baik oleh Pemko Medan. “Kalau infrastruktur itu soal anggaran, kita yakin DPRD siap menganggarkannya seperti tahun-tahun sebelumnya. Tetapi apakah itu saja cukup? Saya bilang tidak. Pemko Medan harus punya sistem yang tepat untuk mencegah dan menanggulangi banjir di Kota Medan,” terang Afif.

Sistem itu, katanya, dengan harus adanya upaya langsung setiap kali hujan deras turun di Kota Medan sebelum banjir terjadi. Disebutnya, harus ada pihak yang turun langsung ke lapangan untuk mengecek langsung kondisi drainase dan saluran air di saat hujan turun.

“Pemko harus menunjuk pihak yang bertanggungjawab di daerahnya, seperti melibatkan kepala lingkungan, kelurahan hingga kecamatan untuk bertanggungjawab dalam mencegah banjir di daerahnya masing-masing. Supaya setiap kali hujan turun, mereka harus langsung mengecek. Dan sebelum hujan turun, mereka sudah melakukan langkah-langkah pencegahan. Harus ada upaya yang sistematis dari Pemko,” tutupnya.

Hujan Masih Terjadi 3 Hari ke Depan

Intensitas curah hujan yang mengguyur Kota Medan dan sejumlah daerah lainnya di Sumut pada Selasa (28/1) malam lalu, memang tergolong tinggi sehingga mengakibatkan sejumlah kawasan terendam banjir. Karenanya, masyarakat diimbau tetap waspada karena hujan deras diperkirakan bakal terjadi hingga tiga hari ke depan.

“Kondisi curah hujan yang tinggi itu kita prediksi masih akan berlanjut di Kota Medan dan sekitarnya setidaknya hingga 2 atau 3 hari ke depan. Untuk lebih detailnya, kita akan terus mengupdate informasi terkait perkiraan cuaca agar dapat di akses oleh masyarakat,” kata Kepala Bidang Data dan Informasi pada Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah I Medan, Erida kepada Sumut Pos, Rabu (29/1).

BBMKG Wilayah I Medan memperkirakan, intensitas hujan disertai petir beberapa hari ke depan terjadi di kawasan pegunungan, lereng timur, dan pantai timur dan lereng barat (Sumut) yang dapat berpotensi banjir dan longsor. Salah satu prakirawan BBMKG Wilayah I Medan, Martha Rosefina Manurung kepada wartawan mengatakan, dari data BBMKG tercatat bahwa hujan deras disertai petir pada siang hari berpeluang terjadi di Stabat, Pematang Raya, Kisaran, Rantau Prapat, Panyabungan, Panguruan, Pematang Siantar, Tanjungbalai, Kota Pinang dan Aek Kanopan. “Hujan diperkirakan juga terjadi di malam hari, dengan intensitas ringan hingga sedang,” tandas Martha. (fac/map/gus)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/