MEDAN, SJMUTPOS.CO – Persahabatan dan kebersamaan adalah kunci dalam mencegah perpecahan bangsa. Hal itu disampaikan Rahmat Shah saat memperingati setahun wafatnya Alm Jendral TNI (Purn) Widjojo Soejono, Tokoh Pejuang Bangsa di ‘Rahmat’ International Wildlife Museum & Gallery, Jalan S Parman Medan, Sabtu (29/4) lalu.
Turut hadir Pangdam I/BB Mayjen TNI Achmad Daniel Chardin, Dandim 0201/Medan, Dankosek 1, Danyonmarhamlan 1 Belawan, Anggota DPR RI Romo HR Muhammad Syafii, Ketua Dewan Harian Daerah Badan Pembudayaan Kejuangan 45 Provinsi Sumatera Utara (DHD 45 Sumut) Mayjen TNI (Purn) Muhammad Hasyim, Wakil Ketua DPRD Medan Rajudin Sagala, MUI Kota Medan, Ketua PWI Sumut, PMI Sumut, FORKI Sumut, serta rekanan.
Kegiatan diawali salat berjamaah, dilanjutkan pemutaran video persahabatan Rahmat Shah dengan Jendral TNI (Purn) Widjojo Soejono semasa hidup. Di mana keduanya bertemu pada 1983, satu tahun setelah Widjojo Soejono pensiun dari TNI dengan jabatan Kepala Staf Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib).
“Banyak ilmu dan pelajaran yang saya dapat dari beliau (Alm Widjo Soejono). Khususnya dalam hal disiplin dan kepedulian terhadap sesama, juga satwa,” ungkap Rahmat dalam sambutannya.
Terlebih dari itu, lanjut Rahmat, meski telah berhenti dari TNI, Widjojo Soejono tetap melanjutkan pengabdiannya kepada bangsa ini. Khususnya menjaga persatuan dan kesatuan.
“Beliau tidak pernah sekalipun mengucapkan kata-kata yang memecah belah. Tapi selalu mengingatkan untuk menjaga kebersamaan di atas segalanya,” tutur Presiden Yayasan Rahmat Indonesia ini.
Adapun pesan Alm Widjojo Soejono tersebut, lanjut Rahmat, sangat penting dalam menghadapi tahun politik 2024 mendatang. Warga Sumatera Utara khususnya, diharapkan bijaksana dalam menentukan pilihan politiknya.
Pangdam I/BB, Mayjen TNI Achmad Daniel Chardin sendiri, mengenang Alm Widjojo Soejono sebagai pelopor lahirnya TNI Angkatan Darat (AD). Dan satu penggagas Sapta Marga, serta 11 azas kepemimpinan yang menjadi koridor dalam menjalankan tugas sebagai pimpinan TNI AD. Satu dari 11 azas kepemimpinan adalah TNI hanya berpolitik negara.
“TNI tidak berpolitik praktis, namun memberi ruang dan tempat yang sama kepada seluruh putra terbaik negara untuk maju. Politik bernegara ini ditandai adanya pemerintahan yang sah, melindungi warga negara, menjaga wilayah, dan konstitusi,” tegasnya.
Daniel pun memberi apresiasi kepada Rahmat Shah, yang konsisten menjalin silaturahim melalui berbagai kegiatan didasarkan kasih sayang dalam menyampaikan kebenaran dan kesabaran. Sebagaimana ajaran Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam kepada umatnya.
Diharapkan jalinan silaturahim ini membangun kebersamaan yang kuat di antara sesama umat Islam dalam memilih pemimpin nantinya. Yakni pemimpin yang memiliki kasih sayang kepada rakyatnya.
Sementara itu, dalam tausyiahnya, Prof Muzakir mengutip pendapat dari pengamat militer, Prof Salim Said, bangsa menjadi hebat karena ada yang ditakuti, khususnya takut kepada Allah Subhanahu wa Taala. Seperti Singapura yang bangkit karena ketakutan terhadap dominasi bangsa Melayu; Korea Selatan yang takut dengan Korea Utara; Taiwan yang takut dikuasai Tuigkok.
“Karena itu, pilihlah pemimpin yang takut kepada Allah dan memiliki kasih kepada umat manusia,” pesannya. (saz)