Site icon SumutPos

Belum Ambil Ijazah, Siswa IPA Itu Pendiam dan Taat Agama

Foto: Teddy Akbari/Sumut Pos Humas SMAN 4 Medan, Marisda Sipayung di ruang belajar kelas XII IPA, Senin (29/8/2016). Menurutnya, Ivan dikenal sebagai siswa pendiam dan taat agama.
Foto: Teddy Akbari/Sumut Pos
Humas SMAN 4 Medan, Marisda Sipayung di ruang belajar kelas XII IPA, Senin (29/8/2016). Menurutnya, Ivan dikenal sebagai siswa pendiam dan taat agama.

Heboh teror bom Misa Gereja Katolik Stasi Santo Yosep Jalan Dr Mansyur, Medan Selayang sampai ke SMA Negeri 4 Medan. Di sekolah Jalan Gelas, Medan Petisah itu, Ivan Armadi Hasugian (18) tercatat sebagai alumni tahun ajaran 2015/2016. Saat di bangku sekolah, Ivan dikenal sebagai anak yang disiplin, taat agama, dan pendiam. Tapi kini sudah berubah, ia membuat teror yang menakutkan banyak orang.

—————–

M Idris-Medan
—————–

Sumut Pos mendatangi Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 4 Medan di Jalan Gelas, Medan Petisah. Di sekolah itu, sejumlah guru-guru sudah memperbincangkan tentang aksi yang dilakukan Ivan Armadi Hasugian, alumni SMAN4 jurusan IPA.

Para guru-guru pun tak menyangka aksi teror bom Misa yang dilakukan Ivan. Pasalnya, selama tiga tahun mengecam pendidikan, Ivan diketahui tak pernah buat salah ataupun melawan guru. Ia dikenal sebagai siswa yang pendiam dan prestasi standar.

“Ivan memang alumni sekolah kita. Sejak duduk di kelas 1, Ivan jurusan IPA,” kata Humas SMAN 4 Medan, Marisda Sipayung, Senin (29/8) saat di temui di sekolah tersebut.

Dia menuturkan, selama di sekolah, Ivan terkenal rajin salat. Bahkan, salat sunah, seperti Salat Duha kerap dilakukannya. Hal itu sangat positif, walaupun Ivan dikenal sebagai seorang pendiam. “Wajar-wajar saja, seperti sosok pelajar lainnya. Pintar kali enggak, biasa lah. Prestasi enggak ada, standar sajalah,” ujarnya.

Marisda menambahkan, Ivan juga terkadang saja mengikuti ekstrakulikuler di SMAN 4 Medan. Namun, untuk keagamaan, Ivan memang cukup kuat. “Pergaulan memang tertutup. Sosialisasinya kurang. Enggak pernah ganggu pelajar lainnya,” katanya.

Menurut dia, Ivan kerap menghabiskan waktunya di kelas saja. Selain itu, Ivan dikenal sosok pelajar yang tekun dan diam yang enggak banyak berkomentar. “Kalau tingkah kepada luar agama, dia tidak ada tingkah aneh. Sopan. Enggak pernah ganggu orang,” sebutnya.

Bahkan, karena baiknya Ivan selama menjalani pendidikan SMA N4, Ivan tidak pernah bolos sekolah. Apalagi, terlambat masuk pun juga tidak. Jadi, itu siswa yang disiplin dalam mengikuti aturan sekolah. “Terkadang ada siswa yang minta izin keluar dari sekolah, dengan berbagai alasan. Setelah itu, tidak kembali lagi. Namun, Ivan orangnya tidak seperti itu,” tuturnya.

Lebih lanjut, Marisda mengatakan, selama menempuh pendidikan, Ivan memang tak memiliki prestasi pendidikan. Tapi, Ivan selalu mengikuti pembelajaran dengan serius. “Untuk nilai dia cukup lumayan, tidak kurang dan tidak menonjol. Bila dirata-ratakan 7 koma sekian. Akan tetapi, kemauan belajar atau semangatnya cukup besar. Kalau pas saya mengajar, dia itu aktif bertanya,” sebutnya.

Marisda juga menyampaikan, Ivan juga memiliki karakter yang serius dan tidak humoris. Dia juga tidak suka ngumpul-ngumpul. Sewaktu kelas X (kelas 1 SMA), dia duduk di bangku barisan paling depan. ”Kalau kelas XII IPA 4, dia duduk di barisan ketiga dari meja guru. Dan, sewaktu kelas 3 ibadahnya semakin rajin,” ungkapnya.

Marisda menuturkan, ketika duduk di bangku sekolah, Ivan tidak memiliki teman dekat dan bahkan pacar. Kalau pulang sekolah dia selalu sendiri dan waktu istirahat atau makan siang tidak ke kantin. Dia makan siang di meja kelasnya, karena membawa makanan dari rumah.

“Saya tidak mengetahui setelah dia tamat akan melanjutkan pendidikan ke mana atau bekerja. Karena, sampai sekarang saya belum mendapat kabar. Ijazah dia pun belum keluar sama seperti siswa lainnya yang tamat seangkatannya. Namun, SKTL (Surat Keterangan Tanda Lulus) telah diterimanya,” jelas Marisda.

Dia menambahkan, orangtua Ivan memang disebut care (peduli). Artinya, orangtua Ivan selalu menanyakan tentang anak ketiga dari tiga bersaudaranya ini, terkait bagaimana keadaan di sekolah. Atas kejadian yang menimpa Ivan, pihak sekolah merasa tidak nyaman. “Enggak enak kami merasa pihak sekolah. Dia alumni sini. Baru setahun lalu tamat,” kata dia.

Marisda berharap, agar orangtua Ivan selalu memberikan evaluasi kepada anaknya. Sebab, pihak sekolah tak mungkin memantau aktivitas Ivan jika jam sekolah sudah berakhir.”Dia anaknya enggak pernah cabut sekolah. Enggak menyangka kita seperti itu. Kalau sudah waktunya salat, dia itu harus salat. Kami enggak menghalangi. Kadang-kadang pagi, masih jam pelajaran kedua, solat dia,” tandasnya.

Diceritakan Marisda, ia mengetahui Ivan ditangkap sebagai pelaku teror bom gereja dari suaminya. “Saya tahunya dari suami, kebetulan lagi buka Facebook. Dibilangnya di Gereja Santo Yoseph ada teror bom. Lalu, dilihat foto-foto yang tersebar di media sosial dan ada gambar KTP dia. Kemudian, kami perjelas gambar KTP dan ternyata si Ivan. Setelah tahu, saya menghubungi kepala sekolah,” terangnya.

Terpisah, kediaman orangtua pelaku Ivan di Jalan Setia Budi Gang Sehati, Tanjung Sari, Medan Selayang terlihat hening. Polisi yang sudah menggeledah rumah bernomor 26 itu, masih tetap memasang garis polisi.

Tepat pukul 12.15 WIB, kedua orangtua Ivan, M Hasugian dan Arista Purba serta kakak perempuannya Eva Hasugian, memasuki rumahnya. Disebut-sebut, mereka usai menjalani pemeriksaan intensif oleh polisi, sejak Minggu (28/8).

“ Istirahat mereka (Orangtua Pelaku, Red). Belum bisa diganggu. Mereka kan diperiksa kemarin terkait kasus itu,” kata seorang anggota polisi yang berjaga di depan rumah no 26 itu.

Berselang beberapa saat kemudian, Arista keluar dari rumah. Pegawai Dinkes Kota Medan itu mengendarai sepedamotor Yamaha Mio Soul warna biru. Setelah 20 menit keluar, akhirnya kembali membawa rantang berisi makanan untuk makan siang.

Saat ditemui di depan pagar rumahnya, wajah wanita setengah baya itu tampak pucat, matanya membengkak. Namun, tak satu pun kata keluar dari mulutnya ketika ditanya kabarnya.

Sementara, Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Medan, Kompol Fahrizal mengaku, orangtua pelaku Ivan masih diperiksa.”Nanti ya, masih diperiksa ini,” kata Fahrizal saat dihubungi pukul 15.05 WIB. (ditambahkan teddy/ril)

Exit mobile version