MEDAN, SUMUTPOS.CO – Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah I Sumatera Utara (Sumut) mencatat, sudah 36 Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Sumut yang melapor ke LLDikti Wilayah 1 Sumut untuk penerimaan bantuan kuota dari pemerintah sebesar 50 GB per mahasiswa/dosen per bulan di tahap pertama ini Namun sayangnya, masih banyak nomor telepon mahasiswa dan dosen yang tak valid.
Kepala LLDikti Wilayah 1 Sumut, Prof Dian Armanto MPd MA MSc PhD, mengatakan, adapun 36 PTS di Sumut yang melapor ke LLDikti Wilayah 1 Sumut untuk penerimaan bantuan kuota tersebut, yakni, Stikes St Elisabet, Institut Kesehatan Deli Husada, STKIP Amal Bakti, AMIK Medicom, STIE Bina Karya, Universitas Potensi Utama, Akbid Paluta Husada, STIKes Murni Teguh, Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Nias Selatan dan Politeknik Wilmar Bisnis Indonesia.
Kemudian, Universitas HKBP Nommensen Medan, IKIP Gunungsitoli, STMIK KAPUTAMA, STIKes Mitra Husada Medan, Politeknik Tanjungbalai, Institut Kesehatan Helvetia. “Untuk Institut Kesehatan Helvetia ini, dari 174 dosen yang diajukan baru 164 yang telah terealisasi dan mahasiswa belum ada yang terealisasi,” ucapnya.
Selanjutnya, Universitas Medan Area, Sekolah Tinggi Iilmu Ekonomi Muhammadiyah Asahan, Universitas Amir Hamzah, Universitas Methodist Indonesia, UMN Al Washliyah, Akper Harapan Mama, STT Sinar Husni, STMIK Mikroskill Medan, Politeknik Bisnis Indonesia, Sekolah Tinggi Cani Akuntansi dan Manajemen Indonesia, STIE Mikroskill, Akbid Harapan Mama, Stikes Indah Medan dan Universitas Haji Sumut.
Untuk yang berikutnya, adalah Politeknik Ganeshha Medan, Universitas Imelda Medan, STKIP Al Maksum Langkat, STIKES Sakinah Husada Tanjungbalai, Institut Pendidikan Tapanuliselatan serta STIE Pembangunan Nasional.
“Kendalanya tidak banyak, yang terpenting terdata di pangkalan data. Jika ada dosen atau mahasiswa yang belum menerima bantuan kuota, maka solusinya diperbaiki kekurangan datanya dan di bulan Oktober 2020 dapat menerima bantuan tersebut,” ujar Dian, Selasa (29/9).
Dian mengatakan, dari seluruh nomor handphone mahasiswa dan dosen yang sudah masuk, jumlah yang tervalidasi berada di bawah jumlah rata-rata nasional. Seperti, mahasiswa yang mengisi data ada sebanyak 71,77 persen. Sementara jumlah yang terverifikasi sebanyak 58,32 persen dan yang valid sebanyak 49,68 persen. “Jumlah ini lebih kecil dari rata-rata nasional,” ungkap Dian lagi.
Kemudian, sebanyak 202.066 mahasiswa mengisikan data nomor handphone. Namun, masih banyak yang nomor handphonenya tidak valid. Hal serupa terjadi juga pada dosen. Dari sebanyak 55,25 persen data yang terisi, yang valid ada sebanyak 51,57 persen.”Ini juga lebih kecil dari rata-rata nasional,” paparnya.
Sekadar diketahui, Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan kebudayaan (Kemendikbud) memberikan subsidi kuota internet gratis untuk siswa, guru, mahasiswa, dan dosen selama empat bulan mulai September hingga Desember 2020.
Setiap bulannya, siswa akan mendapatkan kuota internet sebesar 35 GB per bulan, untuk guru sebesar 42 GB per bulan, sementara mahasiswa dan dosen sebesar 50 GB per bulan.
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (PAUD Dikdasmen) Kemendikbud, Jumeri mengatakan, subsidi itu upaya dari Kemendikbud dalam memberikan solusi pelaksanaan pendidikan jarak jauh (PJJ). (mag-1/ila)