30 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Dari Luar Negeri untuk Anak Panti

Komunitas Triple P Memaknai Semangat Sumpah Pemuda

Komunitas Triple P (Pemuda Pemudi Panti) adalah kumpulan anak muda yang tergerak hatinya untuk berjuang memerangi permasalahan sosial di masyarakat. Mereka ingin memberi manfaat pada lingkungannya, melalui hal-hal kecil yang mampu Disumbangkan. Seperti apa?

Muhammad Sahbainy, Medan

Komunitas Triple P berkantor di Jalan Karantina No 52/70 Medan. Saat wartawan koran ini berkunjung ke sana, Senin (29/10) kemarin, disambut senyum ramah dari seorang gadis bernama Andini. Dia adalah Bendahara Triple P yang kemarin didampingi Bunga, sebagai salah satu anggota komitas Triple P.

Volunteer Komunitas Triple P.//Muhammad Sahbainy/SUMut POS
Volunteer Komunitas Triple P.//Muhammad Sahbainy/SUMut POS

Menurut Andini, Triple P mereka bentuk pada 2011 silam. Berawal dari pengalaman beberapa orang dari mereka setelah mengikuti program pertukaran mahasiswa keluar negeri. Mereka adalah Andini ke Australia, Dian ke Kanada, dan Uci ke Malaysia.

Mereka merasa terbeban untuk membagikan ilmu yang didapat kepada orang yang membutuhkan. “Karena saya merasa sudah dikuliahkan oleh negara tidak memberikan ilmu tersebut dengan orang yang membutuhkan,” ucapnya.
Anak panti asuhan sengaja dipilih, mengalahkan minat mereka membimbing anak jalanan. “Kalau untuk anak jalan dan lainnya pasti sudah banyak orang yang membantu mereka,” ujar Andini.

Ada banyak hal yang mereka ajarkan kepada anak panti tersebut. Seperti Bahasa Inggris, Bahasa Jepang, Mandarin. Selain itu, mereka memberikan ilmu keterampilanseperti computer dan seni. “Intinya mereka dapat ilmu yang ke depannya ada nilai ekonomi yang mereka dapat,” ucapnya.

Saat ini mereka sudah mengajarkan empat panti asuhan yang ada di kota Medan. Sesuai jadwal yang disusun, setiap minggunya  mereka memberi pengajaran ke panti-panti asuhan tersebut, antara lain panti asuhan Alwasliyah Brayan, YAB di Padang Bulan, Muhammadiyah di Bromo dan Rumah Anak Madani (RAM) di Marelan. Mereka membina 15 siswa SMP dan 15 siswa SMA masing-masing panti asuhan, setiap kali pertemuan.

Andini mengaku banyak kendala yang mereka hadapai. Antara lain, kurangnya tenaga sukarelawan (volunteer). “ada juga panti asuhan yang tidak mau anak-anaknya diajar karena pihak yayasan beranggapan waktu anak panti tersebut tidak ada, atau malah tempat mereka yang jauh dan sulit dijangkau,” katanya.

Pembekalan ilmu yang didapatkannya di luar negeri kebanyakan bermanfaat untuk perubahan mental anak, seperti meningkatkan keberanian berbahasa Inggris. “Kita tidak mengajarkan mereka rumus, tapi kita ajarkan pada convertation (percakapan),” katanya.

Dari pembelajaran yang sudah mereka lakukan tersebut, anak panti asuhan itu pernah diikut sertakan lomba berbahasa Inggris di kampus dan maupun di sekolah. “Walupun untuk saat ini belum ada prestasi, yang penting mental mereka sudah terbentuk dan tak malu lagi untuk belajar,” katanya.

Untukm endukung proses pembelajaran, Triple P turut memberikan buku pelajaran, poster, cat. “Ke depannya kita akan membuat perpustakaan untuk anak panti asuhan itu. Kita sudah bekerja sama dengan salah satu bank untuk pengadaan komputer,” ucapnya.

Andini berharap, makin banyak pemuda Indonesia yang memiliki kepekaan sosial dan mau membantu orang yang membutuhkan, termasuk ikut bergabung dengan mereka. “Dan kami ingin komunitas ini berkembang dan juga ada pengajar-pengajar yang baru untuk mengantikannya,” ucapnya.(*)

Komunitas Triple P Memaknai Semangat Sumpah Pemuda

Komunitas Triple P (Pemuda Pemudi Panti) adalah kumpulan anak muda yang tergerak hatinya untuk berjuang memerangi permasalahan sosial di masyarakat. Mereka ingin memberi manfaat pada lingkungannya, melalui hal-hal kecil yang mampu Disumbangkan. Seperti apa?

Muhammad Sahbainy, Medan

Komunitas Triple P berkantor di Jalan Karantina No 52/70 Medan. Saat wartawan koran ini berkunjung ke sana, Senin (29/10) kemarin, disambut senyum ramah dari seorang gadis bernama Andini. Dia adalah Bendahara Triple P yang kemarin didampingi Bunga, sebagai salah satu anggota komitas Triple P.

Volunteer Komunitas Triple P.//Muhammad Sahbainy/SUMut POS
Volunteer Komunitas Triple P.//Muhammad Sahbainy/SUMut POS

Menurut Andini, Triple P mereka bentuk pada 2011 silam. Berawal dari pengalaman beberapa orang dari mereka setelah mengikuti program pertukaran mahasiswa keluar negeri. Mereka adalah Andini ke Australia, Dian ke Kanada, dan Uci ke Malaysia.

Mereka merasa terbeban untuk membagikan ilmu yang didapat kepada orang yang membutuhkan. “Karena saya merasa sudah dikuliahkan oleh negara tidak memberikan ilmu tersebut dengan orang yang membutuhkan,” ucapnya.
Anak panti asuhan sengaja dipilih, mengalahkan minat mereka membimbing anak jalanan. “Kalau untuk anak jalan dan lainnya pasti sudah banyak orang yang membantu mereka,” ujar Andini.

Ada banyak hal yang mereka ajarkan kepada anak panti tersebut. Seperti Bahasa Inggris, Bahasa Jepang, Mandarin. Selain itu, mereka memberikan ilmu keterampilanseperti computer dan seni. “Intinya mereka dapat ilmu yang ke depannya ada nilai ekonomi yang mereka dapat,” ucapnya.

Saat ini mereka sudah mengajarkan empat panti asuhan yang ada di kota Medan. Sesuai jadwal yang disusun, setiap minggunya  mereka memberi pengajaran ke panti-panti asuhan tersebut, antara lain panti asuhan Alwasliyah Brayan, YAB di Padang Bulan, Muhammadiyah di Bromo dan Rumah Anak Madani (RAM) di Marelan. Mereka membina 15 siswa SMP dan 15 siswa SMA masing-masing panti asuhan, setiap kali pertemuan.

Andini mengaku banyak kendala yang mereka hadapai. Antara lain, kurangnya tenaga sukarelawan (volunteer). “ada juga panti asuhan yang tidak mau anak-anaknya diajar karena pihak yayasan beranggapan waktu anak panti tersebut tidak ada, atau malah tempat mereka yang jauh dan sulit dijangkau,” katanya.

Pembekalan ilmu yang didapatkannya di luar negeri kebanyakan bermanfaat untuk perubahan mental anak, seperti meningkatkan keberanian berbahasa Inggris. “Kita tidak mengajarkan mereka rumus, tapi kita ajarkan pada convertation (percakapan),” katanya.

Dari pembelajaran yang sudah mereka lakukan tersebut, anak panti asuhan itu pernah diikut sertakan lomba berbahasa Inggris di kampus dan maupun di sekolah. “Walupun untuk saat ini belum ada prestasi, yang penting mental mereka sudah terbentuk dan tak malu lagi untuk belajar,” katanya.

Untukm endukung proses pembelajaran, Triple P turut memberikan buku pelajaran, poster, cat. “Ke depannya kita akan membuat perpustakaan untuk anak panti asuhan itu. Kita sudah bekerja sama dengan salah satu bank untuk pengadaan komputer,” ucapnya.

Andini berharap, makin banyak pemuda Indonesia yang memiliki kepekaan sosial dan mau membantu orang yang membutuhkan, termasuk ikut bergabung dengan mereka. “Dan kami ingin komunitas ini berkembang dan juga ada pengajar-pengajar yang baru untuk mengantikannya,” ucapnya.(*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/