25 C
Medan
Tuesday, November 26, 2024
spot_img

Banjir Bandang Terjang Labura, 9 Rumah Hanyut

Hujan Deras, Dua Sungai Meluap

LABURA, SUMUTPOS.CO – Banjir bandang memorak-porandakan dua desa dan sebagian desa ketiga di Kabupaten Labuhan Batu Utara (Labura), Minggu (29/12) sekira pukul 01.30 WIB dinihari. Banjir dipicu meluapnya Sungai Lubuk Natiko dan Sungai Siria-Ria yang membawa materialn

kayu dan batu dari arah hulu, pascahujan deras yang melanda daerah tersebut sejak Sabtu (28/12) malam.

Banjir bandang terjadi di Desa Pematang dan Desa Hatapang, dan sebagian Desa Batu Tunggal, Labura. Ketiga desa ini berada di kawasan perbukitan yang berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir. Kedua desa tersebut berada di kawasan perbukitan Bukit Barisan.

Berdasarkan data BPBD Labura, 9 unit rumah di Dusun Siria-Ria hanyut dan hilang, dan 122 rumah yang berada di daerah aliran sungai rusak berat. Jembatan besar di jalan kabupaten hancur, dan beberapa jembatan kecil hanyut akibat longsor sepanjang 100 meter dengan kedalaman 5 meter. Ada pula kerusakan lahan pertanian diperkirakan seluas 5 hektare karena tertimbun kayu dan bebatuan besar.

BANJIR BANDANG: Personel Kepolisian dan warga menyisir rumah warga yang rusak akibat diterjang banjir bandang, Minggu (29/12). Banjir bandang ini menerjang 3 desa di Kecamatan NA IX-X, Kabupaten Labura. 
fajar/sumut pos
BANJIR BANDANG: Personel Kepolisian dan warga menyisir rumah warga yang rusak akibat diterjang banjir bandang, Minggu (29/12). Banjir bandang ini menerjang 3 desa di Kecamatan NA IX-X, Kabupaten Labura. fajar/sumut pos

Hingga pukul 14.00 WIB kemarin, tercatat 5 orang dalam satu keluarga dan 9 rumah hilang. Hingga kini belum ditemukan.

Sementara banjir di sebagian Desa Batu Tunggal disebabkan luapan Sungai Aekburu. Ada 3 rumah yang rusak di daerah ini.

Pantauan di lapangan, kondisi permukiman warga tampak porakporanda. Lumpur hingga batang kayu dari ukuran sedang hingga besar berserakan di sepanjang jalan. Akses jalan darat terputus akibat rusaknya jembatan dan tak dapat dilewati kendaraan. Warga bahkan terpaksa harus berjalan kaki untuk masuk maupun keluar kampung.

Dalam beberapa video amatir yang beredar, tampak kondisi di Dusun V Desa Simonis, Kecamatan Aek Batas atau akrab disebut Kelok Labura. Di sana material tanah dari arah bukit tampak menutupi sebagian besar jalan raya, sehingga menyulitkan masyarakat untuk melintas.

Di Dusun Siria-ria, Desa Pematang, akses untuk menyeberang menjadi sulit akibat derasnya air pasca-banjir. Untuk menyeberang, masyarakat menggunakan tali yang dihubungkan sebagai penopang. agar saat menyebrang tidak terbawa arus.

Jalan lintas utama di Desa Pematang, Kecamatan IX-X, lebih parah. Jalan penghubung putus akibat derasnya air banjir bandang.

Sementara di Desa Hatapang, banyak material kayu yang berada di jalan akibat dibawa arus air yang sangat deras.

Terakhir di Sungai Marbau, meterial kayu juga banyak menutupi sungai.

Warga yang kena bencana tampak menangisi tempat tinggal mereka yang rusak diterjang material kayu dan batu saat banjir besar melanda.

Dalam video amatir yang beredar itu disebutkan, kemungkinan balok kayu dibawa air dari gunung Hatapang yang hutannya diduga sudah gundul.

Banjir Terparah

Imaran, salahseorang warga korban banjir mengatakan, banjir datang secara tiba-tiba diawali dengan suara gemuruh. Warga yang panik pun berhamburan menyelamatkan diri. “Sewaktu hujan besar warga sudah ada yang mengevakuasi diri. Banjirnya datang seperti suara helikopter, gemuruh airnya begitu kencang,” ujar Imaran.

Kepala Desa Hatapang, H Sihombing mengatakan, saat ini masih dilakukan pendataan atas kerusakan dan dampak yang ditimbulkan akibat bencana banjir bandang tersebut. Hasil sementara, ada seratusan rumah warga rusak, bahkan ada yang sampai rata dengan tanah dan hanyut terbawa arus.

“Data sementara, ada 122 rumah warga yang rusak dari dua dusun. Paling parah di dusun satu, ada 12 rumah dengan kondisi rusak parah dan tiga rata dengan tanah,” kata Sihombing.

Camat NA IX-X, Jhon Fery, mengatakan banjir bandang kali ini merupakan yang terparah yang pernah menghantam kawasan tersebut. “Ketinggian air mencapai 2 meter. Banjir disertai material kayu dan batu,” ungkapnya.

Sebelum banjir bandang terjadi, kawasan tersebut dilanda hujan deras sejak Sabtu malam pukul 19.30 Wib. Pada Minggu (29/12) sekitar pukul 01.30 Wib, sungai yang ada di Kecamatan Na IX-X meluap membawa material kayu dan batu, dan menghantam rumah-rumah yang ada di dekat sungai.

Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Sumatera Utara, Riadhil A. Lubis, juga mengatakan banjir bandang terjadi akibat hujan deras mengakibatkan Sungai Lubuk Natiko dan Sungai Siria-Ria meluap. “Banjir bandang membawa material kayu-kayu besar dan batu bercampur lumpur,” kata Riadhil.

“Di Desa Pematang ada dusun yakni Dusun Siria-ria A dan Dusun Siria-ria B, sehingga ada 475 KK yang terdampak. Tapi yang terdampak utama di sekitar aliran Sungai Lubuk Natiko,” jelasnya.

Riadhil mengatakan Desa Hatapang juga terdampak. “Para penduduk sepanjang sungai ini sudah mengungsi ke tempat yang lebih tinggi dan berada di rumah-rumah penduduk lain. Karena pengalaman mereka, kalau lebih dari 1 jam hujan deras mereka akan mengungsi. Mereka sudah sadar bencana,” jelasnya.

Banjir bandang juga mengakibatkan jembatan antar dusun terputus total. “Jembatan penghubung Dusun Padang Nabidang menuju Dusun Siria-ria terputus total. Bahkan akses untuk berjalan tidak bisa ditempuh menuju Dusun Siria-ria,” kata Kapusdatinkom BNPB Agus Wibowo, Minggu (29/12).

Menurut dia, beberapa bantuan sudah diberikan kepada masyarakat dan dua alat berat juga sudah dikerahkan dari Pemkab Labura, dari pihak swasta, dan juga warga. “Untuk sementara, warga mengungsi di tempat warga, rumah dan sekolah yang tempatnya lebih tinggi. Dan saat ini, komunikasi di sana masih agak sulit dan terbatas. Sore ini tim BPBD Provinsi Sumut tiba di sana untuk pendampingan,” kata Riadhil.

Warga korban banjir berharap bantuan makanan serta obat-obatan untuk bertahan hidup sementara. Warga menduga, keberadaan perusahaan pengolah kayu gelondongan yang beroperasi di atas Bukit Barisan, memicu terjadinya banjir bandang.

Informasi peringatan dini cuaca dari BMKG sebelumnya menyebutkan, pada 28 dan 29 Desember 2019 di wilayah Labura dan beberapa kabupaten lain di sekitarnya berpotensi terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat.

Labuhanbatu Juga Diterjang Banjir

Aliran banjir di Labura juga memicu banjir di Kabupaten Labuhanbatu (tetangga Labuhanbatu Utara), yaitu di Dusun Aek Pala, Desa Janji. Sebelas unit rumah terendam air banjir. Korban jiwa belum ada. Kerugian sedang di data karena lokasi banjir bandang sporadis di berbagai lokasi dan sulit dijangkau karena berada di kaki Pegunungan Bukit Barisan.

“Akibat curah hujan yang tinggi, volume air Sungai Aek Pala naik ditambah dan air kiriman dari Sei Aek Buru,” kata Kapusdatinkom BNPB, Agus Wibowo, Minggu (29/12).

Dia mengatakan, di Dusun Pala, Desa Janji, Kabupaten Labuhan Batu, banjir terjadi pukul 02.36 WIB. Warga yang terdampak banjir bandang segera dievakuasi. “Personil BPBD mengevakuasi warga ke tempat yang lebih aman dan membantu warga mengangkat barang yang terendam banjir, dan siaga bersama warga,” ujarnya.

Minggu siang, kondisi banjir sudah mulai surut. Tak ada korban akibat peristiwa ini. “Air sudah mulai surut,” ucapnya.

Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumut, Dana Tarigan, menjelaskan banjir bandang diduga dipicu rusaknya sistem ekologi kawasan tersebut. Pemerintah setempat diminta agar menjelaskan pemicu bencana itu. “Jika ekologi sudah rusak, maka terjadi banjir bandang. Jangan selalu menyalahkan hujan. Tetapi karena daya tampung air tidak seimbang disebabkan alam sudah kritis,” jelasnya.

Menurutnya, Pemkab Labura mesti melakukan investigasi menyelidiki penyebab banjir bandang. Karena banjir membawa banyak gelondongan kayu. “Jika di hulu sungai terjadi tindak kejahatan ilegal logging, agar diproses sesuai hukum,” tegasnya.

Jika Pemkab setempat tidak mengindahkan dan mempublikasikan penyebab banjir bandang, ia menyebutkan, Walhi Sumut akan turun ke lokasi dan melakukan investigasi. Dan jika ditemukan indikasi kejahatan lingkungan, akan dilanjutkan ke proses hukum. (mag-13/bbs)

Hujan Deras, Dua Sungai Meluap

LABURA, SUMUTPOS.CO – Banjir bandang memorak-porandakan dua desa dan sebagian desa ketiga di Kabupaten Labuhan Batu Utara (Labura), Minggu (29/12) sekira pukul 01.30 WIB dinihari. Banjir dipicu meluapnya Sungai Lubuk Natiko dan Sungai Siria-Ria yang membawa materialn

kayu dan batu dari arah hulu, pascahujan deras yang melanda daerah tersebut sejak Sabtu (28/12) malam.

Banjir bandang terjadi di Desa Pematang dan Desa Hatapang, dan sebagian Desa Batu Tunggal, Labura. Ketiga desa ini berada di kawasan perbukitan yang berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir. Kedua desa tersebut berada di kawasan perbukitan Bukit Barisan.

Berdasarkan data BPBD Labura, 9 unit rumah di Dusun Siria-Ria hanyut dan hilang, dan 122 rumah yang berada di daerah aliran sungai rusak berat. Jembatan besar di jalan kabupaten hancur, dan beberapa jembatan kecil hanyut akibat longsor sepanjang 100 meter dengan kedalaman 5 meter. Ada pula kerusakan lahan pertanian diperkirakan seluas 5 hektare karena tertimbun kayu dan bebatuan besar.

BANJIR BANDANG: Personel Kepolisian dan warga menyisir rumah warga yang rusak akibat diterjang banjir bandang, Minggu (29/12). Banjir bandang ini menerjang 3 desa di Kecamatan NA IX-X, Kabupaten Labura. 
fajar/sumut pos
BANJIR BANDANG: Personel Kepolisian dan warga menyisir rumah warga yang rusak akibat diterjang banjir bandang, Minggu (29/12). Banjir bandang ini menerjang 3 desa di Kecamatan NA IX-X, Kabupaten Labura. fajar/sumut pos

Hingga pukul 14.00 WIB kemarin, tercatat 5 orang dalam satu keluarga dan 9 rumah hilang. Hingga kini belum ditemukan.

Sementara banjir di sebagian Desa Batu Tunggal disebabkan luapan Sungai Aekburu. Ada 3 rumah yang rusak di daerah ini.

Pantauan di lapangan, kondisi permukiman warga tampak porakporanda. Lumpur hingga batang kayu dari ukuran sedang hingga besar berserakan di sepanjang jalan. Akses jalan darat terputus akibat rusaknya jembatan dan tak dapat dilewati kendaraan. Warga bahkan terpaksa harus berjalan kaki untuk masuk maupun keluar kampung.

Dalam beberapa video amatir yang beredar, tampak kondisi di Dusun V Desa Simonis, Kecamatan Aek Batas atau akrab disebut Kelok Labura. Di sana material tanah dari arah bukit tampak menutupi sebagian besar jalan raya, sehingga menyulitkan masyarakat untuk melintas.

Di Dusun Siria-ria, Desa Pematang, akses untuk menyeberang menjadi sulit akibat derasnya air pasca-banjir. Untuk menyeberang, masyarakat menggunakan tali yang dihubungkan sebagai penopang. agar saat menyebrang tidak terbawa arus.

Jalan lintas utama di Desa Pematang, Kecamatan IX-X, lebih parah. Jalan penghubung putus akibat derasnya air banjir bandang.

Sementara di Desa Hatapang, banyak material kayu yang berada di jalan akibat dibawa arus air yang sangat deras.

Terakhir di Sungai Marbau, meterial kayu juga banyak menutupi sungai.

Warga yang kena bencana tampak menangisi tempat tinggal mereka yang rusak diterjang material kayu dan batu saat banjir besar melanda.

Dalam video amatir yang beredar itu disebutkan, kemungkinan balok kayu dibawa air dari gunung Hatapang yang hutannya diduga sudah gundul.

Banjir Terparah

Imaran, salahseorang warga korban banjir mengatakan, banjir datang secara tiba-tiba diawali dengan suara gemuruh. Warga yang panik pun berhamburan menyelamatkan diri. “Sewaktu hujan besar warga sudah ada yang mengevakuasi diri. Banjirnya datang seperti suara helikopter, gemuruh airnya begitu kencang,” ujar Imaran.

Kepala Desa Hatapang, H Sihombing mengatakan, saat ini masih dilakukan pendataan atas kerusakan dan dampak yang ditimbulkan akibat bencana banjir bandang tersebut. Hasil sementara, ada seratusan rumah warga rusak, bahkan ada yang sampai rata dengan tanah dan hanyut terbawa arus.

“Data sementara, ada 122 rumah warga yang rusak dari dua dusun. Paling parah di dusun satu, ada 12 rumah dengan kondisi rusak parah dan tiga rata dengan tanah,” kata Sihombing.

Camat NA IX-X, Jhon Fery, mengatakan banjir bandang kali ini merupakan yang terparah yang pernah menghantam kawasan tersebut. “Ketinggian air mencapai 2 meter. Banjir disertai material kayu dan batu,” ungkapnya.

Sebelum banjir bandang terjadi, kawasan tersebut dilanda hujan deras sejak Sabtu malam pukul 19.30 Wib. Pada Minggu (29/12) sekitar pukul 01.30 Wib, sungai yang ada di Kecamatan Na IX-X meluap membawa material kayu dan batu, dan menghantam rumah-rumah yang ada di dekat sungai.

Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Sumatera Utara, Riadhil A. Lubis, juga mengatakan banjir bandang terjadi akibat hujan deras mengakibatkan Sungai Lubuk Natiko dan Sungai Siria-Ria meluap. “Banjir bandang membawa material kayu-kayu besar dan batu bercampur lumpur,” kata Riadhil.

“Di Desa Pematang ada dusun yakni Dusun Siria-ria A dan Dusun Siria-ria B, sehingga ada 475 KK yang terdampak. Tapi yang terdampak utama di sekitar aliran Sungai Lubuk Natiko,” jelasnya.

Riadhil mengatakan Desa Hatapang juga terdampak. “Para penduduk sepanjang sungai ini sudah mengungsi ke tempat yang lebih tinggi dan berada di rumah-rumah penduduk lain. Karena pengalaman mereka, kalau lebih dari 1 jam hujan deras mereka akan mengungsi. Mereka sudah sadar bencana,” jelasnya.

Banjir bandang juga mengakibatkan jembatan antar dusun terputus total. “Jembatan penghubung Dusun Padang Nabidang menuju Dusun Siria-ria terputus total. Bahkan akses untuk berjalan tidak bisa ditempuh menuju Dusun Siria-ria,” kata Kapusdatinkom BNPB Agus Wibowo, Minggu (29/12).

Menurut dia, beberapa bantuan sudah diberikan kepada masyarakat dan dua alat berat juga sudah dikerahkan dari Pemkab Labura, dari pihak swasta, dan juga warga. “Untuk sementara, warga mengungsi di tempat warga, rumah dan sekolah yang tempatnya lebih tinggi. Dan saat ini, komunikasi di sana masih agak sulit dan terbatas. Sore ini tim BPBD Provinsi Sumut tiba di sana untuk pendampingan,” kata Riadhil.

Warga korban banjir berharap bantuan makanan serta obat-obatan untuk bertahan hidup sementara. Warga menduga, keberadaan perusahaan pengolah kayu gelondongan yang beroperasi di atas Bukit Barisan, memicu terjadinya banjir bandang.

Informasi peringatan dini cuaca dari BMKG sebelumnya menyebutkan, pada 28 dan 29 Desember 2019 di wilayah Labura dan beberapa kabupaten lain di sekitarnya berpotensi terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat.

Labuhanbatu Juga Diterjang Banjir

Aliran banjir di Labura juga memicu banjir di Kabupaten Labuhanbatu (tetangga Labuhanbatu Utara), yaitu di Dusun Aek Pala, Desa Janji. Sebelas unit rumah terendam air banjir. Korban jiwa belum ada. Kerugian sedang di data karena lokasi banjir bandang sporadis di berbagai lokasi dan sulit dijangkau karena berada di kaki Pegunungan Bukit Barisan.

“Akibat curah hujan yang tinggi, volume air Sungai Aek Pala naik ditambah dan air kiriman dari Sei Aek Buru,” kata Kapusdatinkom BNPB, Agus Wibowo, Minggu (29/12).

Dia mengatakan, di Dusun Pala, Desa Janji, Kabupaten Labuhan Batu, banjir terjadi pukul 02.36 WIB. Warga yang terdampak banjir bandang segera dievakuasi. “Personil BPBD mengevakuasi warga ke tempat yang lebih aman dan membantu warga mengangkat barang yang terendam banjir, dan siaga bersama warga,” ujarnya.

Minggu siang, kondisi banjir sudah mulai surut. Tak ada korban akibat peristiwa ini. “Air sudah mulai surut,” ucapnya.

Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumut, Dana Tarigan, menjelaskan banjir bandang diduga dipicu rusaknya sistem ekologi kawasan tersebut. Pemerintah setempat diminta agar menjelaskan pemicu bencana itu. “Jika ekologi sudah rusak, maka terjadi banjir bandang. Jangan selalu menyalahkan hujan. Tetapi karena daya tampung air tidak seimbang disebabkan alam sudah kritis,” jelasnya.

Menurutnya, Pemkab Labura mesti melakukan investigasi menyelidiki penyebab banjir bandang. Karena banjir membawa banyak gelondongan kayu. “Jika di hulu sungai terjadi tindak kejahatan ilegal logging, agar diproses sesuai hukum,” tegasnya.

Jika Pemkab setempat tidak mengindahkan dan mempublikasikan penyebab banjir bandang, ia menyebutkan, Walhi Sumut akan turun ke lokasi dan melakukan investigasi. Dan jika ditemukan indikasi kejahatan lingkungan, akan dilanjutkan ke proses hukum. (mag-13/bbs)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/