MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (SBRC IPB University) bersama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dan PT Industri Nabati Lestari mengadakan kegiatan Workshop Oleokimia dari Minyak Sawit: Potensi dan Tantangan, di Hotel Santika Premiere Dyandra Medan, Selasa (31/10).
Kegiatan ini merupakan rangkaian dari kegiatan Workshop yang akan dilaksanakan di tiga kota, yakni Bogor, Medan dan Balikpapan.
Hadir dalam kegiatan tersebut, Asosiasi Produsen Oleokimia Indonesia (Apolin) Umar, Kepala Divisi Teknologi Proses, Departemen Teknologi Industri Pertanian, IPB University Prof Dr Erliza Hambali, PT Industri Nabati Lestari Syamsul Bachrie, Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal Tria Hesti Saptari dan Badan Riset dan Inovasi Nasional Ir Indra Budi Susetyo MSc.
“Minyak kelapa sawit hingga saat ini masih menjadi salah satu komoditas andalan Indonesia dalam menambah devisa negara,” ujar Kepala Divisi Teknologi Proses, Departemen Teknologi Industri Pertanian, IPB University Prof Dr Erliza Hambali.
Berdasarkan data Ditjenbun (2022), lanjutnya, luas areal kelapa sawit pada tahun 2022 mencapai 15,38 juta Ha dengan total produksi CPO Indonesia mencapai 48,24 juta ton dan produksi PKO sebesar 9,65 juta ton. CPO dan PKO adalah merupakan bahan baku potensial untuk diolah menjadi beragam produk Oleokimia. Selain penyumbang devisa, industri kelapa sawit juga menyediakan lapangan pekerjaan yang besar, yang mampu menyerap 4,53 juta tenaga kerja petani.
Komoditas kelapa sawit, sambung Erliza, termasuk dalam 10 kelompok komoditas unggulan Indonesia yang didorong oleh pemerintah untuk digiatkan proses hilirisasi dan peningkatan daya saingnya.
“Hilirisasi industri kelapa sawit terutama untuk industri berorientasi ekspor diperlukan, mengingat pertumbuhan impor tahun 2019 sebesar 7,1 persen yang masih lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekspor yang sebesar 6,3 persen,” sebutnya.
Oleh karenanya, papar Erliza, melalui upaya hilirisasi industri kelapa sawit, diharapkan dapat meningkatkan perolehan devisa dari kelapa sawit dan nilai tambah produk kelapa sawit dapat dinikmati oleh semua stakeholder di Indonesia.
“Hilirisasi minyak sawit dalam negeri dilakukan dengan mengolah CPO dan PKO menjadi produk-produk bernilai tambah lebih tinggi baik untuk tujuan ekspor maupun untuk substitusi produk impor,” sebutnya.
Secara umum, jelasnya, hilirisasi CPO dan PKO yang dapat dilakukan di Indonesia dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu Oleo Pangan, Oleokimia dan Biofuel. “Hilirisasi oleokimia yaitu industri-industri yang mengolah produk industri refinery menjadi produk antara oleokimia/oleokimia dasar hingga produk jadi seperti surfaktan, sabun, deterjen, shampo, biolubricant dan biomaterial dan bioplastik,” tandasnya.
Adapun, kegiatan Workshop ini bertujuan untuk mendapatkan informasi produk oleokimia berbasis minyak sawit yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia, mendapatkan informasi provider teknologi berbasis minyak sawit, mendapatkan gambaran pasar produk oleokimia berbasis sawit di dalam dan di luar negeri dan mendapatkan informasi peluang dan tantangan pengembangan industri oleokimia sawit di Indonesia. Kegiatan ini juga diharapkan dapat memberikan wawasan bagi masyarakat dan industri minyak sawit terkait pengembangan produk turunan minyak sawit khususnya oleokimia.
Sponsor utama kegiatan workshop ini adalah BPDPKS. Selain BPDPKS kegiatan ini juga disupport oleh beberapa industri diantaranya PT Perkebunan Nusantara (PTPN 4), PT Industri Nabati Lestari, PT Bumitama Gunajaya Agro dan PT Petrokimia Gresik. (dwi)