Dalam Alquran, manusia berulangkali diangkat derajatnya, dan berulangkali juga direndahkan. Manusia dinobatkan jauh mengungguli alam surga bahkan Malaikat, tetapi pada saat yang sama mereka tak lebih berarti dibandingkan dengan setan terkutuk dan binatang melata sekalipun. Manusia dihargai sebagai khalifah dan makhluk yang mampu menaklukkan alam (taskhir). Namun, posisi ini bisa merosot ke tingkat “yang paling rendah dari segala yang rendah” (asfala safilin).
Gambaran kontradiktif menyangkut keberadaan manusia itu menandakan, makhluk yang namanya manusia itu unik, makhluk yang serba dimensi, ada diantara predisposisi negatif dan positif.
Setidaknya ada delapan predisposisi negatif manusia dalam Alquran yang harus kita ketahui.
Manusia An’am
(seperti binatang ternak)
Manusia diberi hati, mata dan telinga untuk mengenal tanda-tanda kekuasaan Allah tetapi jika tidak digunakannya maka sama saja ia tidak mempunyai potensi tersebut.
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk neraka jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat kebesaran (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telingan (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seumpama binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (al-A’raf, 7: 179 )
Manusia Kalb
(seperti anjing)
Allah berikan hawa nafsu kepada manusia agar kehidupan manusia menjadi dinamis. Dengan nafsu, manusia mempunyai cita-cita, keinginan untuk kawin, bersungguh-sungguh dalam melakukan pekerjaan, dan sebagainya. Nafsu perlu dikendalikan dan dikawal bukannya dituruti sepenuhnya seperti binatang.
“Dan kalau Kami Menghendaki sesunggunya Kami Tinggikan derjatnya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya dihulurkan lidah dan jika kamu biarkannya dia menghulurkan lidahnya juga. Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Cerita-cerita demikian bermaksud agar manusia memikirkannya.” (al-A’raf, 7: 176).
Manusia Qird (seperti kera)
Mereka yang fasik mendapat balasan yang lebih buruk yaitu dikutuk dan dimurkai Allah.
“Katakanlah (Muhammad), “Apakah akan Aku beritakan kepadamu tentang orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang fasik) di sisi Allah? Yaitu orang yang Dilaknat dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah thagut. ”Mereka lebih buruk dari tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus.” (al-Maidah,5: 60)
Manusia Khinzir
(seperti babi)
Dalam ayat 160 surah al-Maidah seperti di atas juga menyebut perumpamaan seperti babi terhadap orang-orang fasik. Babi adalah makhluk yang diharamkan Allah untuk memakannya dan ia memiliki berbagai karakter yang tidak baik. Manusia bagaikan babi adalah manusia yang memiliki berbagai karakter yang tidak baik.
Dari Ibnu Mas’ud RA beliau berkata, ”RasulAllah SAW ditanyai mengenai kera dan babi, apakah ia merupakan binatang yang dialihrupakan oleh Allah?” beliau menjawab, “Allah tidak membinasakan suatu kaum”, atau beliau mengatakan, “Allah tidak mengalihrupakan suatu kaum lalu menjadikan mereka berketurunan dan beranak cucu dan bahawasanya kera dan babi ada sebelum itu” (HR Ats-Tsauri)
Manusia Hijarah
(seperti batu)
Mereka yang keras hatinya sehingga ingkar dan tidak mau menerima perintah Allah diumpamakan seperti batu bahkan lebih keras lagi.
“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh kerana takut kepada Allah. Dan Allah sekali-sekali tidak lengah daripada apa yang kamu kerjakan.” (al-Baqarah, 2: 74)
Manusia Ankabut
(seperti laba-laba)
Manusia sering angkuh dan sombong dengan kelebihan dan potensi yang Allah berikan. Mereka bangga dengan segala prestasi yang diperoleh di dunia dan menganggap tidak ada sesuatupun yang dapat membinasakan mereka.
“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti labah-labah yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah labah-labah kalau mereka mengetahui.” (Al-‘Ankabut, 29: 41)
Manusia Himar
(seperti keledai)
Orang yang mendustakan ayat-ayat Allah diibaratkan seperti keledai. Mereka telah diberikan panduan tapi tidak mengambilnya. Suatu kerugian yang besar bagi manusia yang telah mengenal Allah tetapi kemudian mendustakannya.
“Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat kemudian mereka tidak memikulnya adalah seperti keldai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruk perumpamaan kaum yang mendustkan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.” (al-Jumu’ah, 62: 5).
Manusia Khasyab
(seperti kayu)
Manusia sering bersikap tak jujur dan hipokrit. Mereka hanya mengejar dunia dengan kemewahan, keseronokan dan kecantikan yang bersifat sementara. Nilai ini dipandang tinggi oleh manusia tapi bukan suatu yang bermakna di sisi Allah SWT sehingga diumpamakan seperti kayu.(*)
Penulis adalah Dosen IAIN Sumut
dan Wakil Sekretaris Majelis Pengurus Pusat Asosiasi Dosen Indonesia (MPP ADI)