Oleh: Drs.H.Hasan Maksum Nasution, SH, MA
Firman Allah dalam surat Al-Hasyr 18 yang berbunyi :” Hai orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, Rasulullah saw terlebih dahulu menanamkan akidah, lalu beliau memacu etos kerja dan menegakkan disiplin kepada para sahabat dan senantiasa mengajarkan sikap berani hidup mandiri di kalangan mereka seperti dibuktikan oleh sahabat Usman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf yang keduanya menjadi wiraswasta sukses di Madinah, sebagaimana tercermin dalam hadis yang diriwayatkan oleh Siti Aisyah: “ Di waktu pagi pergilah mencari rezeki, karena sesungguhnya pada pagi hari itulah terletak berkah dan keberhasilan.
Dalam Al-Qur’an juga banyak kita jumpai ayat-ayat yang menyuruh umat Islam untuk tekun bekerja demi kebahagiaan dunia, tanpa mengenyampingkan persiapan bagi kebahagiaan di akhirat, juga ditegaskan, bahwa bekerja amat penting untuk mencapai kesejahteraan hari esok, agar kelanjutan kehidupan keluarga dan masyarakat dapat terpelihara.
Gali Sumber Kekayaan
Alam semesta dengan segala isinya telah disediakan oleh Allah bagi manusia, akan tetapi manusia baru akan mendapatkan hasil dari sumber kekayaan alam ini, apabila ia berusaha dan bekerja, misalnya menggali sumber kekayaan di sekitar pertanian, kita harus membuka lahan pertanian dan mengusahakan penanaman. Demikian juga untuk menggali potensi perikanan orang harus berusaha mengadakan penangkapan atau pembudidayaan ikan, demikian juga untuk sektor industri dan sektor lain, umat manusia harus menggali dan mengekspoloitasi sumber itu, baru kita memperoleh rezki dari kekayaan alam yang telah diciptakan oleh Allah swt.
Memang banyak jalan yang dapat ditempuh dalam memperoleh rezki dengan cara berwiraswasta, berdagang, bertani atau menjadi pegawai, ada juga orang tanpa bersusah payah memperoleh rezeki, karena mendapat warisan atau pemberian. Namun Islam menegaskan kepada umatnya, bahwa jalan untuk mendapatkan rezeki melalui bekerja keras, bukan atas pemberian pihak lain, lebih utama dan lebih mulia.
Dengan kata lain meminta-minta atau mengandalkan pemberian orang lain tidak dikehendaki oleh Islam, bahkan keharusan bekerja dan berusaha dianjurkan Allah dan Rasul Nya dalam banyak ayat Al-Qur’an dan hadis, seperti: “Berjalanlah kamu ke segala penjuru dunia “atau” bertebaranlah kamu di muka bumi”, dengan pengertian agar manusia bekerja dan mencari mata pencaharian di manapun berada sedangkan hadis nabi yang menyatakan:
“ Kamu lebih mengerti tentang urusan-urusan duniamu “, dapat dijadikan bukti adanya keleluasaan yang diberikan Islam kepada pemeluknya untuk bebas berbuat dan mengatur sendiri hal-hal yang bersifat keduniawian termasuk masalah teknis bekerja dan memajukan ekonomi umat. Kedatangan Nabi Muhammad saw. memang tidak diutus untuk mengajari manusia tentang keterampilan kerja, kerajinan, perindustrian dan seluk-beluk pertanian atau hal-hal yang menyangkut teori-teori ilmu pengetahuan.
Islam adalah satu-satunya agama yang memiliki konsep yang lengkap tentang berbagai aspek kehidupan, meliputi ekonomi, politik, sosial, kebudayaan, tetapi umat Islam harus mampu menjadikan Islam sebagai solusi bagi segala persoalan hidup, baik ukhrawi maupun duniawi.
Islam Memotivasi Pemeluknya Sukses
Khusus mengenai ketertinggalan umat Islam dalam hal etos kerja, kiranya masyarakat muslim awam pada umumnya, hanya memiliki pemahaman Islam secara tradisional yaitu ajaran Islam dipandang sebatas ibadah ritual saja dan harus disadarkan, bahwa sebenarnya Islam agama yang memotivasi, bukan menghalang-halangi pemeluknya untuk sukses dan hidup bahagia di dunia. Biarlah di dunia ini menderita atau melarat, asalkan menadapatkan kebahagiaan di akhirat.
Penegasan ini perlu, sebab salah satu kekeliruan umat Islam selama ini adalah sering menyalahartikan cara mendapat kebahagiaan akhirat, seolah-olah kebahagiaan akan diperoleh hanya dengan memperbanyak ibadah ritual, lalau perlu dengan menyengsarakan hidupnya, sedangkan kerja dianggapnya hanya urusan dunia yang seakan cuma mengganggu upaya untuk memperoleh akhirat. Padahal Allah menyuruh manusia mancari anugerah-Nya tidak hanya untuk kebahagiaan akhirat, tetapi sekaligus untuk mensejahterakan hidup di dunia, keduanya baru bisa diperoleh manakala ada keseimbangan antara ibadah ritual dan bekerja keras untuk urusan dunia.
Firman Allah surat Al-Qashash 77: “ Carilah apa yang dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan kebahagiaan dari kenikmatan dunia.”
Bila kita pahami makna ayat di atas dalam konteks kekinian, tentu akan membuahkan pengertian, bahwa kerja sebagai sarana mencapai kesejahteraan merupakan perbuatan yang dipandang mulia dan luhur oleh Islam dan termasuk ibadah, manakala didasari dengan sikap-sikap keagamaan. Insya Allah, interpretasi semacam ini akan sangat bermanfaat untuk memacu semangat hidup kaum muslimin, supaya memiliki etos kerja yang unggul dan mudah diajak berkembang dan maju, sehingga bisa mencapai tingkat produktivitas kerja tinggi, niscaya proses pembangunan untuk mewujudkan manusia seutuhnya akan benar-benar tercapai sesuai dengan yang dicita-citakan.
Bukanlah Allah telah menjanjikan “ Masing-masing orang memperoleh derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan dan Allah mencukupi akan balasan pekerjaan-pekerjaan mereka dan mereka tidak dirugikan.”
(Penulis dosen STAI Sumatera, PTIL Al Hikmah Ilmu Hukum dan STAI. RA. Batang Kuis)