Dari Dialog Tokoh Perempuan Peduli Keluarga MHTI
Sebagai bentuk keprihatinan terhadap menurunnya tingkat kesejahteraan keluarga Indonesia, DPD Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) Wilayah Sumatera Utara menggelar dialog tokoh perempuan peduli keluarga di Medan baru-baru ini.
Dialog yang mengangkat tema Khilafah: Negara yang Mewujudkan Keluarga Bahagia Sejahtera ini dihadiri sekitar 300 peserta. Peserta cukup antusias mengikuti pemaparan dari kedua pemateri yaitu Asmaul Husna Amd yang memaparkan materi Kapitalisme Menghancurkan Keluarga Muslim dan pemateri kedua Sri Cahyo Wahyuni,S.Pi yang memaparkan materi Politik Ekonomi Islam. Honriani Nst,S.T selaku asisten juru bicara Muslimah Hizbut Tahrir Wilayah Sumatera Utara dalam paparannya mengatakan, kebahagiaan dan kesejahteraan tidak bisa terwujud sekadar karena faktor besar dan kecilnya jumlah anggota keluarga. Kebahagiaan akan terwujud bila masing-masing pihak dalam keluarga menjalankan fungsinya, memahami hak dan kewajibannya serta terpelihara keharmonisan. Kesejahteraan juga hanya mungkin didapatkan dengan pemenuhan seluruh kebutuhan dasar masing-masing orang dan tersedianya fasilitas pendidikan dan layanan kesehatan dan rasa aman. Keduanya membutuhkan peran besar negara sebagai penanggung jawab.
Sebagai sumbangsih pemikiran guna mewujudkan keluarga Indonesia Bahagia dan Sejahtera, Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia, ujarnya, menyerukan beberapa hal. Antara lain, negara harus memberikan bekal nilai-nilai berkeluarga melalui kurikulum pendidikan dan penyuluhan. Kemudian, negara bertindak tegas menghapus semua media dan penyebaran ide-ide yang kontraproduktif terhadap nilai berkeluarga. Negara juga harus menyediakan lapangan kerja yang memadai, mewujudkan iklim usaha yang kondusif, dan negara juga harus menyediakan kebutuhan publik secara berkualitas semisal pendidikan dan kesehatan tanpa biaya.
Honriani menambahkan, Islam memberikan jalan keluar dengan penerapan sistem politik Khilafah Islamiyah dan sistem ekonomi islam. Khilafah Islamiyah akan menjadi pelindung dari serangan pemikiran dan budaya asing. Khilafah juga akan mandiri menentukan corak kurikulum pendidikan, mandiri memberikan solusi bagi persoalan yang menimpa keluarga melalui program pemberdayaan perempuan, pendewasaan usia pernikahan dan lain-lain. (sih)