Oleh: Sofyan
Kalau Allah SWT telah memanggil kita untuk menunaikan ibadah haji, niscaya Dia akan memberikan berbagai kemudahan-kemudahan hingga akhirnya kita dapat mencium hajar aswad, melihat langsung Ka’bah dan menjalankan berbagai amalan haji yang telah disyariatkan Tuhan.
Bersyukurlah kaum Muslimin yang memiliki kesempatan berangkat haji tahun ini, untuk menunaikan rukun Islam kelima, memenuhi panggilan ilahi. Kuota yang telah ditetapkan pemerintah membuat kita harus bersabar menunggu giliran berangkat.
Saat tiba giliran tentu suka cita akan kita rasakan, perasaan rindu beribadah di baitullah tentu begitu menggebu-gebu dan kesempatan yang telah diberikan Tuhan pasti tidak akan disia-siakan.
Kewajiban menunaikan haji yang hanya sekali dalam seumur hidup tentu akan memotivasi kita tidak menyia-nyiakan momentum berharga ini, barangkali ini kesempatan pertama dan mungkin yang terakhir, hanya Dialah yang Maha Mengetahui.
Mengingat tidak ada seorang pun yang menjamin apakah Allah akan beri kesempatan pada kita lagi untuk haji atau tidak, maka sebelum berangkat haji ada kebiasaan yang sering dilakukan jamaah haji dengan mengundang tetangga, karib kerabat untuk di tepung tawari sebagai ungkapan kegembiraan dan rasa syukur sekaligus mohon do’a selamat.
Perlu diperhatikan bahwa kegiatan seperti ini tentu berpotensi menimbulkan penyakit riya, yaitu beramal karena ingin dilihat orang atau sum’ah supaya didengar orang. Jangan sampai kita terlena oleh talbis syetan yang membisikkan ke dada dan pikiran kita sehingga timbul perasaan bangga, ujub, karena kelak bakal menyandang titel haji atau hajjah, sehingga orang memanggil kita dengan sebutan pak haji atau bu hajjah sehingga status sosialpun akan terangkat.
Jauh-jauh hari sejatinya kita menjauhkan segala bentuk perbuatan maupun pemikiran yang dapat merusak ibadah haji kita. Luruskan niat, pasang nawaitu yang benar bahwa berangkat haji untuk ibadah, ikhlas hanya mencari ridha ilahi.
Berkumpulnya karib kerabat maupun masyarakat sekitar yang mendo’akan kita harus dimanfaatkan untuk meminta maaf kepada mereka. Barangkali pernah berbuat salah baik melalui perkataan atau sikap yang kurang baik, sehingga merasa disakiti dan dizalimi, saat itulah kita minta agar yang bersangkutan ikhlas mau memaafkan kesalahan kita.
Manatahu Allah memanggil kita berangkat haji ke tanah suci sekalian memenuhi panggilan-Nya, kembali ke pangkuan Yang Maha Kuasa. Selain perkara di atas seorang ulama Sunni Ibnu Qudamah dalam kitabnya Minhajul Qasidin menegaskan bahwa orang yang berangkat haji harus dapat mengenyampingkan urusan duniawi, sehingga hati menjadi khusyu’ beribadah selama di tanah suci.
Beliau menerangkan beberapa adab batin agar dapat menunaikan haji dengan khusyu’ dan memang sejatinya dimiliki calon jamaah haji. Tidaklah salah jika penulis mengutip beberapa adab batin yang beliau utarakan.
- Membebaskan diri dari urusan perniagaan
Perkara pertama yang harus dilakukan yaitu meluruskan niat, bahwa berangkat ke tanah suci untuk ibadah kepada Allah SWT. bukan untuk tujuan berniaga, membeli barang-barang banyak untuk dijual lagi.
Memikirkan hal ini tentu dapat merusak konsentrasi ibadah haji. Janganlah kita termasuk orang yang disindir Rasulullah SAW. bahwa kelak orang-orang kaya berangkat haji hanya untuk berwisata, mereka yang susah berada di tanah suci untuk meminta-minta, sedangkan para pedagang menggunakan momentum haji untuk berniaga. - Membawa bakal amal untuk akhirat
Allah SWT. memerintahkan untuk mencari bekal dan sebaik-baik bekal adalah taqwa, bekal taqwa inilah yang akan menjadi bekal akhirat kita. Maka selama berada di tanah suci lakukanlah semua ibadah wajib dan sunnah dengan baik karena ibadah di tanah suci lebih banyak keutamaannya dan besar pahala yang diberikan. - Ketika akan memulai haji diwajibkan mengganti pakaian yang kita kenakan dengan pakaian ihram.
Beliau menyarankan saat mengenakan pakaian ihram yang serba putih ingatlah bahwa seolah-olah kita sedang mengenakan kain kafan, pakaian atau kain yang berbeda dengan pakaian penduduk bumi. Ingatlah bahwa kita akan kembali ke pangkuan ilahi pemilik jasad ini. Dengan mengingat kematian diharapkan motivasi jamaah haji akan bersungguh-sungguh mengikuti rangkaian ibadah haji dengan khusyu’ dan ikhlas. - Saat mengucapkan talbiyah hendaknya kita berharap bahwa Allah SWT. Akan menerima do’a dan seruan yang kita panjatkan kehadirat-Nya. Perbanyaklah do’a mengharapkan perlindungan Tuhan dari siksa api neraka dan lakukanlah secara terus menerus sebab saat itu merupakan saat dimana do’a dan harapan yang kita didengar Tuhan.
- Ketika menyaksikan Baitul Haram harus muncul dalam diri kita perasaan syukur, karena dari jutaan jamaah haji kita termasuk salah seorang hamba yang diberi izin dan kesempatan menyaksikan keagungan Tuhan, merasakan keagungan thawaf di sekitar Ka’bah.
Saat mencium hajar aswad hendaklah bersumpah setia kepada Allah untuk mentaati semua perintah dan menjauhi larangan-Nya. Pada saat berada di Multazam akuilah semua kesalahan dan maksiat yang pernah dilakukan di hadapan ilahi. - Ketika melakukan sa’i antara Safa dan Marwah jamaah haji harus menggambarkan bahwa dua tempat ini seolah-olah seperti dua timbangan. Kita akan mendatangi dua timbangan tersebut pada hari kiamat atau seakan-akan kita mendatangi pintu tempat malaikat untuk menghadapkan pintu belas kasihnya.
- Tatkala wukuf di Arafah dan melihat banyaknya manusia yang berkumpul di sana dengan beragam rupa dan suara maka bayangkanlah seakan-akan pada saat itu adalah hari kiamat, saat manusia berkumpul untuk memohon syafaat.
- Saat melempar jumrah, niatkanlah untuk tunduk dan patuh pada perintah ilahi.
Ketundukan kita dalam ibadah semata-mata mengikuti perintah Allah yang sejatinya diikuti dan dilaksanakan tanpa pikir panjang dan segera menjalankannya tanpa pikiran macam-macam. - Jika kita mengunjungi Madinah maka bayangkanlah bahwa itu negeri yang dipilih Tuhan untuk Nabi Muhammad SAW. dimana beliau hijrah dan menetap di sana sebagai tempat tinggal. Lalu bayangkan pula tempat-tempat yang sering dilalui Rasulullah saw, bagaimana khusyu’ dan tenangnya beliau dalam beribadah. Jika menziarahi kuburan beliau maka bayangkan keagungan, karisma, sosok beliau yang penuh kharismatik dan ucapkanlah selawat dan salam keharibaannya, karena beliau mengetahui kehadiran dan ucapan salam kita.
Selamat menunaikan ibadah haji para undangan dan tamu-tamu Allah, semoga menjadi haji mabrur, amin.
*Penulis staf pengajar
di Pesantren Darularafah Raya