Di antara bencana yang banyak menimpa kaum muslimin di zaman sekarang ini adalah merajalelanya kemaksiatan dan dosa, serta menyebarnya kemungkaran dengan berbagai tingkatannya. Tidak sedikit di antara mereka yang bahkan menganggap remeh dan ringan urusan dosa. Padahal kemaksiatan tersebut sangat berbahaya, baik bagi individu maupun masyarakat.
Bahayanya sangatlah banyak. Jika kita mau merenungkan bahaya dan dampak buruk dari kemaksiatan tersebut niscaya kita akan berusaha sekuat tenaga untuk menjauhi kemaksiatan itu.
Ibnul Qoyyim berkata, “Kemaksiatan ini memiliki bahaya yang sangat besar bagi hati. Sama seperti bahaya racun terhadap tubuh dalam tingkat bahaya yang berbeda-beda, dan tidakkah di dunia ini muncul suatu kejahatan dan penyakit kecuali disebabkan oleh kemaksiatan dan dosa-dosa. Sebab apakah yang mengeluarkan bapak manusia dari surga. tempat kelezatan, kenikmatan, kemegahan, dan kesenangan menuju alam yang penuh penyakit, kesedihan dan musibah.
Apakah yang mengeluarkan iblis dari alam langit, diusir dan dilaknat. Rahmat berubah menjadi laknat serta keimanan berubah menjadi kekafiran? Lalu sebab apakah yang menenggelamkan seluruh penghuni bumi sehingga air melampaui puncak gunung-gunung? Dan sebab apakah yang menjadikan angin menguasai kaum ‘Ad sehingga mereka bergelimpangan mati di permukaan bumi. Sehingga mereka seperti pohon-pohon kurma yang tumbang?
Sebab apakah yang menyebabkan terjadinya siksa yang menyebabkan hati-hati mereka terputus dari tenggorokan-tenggorokan mereka, sehingga hati dan tenggorokan mereka berserakan dan mereka tewas? Sebab apakah yang menyebabkan Fir’aun tenggelam bersama kaumnya, lalu ruh-ruh mereka kembali berpindah ke neraka jahanam? Tubuh mereka tenggelam sementara ruh-ruh mereka terbakar. Sebab apakah yang mengubur Qarun dan rumahnya beserta seluruh hartanya? Sungguh semuanya disebabkan oleh kemaksiatan dan dosa-dosa”
Satu kemaksiatan menjadi sebab kekalahan para shahabat dalam perang Uhud, yaitu pada saat Nabi, memerintahkan mereka agar tidak turun dari gunung, namun mereka tidak mentaati perintah beliau. Akhirnya 70 sahabat terbunuh pada perang itu, sebagaimana disebutkan di dalam siroh, (lihat siroh Ibnu Hisatn atau ar-Rohiq al-Makhtum)
Bahkan terkadang seseorang menganggap enteng kata-kata yang keluar dari mulutnya tanpa berpikir tentangnya, sehingga menjadi sebab dirinya terjerumus ke dalam neraka. Diriwayatkan dari Abu Huroiroh bahwa Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kalimat yang tidak jelas baginya, namun dia terperosok karenanya ke dalam jurang neraka, bahkan lebih dalam dari jarak antara Timur dan Barat.” (HR. al-Bukhori dan Muslim)
Satu kemaksiatan telah mengeluarkan Adam as dari Surga. Seorang penyair berkata: “Engkau menambah dosa dengan dosa. lalu dirimu mengharap tingkatan-tingkatan surga dan kemenangan seorang ahli ibadah? Apakah kau lupa Robb-mu saat Dia mengeluarkan Adam dari surga menuju dunia hanya disebabkah karena satu dosa.”
Kita sering mendengar banyak orang yang mengeluh akan kerasnya hati. hilangnya keberkahan, godaan setan dan sibuk dengan dunia (sehingga lalai tuntunan agama). Mereka lupa dengan firman Allah SWT:
“Dan janganlah sekali-kali kamu mengira. bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zholim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata-mata mereka terbelalak (hari kiamat).” (QS.Ibrahim: 42)
Berkata Maimun bin Harun tentang ayat ini : “Ini adalah pelipur lara bagi orang yang dizholimi dan ancaman bagi orang yang zholim”.
Tentang firman Allah, “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendlri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS.Asy-Syuuraa (42): 30)
Ibrohim bin Adham berkata. “Kita adalah keturunan penduduk surga, akan tetapi Iblis telah mengeluarkan kita dari surga dengan kemaksiatan. Maka sudah selayaknya bagi orang yang berbuat dosa agar tidak tentram dengan kehidupannya sampai ia kembali ke tanah airnya (surga).”
Kalau demikian halnya, maka ini tidak lain kecuaii pengaruh buruk dari maksiatan. Allah berfirman:
“Apakah orang-orang yang terbuai kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang sholeh, yaitu sama anfara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu” (QS.al-Jatsiyah (45): 21)
Sumber Buletin Dakwah Hasmi
Berkata Ibnui Qayyim, “Dosa-dosa ibarat luka-luka, dan bisa jadi sebuah luka menyebabkan kematian.”
Maksiat sangat berpengaruh buruk bagi hati dan badan, di dunia rnaupun akhirat. Di antaranya adalah:
- Terhindar dari ilmu, karena ilmu adalah cahaya yang Allah berikan pada hati, sedangkan maksiat mematikannya.
- Kerisauan yang dirasakan orang yang bermaksiat dalam hatinya antara dirinya dengan Allah sehingga tidak didapati rasa ketenangan sama sekali.
- Kerisauan yang ia rasakan antara dirinya dengan manusia. Terutama orang-orarig yang baik dan istiqomah.
- Urusannya menjadi rumit, apa yang akan ia lakukan seakan tertutup atau sulit baginya.
- Kegelapan yang ia dapatkan dalam hatinya. Sehingga hati dan badannya menjadi lemah serta ia diharamkan (tercegah) dari ketaatan.
- Kemaksiatan mengurangi umur dan menghilangkan keberkahannya untuk selamanya, Na’udzubillah.
- Kemaksiatan menimbulkan maksiat lainnya, sehingga seorang hamba sulit untuk meninggalkannya.
- Dampak negatif paling samar yang akan menimpanya adalah kemaksiatan akan melemahkan keinginannya, sehingga maksiat menjadi kuat dan taubat menjadi lemah.
- Hati menganggap kemaksiatan sebagai hal biasa bahkan bisa jadi ia merasa bangga dengan kemaksiatan tersebut. maka ia pun sulit melepaskan diri darinya.
- Maksiat dapat mematikan rasa ghiroh dalam hati dan menghilangkan rasa malu, padahal ialah yang menjadikan hati menjadi hidup.
- Pelaku maksiat akan termasuk ke dalam mereka yang dilaknat oleh Rasulullah. Na’udzubillah.
Pelaku maksiat terhindar dari doa Rasulullah dan doa para malaikat mulia yang berdoa bagi orang-orang yang beriman.
Menyebabkan Allah melupakan hamba tersebut. dan inilah suatu kebinasaan.
Apabila dosa sudah menumpuk, maka hati akan di stempel menjadi orang yang lalai. “Sekali-kali tidak (demikian). sebenarnya apa yang selalu mereka kerjakan itu (dosa-dosa) telah menutup hati mereka.” (QS al-Muthaffiifin (83): 14)
Termasuk dari hukuman bagi pelaku maksiat, apa yang Allah timpakan berupa rasa takut dalam hatinya. karena ketaatan adalah benteng-Nya yang kokoh.
Seorang hamba yang terbiasa melakukan maksiat bisa tidak mendapatkan taufik (petunjuk) Allah dalam saat-saat yang sulit dan berat, terutama ketika sakarotul maut, sehingga ia mengakhiri hidupnya dengan kuburukan (su’ul khotimah).
Demikianlah beberapa keburukan maksiat. Semoga Allah membantu kita untuk menjauhi seluruh kemaksiatan, menganugerahkan kepada kita kemanisan iman dan menetapkan bagi kita hidayah hingga saat kepergian.
Sumber Buletin Dakwah Hasmi