26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Selain Pusat Ibadah, Dijadikan Tempat Diskusi

Masjid Taqwa Muhammadiyah

LUBUK PAKAM- Masjid Taqwa Muhammadiyah Jalan Diponegoro Lubuk Pakam, selain menjadi pusat ibadah  ternyata menjadi pusat kebudayan.

Masjid itu berdiri tahun 1958 dengan luas lahan dua rante dengan luas bangunan 7 x 8 meter. Semunya wakaf dari Almarhum Amir Randen Siregar.

Drs H Agusman Sutan Basa (75), pengurus Masjid Taqwa menuturkan, masjid selalu ramai dikunjungi umat. Selain kegiatan ibadah, lingkungan masjid digunakan warga untuk tempat berdiskusi guna memecahkan permasalahan yang timbul.

“Anggota Muhammadiyah yang berprofesi sebagai pedagang, selalu menggunakan masjid sebagai tempat rapat,” bilang mantan Ketua PD Muhammadiyah, Kabupaten Deli Serdang ini saat ditemui di kediamanya Jalan Sultan Hasanudin Lubuk Pakam, Kamis (7/4).

Lanjutnya, karena jumlah anggota Muhammadiyah semakin bertambah. Pengurus mulai memikirkan pengembangan masjid. Pada tahun 1990 dirancang bluprin masjid.

Bluprin tersebut jelas Agusman, merupakan  impian para pendiri sekaligus pengurus masjid yang meliputi Amir Randen Siregar dan Baktiar Ibrahim.

“Kan, tidak salah bermimpi. Melalui itulah terwujud bangunan masjid bertambah luas,” bilangnya.
Selanjutnya, tahun 1991 luas areal serta bangunan masjid mengalami perubahan. Tetapi semua dikerjakan secara bertahap. Dana pembangunan bersumber dari swadaya umat dan bantuan pemerintah setempat dan pusat.
Alhamdulillah, terjadi perubahan drastis. Sebelumnya di sana ada bangunan SMP dua lantai. Dibongkar dipindahkan ke Jalan Kartini. Penambahan lahan menjadi lima rante. Bangunan masjid menjadi 28 kali 28 meter dengan kubah besar.

Lantai marmer diberi permadani warna hijau lumut sehingga menambah senjuknya suasana ruangan masjid. Jendela besar diberi kaca nako untuk memperindah masjid. Halaman masjid ditanami rumut dan tanaman pohon.(btr)

 

Masjid Taqwa Muhammadiyah

LUBUK PAKAM- Masjid Taqwa Muhammadiyah Jalan Diponegoro Lubuk Pakam, selain menjadi pusat ibadah  ternyata menjadi pusat kebudayan.

Masjid itu berdiri tahun 1958 dengan luas lahan dua rante dengan luas bangunan 7 x 8 meter. Semunya wakaf dari Almarhum Amir Randen Siregar.

Drs H Agusman Sutan Basa (75), pengurus Masjid Taqwa menuturkan, masjid selalu ramai dikunjungi umat. Selain kegiatan ibadah, lingkungan masjid digunakan warga untuk tempat berdiskusi guna memecahkan permasalahan yang timbul.

“Anggota Muhammadiyah yang berprofesi sebagai pedagang, selalu menggunakan masjid sebagai tempat rapat,” bilang mantan Ketua PD Muhammadiyah, Kabupaten Deli Serdang ini saat ditemui di kediamanya Jalan Sultan Hasanudin Lubuk Pakam, Kamis (7/4).

Lanjutnya, karena jumlah anggota Muhammadiyah semakin bertambah. Pengurus mulai memikirkan pengembangan masjid. Pada tahun 1990 dirancang bluprin masjid.

Bluprin tersebut jelas Agusman, merupakan  impian para pendiri sekaligus pengurus masjid yang meliputi Amir Randen Siregar dan Baktiar Ibrahim.

“Kan, tidak salah bermimpi. Melalui itulah terwujud bangunan masjid bertambah luas,” bilangnya.
Selanjutnya, tahun 1991 luas areal serta bangunan masjid mengalami perubahan. Tetapi semua dikerjakan secara bertahap. Dana pembangunan bersumber dari swadaya umat dan bantuan pemerintah setempat dan pusat.
Alhamdulillah, terjadi perubahan drastis. Sebelumnya di sana ada bangunan SMP dua lantai. Dibongkar dipindahkan ke Jalan Kartini. Penambahan lahan menjadi lima rante. Bangunan masjid menjadi 28 kali 28 meter dengan kubah besar.

Lantai marmer diberi permadani warna hijau lumut sehingga menambah senjuknya suasana ruangan masjid. Jendela besar diberi kaca nako untuk memperindah masjid. Halaman masjid ditanami rumut dan tanaman pohon.(btr)

 

Previous article
Next article

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/