28 C
Medan
Thursday, June 27, 2024

Mencontoh Amalan Abu Bakar

Pada suatu hari Rasulullah SAW. sedang duduk-duduk, beliau duduk dikelilingi para sahabat. Saat itu beliau mengajukan beberapa pertanyaan kepada mereka,”Siapa yang hari ini sedang berpuasa? Kemudian Abu Bakar menjawab,”Saya ya Rasulullah”. Beliau melanjutkan pertanyaan kedua,”Siapakah yang hari ini telah pergi untuk berta’ziyah/ melayat jenazah?” Abu Bakar menjawab lagi,”Saya wahai Rasulullah.” Rasulullah kembali mengajukan pertanyaan ketiga,”Siapakah yang hari ini telah memberi makan orang-orang miskin? Kembali beliau menjawab,”Saya ya Rasulullah”. Kemudian Rasul mengajukan pertanyaan berikutnya,”Siapakah yang pada hari ini telah telah mengunjungi orang-orang sakit? Lagi-lagi Abu Bakar menjawab,”Saya ya Rasulullah”. Akhirnya Rasul pun bersabda,”Orang-orang yang telah melaksanakan semua perkara di atas akan masuk surga” (HR. Muslim).

Oleh: Sofyan

Abu Bakar Calon Penduduk Surga

Abu Bakar termasuk salah seorang yang telah dijamin Tuhan masuk surga. Sebagai calon ahli surga amalan beliau dalam satu hari sebagaimana termaktub dalam hadis di atas bermacam-macam meliputi hubungan baik kepada sang khalik dan memiliki muamalah yang baik kepada sesama manusia.

Hablumminallahnya kepada Tuhan melalui ibadah puasa, beliau berpuasa untuk mendekatkan diri kepada-Nya serta merasakan penderitaan si miskin papa, yang selalu lapar dan dahaga karena tidak adaa yang di makan. Hubungannya kepada sesama manusia sesama manusiapun pantut diacungkan jempol dan kerap beliau jaga yaitu bertakziah tatkala mendengar ada di antara sesama muslim yang dipanggil Allah, beliau bersegera mengunjungi dan menyabarkan ahli musibah. Begitu juga jika mengetahui ada yang sakit maka disempatkannya untuk mengunjungi dan hadir memberikan semangat dan nasehat-nasehat.

Perbuatan baik lain yang dilakukan pada hari yang bersamaan yaitu membagi sedikit rezeki yang dimilikinya dengan memberi makan orang-orang miskin yang kesusahan mencari sesuap nasi. Belum lagi amalan beliau yang lain, pantaslah jika beliau mendapat garansi surge dari Tuhan.

Beramal seperti Abu Bakar

Sebagai seorang muslim yang baik sejatinya kita mencontoh dan mengamalkan empat hal di atas yaitu berpuasa, mengunjungi orang-orang sakit, berta’ziyah menyabarkan mereka yang ditinggal pergi orang-orang yang dicintainya serta tidak lupa memberi makan orang-orang miskin.

Berpuasa sangat dianjurkan Tuhan, karena memiliki banyak keutamaan dan bentuk ketaatan yang paling agung. Rasulullah memerintahkan umatnya agar menjadikan puasa sebagai amalan rutin. Karena Allah telah menyediakan surga rayyan khusus bagi orang-orang yang rajin berpuasa. Puasa yang sangat dianjurkan di bulan Muharram ini adalah puasa Asyura. Rasulullah SAW. dalam sabdanya menegaskan,” Dari Abu Hurairah ra ia berkata, bersabda Rasulullah SAW, “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah yaitu Muharram.” (HR. Muslim no.1982). Maksud dari “Bulan Allah” di sini  untuk mengagungkan bulan tersebut dan  hadits tersebut bermakna anjuran untuk memperbanyak puasa pada bulan Muharram dan bukan memuasai seluruh harinya.

Puasa Asyura sangat dianjurkan untuk dikerjakan di tanggal 10 Muharram, satu keutamannya dijelaskan oleh Ibnu Abbas,”Aku tidak melihat nabi begitu antusias memuasai suatu hari yang lebih diharap keutamaannya dibanding hari-hari lain selain hari ini, yaitu hari Asyuro, dan bulan ini, maksudnya bulan Ramadhan.” (HR. al-Bukhari).

Makna antusias disini adalah mengharap dengan puasa itu pahala dan dilakukan dengan penuh kegembiraan dan rasa sukacita. Dalam hadis yang lain beliau bersabda, ”Puasa hari Asyuro, aku mengharap pahala dari Allah dapat menghapus dosa setahun sebelumnya.” (HR. Muslim). Merupakan satu  keutamaan besar yang dianugerahkan Allah kepada kita, menjadikan puasa sehari sebagai penghapus dosa setahun penuh. Dosa yang bagaimanakah yang dihapuskan Tuhan?

Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah -rahimahullah- dalam kitab Al-Fatawa al-Kubro jilid:5 berkata,”Pahala berupa penghapusan dosa ketika bersuci, salat, puasa Ramadhan, puasa Arafah dan puasa Asyuro hanyalah untuk dosa kecil saja. Pendapat Ibnu Taimiyah di atas menegaskan bahwa dosa-dosa kecillah yang dihapuskan Tuhan dari melaksanakan puasa Asyura. Pendapat di atas diamini oleh Imam an-Nawawi rahimahullah, beliau berkata, “Puasa Asyura menghapus seluruh dosa-dosa kecil. Artinya menghapus semua dosa pelakunya selain dosa besar.

Puasa hari Senin dan Kamis, puasanya Nabi Daud sehari berpuasa dan sehari berbuka, berpuasa selama tiga hari dalam setiap bulan, puasa Ramadhan, puasa Syawal selama enam hari di bulan Syawal merupakan bentuk ibadah puasa yang tentunya dapat kita laksanakan sebagai wujud ketaatan terhadap Tuhan.

Selain berpuasa muamalah sosial yang patut kita tiru dari Abu Bakar yaitu mengunjungi orang-orang yang sakit dan berta’ziyah kepada ahli musibah. Mereka butuh nasehat dan kekuatan dalam menghadapi musibah, kehadiran dan do’a kita tentu menjadi obat mujarab bagi mereka yang sedang sakit.

Nasehat kita menyabarkan mereka dengan mengatakan bahwa Allah akan mengampuni dosa-dosa mereka yang sakit, jika ikhlas menerimanya tentu sangat menentramkan hati bagi mereka. Kehadiran kita barangkali menjadi motivasi dan penyemangat agar senantiasa mendekatkan diri kepada ilahi.

Bagi mereka yang ditinggal pergi oleh orang-orang yang sangat dicintai, kehadiran kita menjadi pelipur lara bagi ahli musibah, menambah kekuatan diri untuk senantiasa tabah dan sabar menghadapi ujian kematian. Barangkali nasehat yang menyejukkan hati patut kita sampaikan kepada mereka, bahwa semua yang bernyawa milik-Nya dan ketika Dia berkehendak memanggil mereka sudah barang tentu harus kita ikhlaskan, jangan diratapi dan dan disesali kepergiannya, Allah menyayangi mereka.

Memberi makan kepada orang-orang yang kurang mampu, kepada fakir miskin, anak-anak yatim sangat dianjurkan dalam Islam. Berbagi rasa senasib sepenangungan merupakan perbuatan terhormat dan terpuji, karena mereka termasuk golongan orang-orang lemah yang patut untuk dibantu dan diperhatikan. Orang kaya tidak mungkin akan menjadi kaya jika tidak ada si miskin. Di tangan orang-orang kaya tersimpan harta mereka, maka keluarkanlah jangan disimpan dan ditumpuk-tumpuk, bagikanlah kepada yang berhak menerimanya.
Inilah dinamika hidup roda selalu berputar, terkadang di bawah, kadangkala berada di atas. Barangkali kehidupan kita hari ini berlebih, besok mungkin saja kita jatuh bangkrut dan miskin. Hari ini kita susah mungkin esok lusa kita menjadi hartawan. Hidup penuh dengan rahasia, yang tidak seorangpun mengetahui kekuasaan Tuhan terhadap diri kita. Hidup  ini akan terasa indah jika  saling mengisi dan membantu, Allah akan membantu seorang hamba selagi hambanya tersebut mau membantu saudara-saudaranya yang lain.

Apa yang dicontohkan Abu Bakar  di atas hendaknya menjadi cemeti bagi setiap Muslim untuk memotivasi diri meraih prestasi tertinggi dalam beribadah. Momentum tahun baru kali ini di 2013 sangat tepat bagi kita untuk menjadi pribadi unggul dihadapan Tuhan. Pergantian tahun sejatinya mendorong kita lebih mendekatikan diri kepada ilahi serta berupaya melakukan instrospeksi diri seputar nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada-Nya.

Barangkali selama ini komunikasi kepada Tuhan terputus, tidak terkoneksi maka saatnya kini memperbaiki komunikasi efektif,  menjalin hubungan yang lebih akrab lagi terhadap ilahi. Semua kekurangan, kelalaian dan kealpaan yang dilakukan selama ini harus diperbaiki, untuk  menjadi seorang Muslim hakiki yang anggun dan unggul dalam meraih prestasi akhirat.

Semoga kita dapat mengikuti amaliah ahli surga  seperti  halnya Abu Bakar, yang selalu menghiasi diri dengan akhlak mulia,  menjalin komunikasi kepada Tuhan serta memiliki sikap sosial yang baik lagi terpuji.
Wallahu a’lam.

Penulis staf pengajar di Pesantren Darularafah Raya, dosen STAIDA
dan Pembimbing Rohani di Pusat Rehabilitasi Narkoba Pamardi Putra Insyaf Kementrian Sosial Sumatera Utara.

Pada suatu hari Rasulullah SAW. sedang duduk-duduk, beliau duduk dikelilingi para sahabat. Saat itu beliau mengajukan beberapa pertanyaan kepada mereka,”Siapa yang hari ini sedang berpuasa? Kemudian Abu Bakar menjawab,”Saya ya Rasulullah”. Beliau melanjutkan pertanyaan kedua,”Siapakah yang hari ini telah pergi untuk berta’ziyah/ melayat jenazah?” Abu Bakar menjawab lagi,”Saya wahai Rasulullah.” Rasulullah kembali mengajukan pertanyaan ketiga,”Siapakah yang hari ini telah memberi makan orang-orang miskin? Kembali beliau menjawab,”Saya ya Rasulullah”. Kemudian Rasul mengajukan pertanyaan berikutnya,”Siapakah yang pada hari ini telah telah mengunjungi orang-orang sakit? Lagi-lagi Abu Bakar menjawab,”Saya ya Rasulullah”. Akhirnya Rasul pun bersabda,”Orang-orang yang telah melaksanakan semua perkara di atas akan masuk surga” (HR. Muslim).

Oleh: Sofyan

Abu Bakar Calon Penduduk Surga

Abu Bakar termasuk salah seorang yang telah dijamin Tuhan masuk surga. Sebagai calon ahli surga amalan beliau dalam satu hari sebagaimana termaktub dalam hadis di atas bermacam-macam meliputi hubungan baik kepada sang khalik dan memiliki muamalah yang baik kepada sesama manusia.

Hablumminallahnya kepada Tuhan melalui ibadah puasa, beliau berpuasa untuk mendekatkan diri kepada-Nya serta merasakan penderitaan si miskin papa, yang selalu lapar dan dahaga karena tidak adaa yang di makan. Hubungannya kepada sesama manusia sesama manusiapun pantut diacungkan jempol dan kerap beliau jaga yaitu bertakziah tatkala mendengar ada di antara sesama muslim yang dipanggil Allah, beliau bersegera mengunjungi dan menyabarkan ahli musibah. Begitu juga jika mengetahui ada yang sakit maka disempatkannya untuk mengunjungi dan hadir memberikan semangat dan nasehat-nasehat.

Perbuatan baik lain yang dilakukan pada hari yang bersamaan yaitu membagi sedikit rezeki yang dimilikinya dengan memberi makan orang-orang miskin yang kesusahan mencari sesuap nasi. Belum lagi amalan beliau yang lain, pantaslah jika beliau mendapat garansi surge dari Tuhan.

Beramal seperti Abu Bakar

Sebagai seorang muslim yang baik sejatinya kita mencontoh dan mengamalkan empat hal di atas yaitu berpuasa, mengunjungi orang-orang sakit, berta’ziyah menyabarkan mereka yang ditinggal pergi orang-orang yang dicintainya serta tidak lupa memberi makan orang-orang miskin.

Berpuasa sangat dianjurkan Tuhan, karena memiliki banyak keutamaan dan bentuk ketaatan yang paling agung. Rasulullah memerintahkan umatnya agar menjadikan puasa sebagai amalan rutin. Karena Allah telah menyediakan surga rayyan khusus bagi orang-orang yang rajin berpuasa. Puasa yang sangat dianjurkan di bulan Muharram ini adalah puasa Asyura. Rasulullah SAW. dalam sabdanya menegaskan,” Dari Abu Hurairah ra ia berkata, bersabda Rasulullah SAW, “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah yaitu Muharram.” (HR. Muslim no.1982). Maksud dari “Bulan Allah” di sini  untuk mengagungkan bulan tersebut dan  hadits tersebut bermakna anjuran untuk memperbanyak puasa pada bulan Muharram dan bukan memuasai seluruh harinya.

Puasa Asyura sangat dianjurkan untuk dikerjakan di tanggal 10 Muharram, satu keutamannya dijelaskan oleh Ibnu Abbas,”Aku tidak melihat nabi begitu antusias memuasai suatu hari yang lebih diharap keutamaannya dibanding hari-hari lain selain hari ini, yaitu hari Asyuro, dan bulan ini, maksudnya bulan Ramadhan.” (HR. al-Bukhari).

Makna antusias disini adalah mengharap dengan puasa itu pahala dan dilakukan dengan penuh kegembiraan dan rasa sukacita. Dalam hadis yang lain beliau bersabda, ”Puasa hari Asyuro, aku mengharap pahala dari Allah dapat menghapus dosa setahun sebelumnya.” (HR. Muslim). Merupakan satu  keutamaan besar yang dianugerahkan Allah kepada kita, menjadikan puasa sehari sebagai penghapus dosa setahun penuh. Dosa yang bagaimanakah yang dihapuskan Tuhan?

Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah -rahimahullah- dalam kitab Al-Fatawa al-Kubro jilid:5 berkata,”Pahala berupa penghapusan dosa ketika bersuci, salat, puasa Ramadhan, puasa Arafah dan puasa Asyuro hanyalah untuk dosa kecil saja. Pendapat Ibnu Taimiyah di atas menegaskan bahwa dosa-dosa kecillah yang dihapuskan Tuhan dari melaksanakan puasa Asyura. Pendapat di atas diamini oleh Imam an-Nawawi rahimahullah, beliau berkata, “Puasa Asyura menghapus seluruh dosa-dosa kecil. Artinya menghapus semua dosa pelakunya selain dosa besar.

Puasa hari Senin dan Kamis, puasanya Nabi Daud sehari berpuasa dan sehari berbuka, berpuasa selama tiga hari dalam setiap bulan, puasa Ramadhan, puasa Syawal selama enam hari di bulan Syawal merupakan bentuk ibadah puasa yang tentunya dapat kita laksanakan sebagai wujud ketaatan terhadap Tuhan.

Selain berpuasa muamalah sosial yang patut kita tiru dari Abu Bakar yaitu mengunjungi orang-orang yang sakit dan berta’ziyah kepada ahli musibah. Mereka butuh nasehat dan kekuatan dalam menghadapi musibah, kehadiran dan do’a kita tentu menjadi obat mujarab bagi mereka yang sedang sakit.

Nasehat kita menyabarkan mereka dengan mengatakan bahwa Allah akan mengampuni dosa-dosa mereka yang sakit, jika ikhlas menerimanya tentu sangat menentramkan hati bagi mereka. Kehadiran kita barangkali menjadi motivasi dan penyemangat agar senantiasa mendekatkan diri kepada ilahi.

Bagi mereka yang ditinggal pergi oleh orang-orang yang sangat dicintai, kehadiran kita menjadi pelipur lara bagi ahli musibah, menambah kekuatan diri untuk senantiasa tabah dan sabar menghadapi ujian kematian. Barangkali nasehat yang menyejukkan hati patut kita sampaikan kepada mereka, bahwa semua yang bernyawa milik-Nya dan ketika Dia berkehendak memanggil mereka sudah barang tentu harus kita ikhlaskan, jangan diratapi dan dan disesali kepergiannya, Allah menyayangi mereka.

Memberi makan kepada orang-orang yang kurang mampu, kepada fakir miskin, anak-anak yatim sangat dianjurkan dalam Islam. Berbagi rasa senasib sepenangungan merupakan perbuatan terhormat dan terpuji, karena mereka termasuk golongan orang-orang lemah yang patut untuk dibantu dan diperhatikan. Orang kaya tidak mungkin akan menjadi kaya jika tidak ada si miskin. Di tangan orang-orang kaya tersimpan harta mereka, maka keluarkanlah jangan disimpan dan ditumpuk-tumpuk, bagikanlah kepada yang berhak menerimanya.
Inilah dinamika hidup roda selalu berputar, terkadang di bawah, kadangkala berada di atas. Barangkali kehidupan kita hari ini berlebih, besok mungkin saja kita jatuh bangkrut dan miskin. Hari ini kita susah mungkin esok lusa kita menjadi hartawan. Hidup penuh dengan rahasia, yang tidak seorangpun mengetahui kekuasaan Tuhan terhadap diri kita. Hidup  ini akan terasa indah jika  saling mengisi dan membantu, Allah akan membantu seorang hamba selagi hambanya tersebut mau membantu saudara-saudaranya yang lain.

Apa yang dicontohkan Abu Bakar  di atas hendaknya menjadi cemeti bagi setiap Muslim untuk memotivasi diri meraih prestasi tertinggi dalam beribadah. Momentum tahun baru kali ini di 2013 sangat tepat bagi kita untuk menjadi pribadi unggul dihadapan Tuhan. Pergantian tahun sejatinya mendorong kita lebih mendekatikan diri kepada ilahi serta berupaya melakukan instrospeksi diri seputar nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada-Nya.

Barangkali selama ini komunikasi kepada Tuhan terputus, tidak terkoneksi maka saatnya kini memperbaiki komunikasi efektif,  menjalin hubungan yang lebih akrab lagi terhadap ilahi. Semua kekurangan, kelalaian dan kealpaan yang dilakukan selama ini harus diperbaiki, untuk  menjadi seorang Muslim hakiki yang anggun dan unggul dalam meraih prestasi akhirat.

Semoga kita dapat mengikuti amaliah ahli surga  seperti  halnya Abu Bakar, yang selalu menghiasi diri dengan akhlak mulia,  menjalin komunikasi kepada Tuhan serta memiliki sikap sosial yang baik lagi terpuji.
Wallahu a’lam.

Penulis staf pengajar di Pesantren Darularafah Raya, dosen STAIDA
dan Pembimbing Rohani di Pusat Rehabilitasi Narkoba Pamardi Putra Insyaf Kementrian Sosial Sumatera Utara.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/