Akrab disapa Masjid Keling bagi sebahagian warga, bukan otomatis diidentikan dengan masjid yang memiliki ornamen warna hitam. Namun nama Masjid Keling yang biasa disebut oleh warga kota Tebingtinggi adalah sebutan untuk Masjid Al Mukhlis yang terletak di jantung Kota Tebingtinggi tepatnya Jalan Ahmad Yani Kota . Sepintas masjid Al Mukhlis terlihat seperti bangunan yang telah lama berdiri dan digunakan sebagai tempat beribadah warga muslim di kawasan Tebingtinggi. Tidak ada kesan mewah yang terlihat dari bangunan masjid tersebut. Namun setelah didalami, ternyata Masjid Al Mukhlis mempunyai nilai historis yang tinggi. Siapa sangka, Masjid Al Mukhlis sebelumnya adalah kuil tempat beribadah bagi umat Hindu yang berganti menjadi sebuah masjid yang kini digunakan untuk beribadah umat Muslim di sekitar daerah tersebut.
Hal ini diungkapkan Pengurus Masjid Al Mukhlis, Abdurahman Nasution (65), saat ditemui bebrap waktu lalu. Menurut Abdurahman, masjid yang berdiri tahun 1978, dahulunya merupakan kuil beribadah umat Hindu, dikarenakan sang pemiliknya meninggal dunia, maka diserahkan kepada generasi keturunan berikutnya yang sudah memeluk agama Islam.
“Keturunan yang sudah masuk islam yaitu Tuan Bawah, karena banyaknya ornamen bangunan seperti kuil, masjid ini mengalami pemugaran pada tahun 1932, kemudian tahun 1936 kepada keturunannya yang sudah beragama Islam, masjid ini kembali di pugar dan pada tahun 1978 menjadi bentuk yang mempunyai kubah hingga sekarang,” ujarnya.
Menurut ingatan Abdurahman, dahulunya umat muslim berkulit hitam dengan suku keturunan India yang tinggal dikota Tebingtinggi melaksanakan s alat serta melakukan akitivitas ibadah lainnya di masjid ini. Banyak warga India di Kota Tebingtinggi yang masih memeluk agama Hindu berpindah memeluk ke agama Islam dan di masjid inilah umat Hindu masuk Islam dengan mengucap dua kali Masahadat untuk masuk ke dalam keyakinan agama Islam.
Ada ciri khas tersendiri yang terlihat di Masjid Al Mukhlis atau Masjid Keling ini. Ceritanya kata Abdurahman, dulu ada pendatang dari Negara India yang masuk Islam dan beribadah di sini. Pendatang yang tidak diketahui namanya itu menanam biji pohon kurma di depan masjid dan tumbuh subur hingga sekarang, tetapi pohon kurma tersebut tidak pernah berbuah, hanya ketinggian saja yang tingginya mencapai empat meter. “Di daerah Kota Tebingtinggi baru Masjid Al Mukhlis inilah yang tumbuh pohon kurma dengan subur,tapi sayangnya tidak pernah berbuah,”bilang Abdurahman Nasution.
Berdiri di atas luas bangunan 8×20 meter, Masjid Al Mukhlis hingga kini tetap menjadi tempat persinggahan para musafir yang melintasi Kota Tebingtinggi untuk menunaikan salat lima waktu, karena letaknya persis di tingkungan Jalan Ahmad Yani Kota Tebingtinggi. Tetapi bangunan awal yang berciri khas ornamen ukiran pada batu India sudah tidak tampak lagi akibat pemugaran yang dilakukan pihak pengurus masjid.
Dikatakan Abdurahman bahwa masjid Al Mukhlis ini terbuka 24 jam non stop bagi musafir yang mau beribadah dan untuk kegiatan-kegiatan keagamaan seperti pengajian usai salat Subuh. (ian)