25 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Tempatkan Kesabaran Secara Proposional

Hadis yang bersumber dari Ali RA ia berkata, bahwa Rasulullah SAW telah bersabda “Sabar itu ada tiga macam, sabar ketika mendapat musibah, sabar untuk melakukan ketaatan dan sabar untuk tidak berbuat maksiat.

Oleh:
Drs H Hasan Maksum Nasution SH, SPd I, MA

Maka barangsiapa ketika mendapat musibah, niscaya Allah akan menuliskan baginya 300 (tiga ratus) derajat yang jarak antara dua derajat adalah seperti jarak antara langit dan bumi. Dan barang siapa yang bersabar untuk melakukan ketaatan, maka Allah menuliskan baginya 600 (enam ratus) derajat yang jarak antara dua derajat adalah seperti jarak antara batas bumi yang teratas sampai ke ujung bumi yang ke tujuh.

Dan barang siapa yang bersabar untuk tidak berbuat maksiat, maka Allah menuliskan baginya 900 (sembilan ratus) derajat yang jarak antara dua derajat adalah seperti jarak antara batas bumi sampai ke ujung ‘arsy”.

Dalam hidup ini semua orang pasti pernah merasa susah, sedih atau kecewa, baik ringan atau pun berat, baik dalam urusn pribadi, keluarga maupun ummat. Penyebabnya pun bermacam-macam, ada yang susah, karena sulit mendapatkan pekerjaan, ada yang sedih lantaran ditinggal mati oleh orang yang paling dekat atau yang dicintainya dan ada pula yang kecewa, sebab cita-cita atau perjuangan kandas ditangah jalan.
Pendeknya, kehidupam ini tidak pernah sepi dari cobaan dan ujian, yang sewaktu-waktu bisa menimpa setiap orang. Karena itu setiap cobaan dan ujian, apa pun bentuknya perlu kita hadapi dengan sikap “husnuzhan” yakni berprasangka baik kepada Allah, sebab Rasulullah SAW pernah bersabda “barang siapa dikehendaki oleh Allah mendapat kebaikan, maka diberiNya ia cobaan (HR Bukhari).

Begitu pula, manakala orang-orang itu berhasil melepaskan diri dari cobaan dan ujian, maka bermacam-macam sikap yang akan ditunjukkan oleh mereka, ada yang bersyukur kepada Tuhan, lalu mewujudkan rasa syukurnya dengan meningkatan taqwa dan amal kebaikan.
Tetapi ada juga yang mengklaim bahwa cobaan itu teratasi berkat kepintaran dirinya, ia menafikan pertolongan Allah, karena akan terlalu bangga akan kemampuan dirinya, persis seperti yang disinyalir dalam Al-Qur’an dalam surat Hud 9-10:

“Jika kami berikan kepada manusia suatu rahmat (nikmat) dari kami, lalu kenikmatan itu kami cabut, pasti dia menjadi putus asa dan inkar. Dan jika kami berikan padanya kebahagiaan sesudah bencana yang menimpanya, niscaya dia akan berkata: “Telah hilang bencana-bencana itu dariku, dia sangat gembira dan membanggakan diri”.

Tujuh Golongan Manusia Mendapat Naungan

Tidak mengherankan apabila tujuh golongan manusia berhak mendapat naungan Allah di bawah ‘Arsy, karena kesabaran mereka yang sempurna dan besarnya rintangan yang mereka hadapi dalam bersabar. Antara lain, kesabaran pemimpin yang berkuasa dalam menegakkan keadilan sesuai hukum, kesabaran pemuda dalam menjalankan ibadah dan melawan hawa nafsu, kesabaran orang yang setia pada masjid, kesabaran orang yang bersedekah dalam merahasiakannya, kesabaran orang yang dirayu untuk melakukan perbuatan keji ditambah dengan kesempurnaan dan keindahan paras si perayu, kesabaran orang yang saling mencinta demi Allah saat bertemu dan berpisah, kesabaran orang yang menangis lantaran khusyu kepada Allah dalam menutupi perbuatannya itu adalah kesabaran yang berat untuk dikerjakan menyatu sehingga melemahkan kesabaran.

Rasullah SAW berkata kepada Mu’adz “jagalah lidahmu”, Mu’adz bertanya: “Apakah kami akan dihukum lantaran apa yang kami bicarakan Rasulullah SAW menjawab: “Tidaklah manusia itu dijerumuskan ke dalam neraka, di atas hidung mereka selain oleh apa yang dihasilkan dari omongan mereka. Khususnya jika maksiat Islam ini telah menjadi kebisaaan, maka bersabar akan hal itu akan menjadi suatu yang amat berat bagi dirinya.
Kesabaran Secara Proposional
Sabda Nabi SAW “Jika seseorang mendapatkan kenikmatan, ia bersyukur, maka syukur itu lebih baik baginya, dan bila mendapat kesusahan, ia bersabar, maka kesabaran itu lebih baik baginya”. (HR. Bukhari).
Oleh sebab itu, apabila seseorang pandai menempatkan kesabaran secara proposional niscaya segala problem kehidupan atau pun cobaan yang menghadang akan dapat dihadapi dengan tenang dan diterimanya dengan tawakkal, sehingga sesuatu yang mestinya akan mengecewakan, bisa diredam untuk tidak berkembang menjadi tekanan perasaan ataupun keputusan.
Bila seseorang tidak mau mengatasi musibah atau cobaan yang menimpa dirinya dengan sabar, maka tidak jarang ia akan mendapat gangguan perasaan dan kejiwaan, lalu menjadi putus asa dan hilang semangat, bahkan bisa mengganggu kesehatan jasmaninya.

Firman Allah dalam surat Luqman 17 “Dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah”.
Jadi bersifat sabar itu harus disertai usaha untuk memahami kegagalan demi kegagalan se-objektif mungkin, kemudian mencari sebab-sebabnya, sehingga masalah yang semula dirasakan berat dan menjadi tekanan batin, dapat dicari jalan keluarnya, Rasulullah SAW telah menjanjikan “Barang siapa berusaha bersikap sabar, maka Allah akan menyabarkannya. Dan seseorang takkan diberi karunia oleh Allah yang lebih baik dari pada kesabaran” (HR Bukhari Muslim).

Di samping itu orang mukmin harus berkeyakinan bahwa apa yang dialaminya itu, tentu mengandung hikmah, Allah berfirman “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, pada hal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. (QS Al-Baqarah 216).

Akhirnya, marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan senantiasa ingat kepada Nya, jangan hanya saat sedang menghadapi kesulitan dan mengalami kesusahan, tetapi ingatlah selalu kepada Allah, baik dalam keadaan duka maupun suka. Memang menurut kebisaaan orang baru ingat kepada Allah bila ia sedang dalam keadaan kesempitan atau kesedihan, tetapi bila kesedihan dan kesempitan itu telah teratasi, lalu lupalah ia kepada Allah Dzat yang menghilangkan kesedihan dan kesempitan. Siapa yang membiasakan diri bersabar ia akan ditakuti musuhnya, siapa yang lemah kesabarannya, ia akan membuat musuhnya berani hingga dapat menundukkan dirinya.(*)

(Penulis adalah Dosen STAI Sumut)

Hadis yang bersumber dari Ali RA ia berkata, bahwa Rasulullah SAW telah bersabda “Sabar itu ada tiga macam, sabar ketika mendapat musibah, sabar untuk melakukan ketaatan dan sabar untuk tidak berbuat maksiat.

Oleh:
Drs H Hasan Maksum Nasution SH, SPd I, MA

Maka barangsiapa ketika mendapat musibah, niscaya Allah akan menuliskan baginya 300 (tiga ratus) derajat yang jarak antara dua derajat adalah seperti jarak antara langit dan bumi. Dan barang siapa yang bersabar untuk melakukan ketaatan, maka Allah menuliskan baginya 600 (enam ratus) derajat yang jarak antara dua derajat adalah seperti jarak antara batas bumi yang teratas sampai ke ujung bumi yang ke tujuh.

Dan barang siapa yang bersabar untuk tidak berbuat maksiat, maka Allah menuliskan baginya 900 (sembilan ratus) derajat yang jarak antara dua derajat adalah seperti jarak antara batas bumi sampai ke ujung ‘arsy”.

Dalam hidup ini semua orang pasti pernah merasa susah, sedih atau kecewa, baik ringan atau pun berat, baik dalam urusn pribadi, keluarga maupun ummat. Penyebabnya pun bermacam-macam, ada yang susah, karena sulit mendapatkan pekerjaan, ada yang sedih lantaran ditinggal mati oleh orang yang paling dekat atau yang dicintainya dan ada pula yang kecewa, sebab cita-cita atau perjuangan kandas ditangah jalan.
Pendeknya, kehidupam ini tidak pernah sepi dari cobaan dan ujian, yang sewaktu-waktu bisa menimpa setiap orang. Karena itu setiap cobaan dan ujian, apa pun bentuknya perlu kita hadapi dengan sikap “husnuzhan” yakni berprasangka baik kepada Allah, sebab Rasulullah SAW pernah bersabda “barang siapa dikehendaki oleh Allah mendapat kebaikan, maka diberiNya ia cobaan (HR Bukhari).

Begitu pula, manakala orang-orang itu berhasil melepaskan diri dari cobaan dan ujian, maka bermacam-macam sikap yang akan ditunjukkan oleh mereka, ada yang bersyukur kepada Tuhan, lalu mewujudkan rasa syukurnya dengan meningkatan taqwa dan amal kebaikan.
Tetapi ada juga yang mengklaim bahwa cobaan itu teratasi berkat kepintaran dirinya, ia menafikan pertolongan Allah, karena akan terlalu bangga akan kemampuan dirinya, persis seperti yang disinyalir dalam Al-Qur’an dalam surat Hud 9-10:

“Jika kami berikan kepada manusia suatu rahmat (nikmat) dari kami, lalu kenikmatan itu kami cabut, pasti dia menjadi putus asa dan inkar. Dan jika kami berikan padanya kebahagiaan sesudah bencana yang menimpanya, niscaya dia akan berkata: “Telah hilang bencana-bencana itu dariku, dia sangat gembira dan membanggakan diri”.

Tujuh Golongan Manusia Mendapat Naungan

Tidak mengherankan apabila tujuh golongan manusia berhak mendapat naungan Allah di bawah ‘Arsy, karena kesabaran mereka yang sempurna dan besarnya rintangan yang mereka hadapi dalam bersabar. Antara lain, kesabaran pemimpin yang berkuasa dalam menegakkan keadilan sesuai hukum, kesabaran pemuda dalam menjalankan ibadah dan melawan hawa nafsu, kesabaran orang yang setia pada masjid, kesabaran orang yang bersedekah dalam merahasiakannya, kesabaran orang yang dirayu untuk melakukan perbuatan keji ditambah dengan kesempurnaan dan keindahan paras si perayu, kesabaran orang yang saling mencinta demi Allah saat bertemu dan berpisah, kesabaran orang yang menangis lantaran khusyu kepada Allah dalam menutupi perbuatannya itu adalah kesabaran yang berat untuk dikerjakan menyatu sehingga melemahkan kesabaran.

Rasullah SAW berkata kepada Mu’adz “jagalah lidahmu”, Mu’adz bertanya: “Apakah kami akan dihukum lantaran apa yang kami bicarakan Rasulullah SAW menjawab: “Tidaklah manusia itu dijerumuskan ke dalam neraka, di atas hidung mereka selain oleh apa yang dihasilkan dari omongan mereka. Khususnya jika maksiat Islam ini telah menjadi kebisaaan, maka bersabar akan hal itu akan menjadi suatu yang amat berat bagi dirinya.
Kesabaran Secara Proposional
Sabda Nabi SAW “Jika seseorang mendapatkan kenikmatan, ia bersyukur, maka syukur itu lebih baik baginya, dan bila mendapat kesusahan, ia bersabar, maka kesabaran itu lebih baik baginya”. (HR. Bukhari).
Oleh sebab itu, apabila seseorang pandai menempatkan kesabaran secara proposional niscaya segala problem kehidupan atau pun cobaan yang menghadang akan dapat dihadapi dengan tenang dan diterimanya dengan tawakkal, sehingga sesuatu yang mestinya akan mengecewakan, bisa diredam untuk tidak berkembang menjadi tekanan perasaan ataupun keputusan.
Bila seseorang tidak mau mengatasi musibah atau cobaan yang menimpa dirinya dengan sabar, maka tidak jarang ia akan mendapat gangguan perasaan dan kejiwaan, lalu menjadi putus asa dan hilang semangat, bahkan bisa mengganggu kesehatan jasmaninya.

Firman Allah dalam surat Luqman 17 “Dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah”.
Jadi bersifat sabar itu harus disertai usaha untuk memahami kegagalan demi kegagalan se-objektif mungkin, kemudian mencari sebab-sebabnya, sehingga masalah yang semula dirasakan berat dan menjadi tekanan batin, dapat dicari jalan keluarnya, Rasulullah SAW telah menjanjikan “Barang siapa berusaha bersikap sabar, maka Allah akan menyabarkannya. Dan seseorang takkan diberi karunia oleh Allah yang lebih baik dari pada kesabaran” (HR Bukhari Muslim).

Di samping itu orang mukmin harus berkeyakinan bahwa apa yang dialaminya itu, tentu mengandung hikmah, Allah berfirman “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, pada hal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. (QS Al-Baqarah 216).

Akhirnya, marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan senantiasa ingat kepada Nya, jangan hanya saat sedang menghadapi kesulitan dan mengalami kesusahan, tetapi ingatlah selalu kepada Allah, baik dalam keadaan duka maupun suka. Memang menurut kebisaaan orang baru ingat kepada Allah bila ia sedang dalam keadaan kesempitan atau kesedihan, tetapi bila kesedihan dan kesempitan itu telah teratasi, lalu lupalah ia kepada Allah Dzat yang menghilangkan kesedihan dan kesempitan. Siapa yang membiasakan diri bersabar ia akan ditakuti musuhnya, siapa yang lemah kesabarannya, ia akan membuat musuhnya berani hingga dapat menundukkan dirinya.(*)

(Penulis adalah Dosen STAI Sumut)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/